Anda di halaman 1dari 25

PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN HUKUM ISLAM DI DUNIA

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah : Ushul Fiqih
Dosen : Dr. KH. Mahrus As’ad M. Ag
Ahmad Basyori H. M. Ag

Disusun oleh:
Kelompok II / Kelas 1 A

Dini Saadah NIM (1185010031)


Elin Melina NIM (1185010032)
Erwin Setia NIM (1185010035)

PROGRAM STUDI : SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM (SPI)


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


BANDUNG
2018 M/ 1440 H
1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
ucapkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Perkembangan
dan Penerapan Hukum Islam di Dunia”. Kami berterima kasih pula kepada Bapak Mahrus As’ad
dan Bapak Ahmad Basyori selaku dosen mata kuliah Ushul Fiqih di Fakultas Adab dan
Humaniora yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Penulisan makalah Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam di Dunia ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dengan bantuan berbagai referensi dari buku-buku dan artikel-
artikel di internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pembuat referensi-referensi tersebut
yang telah membantu kami dalam menyempurnakan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam di Dunia, khususnya
bagi penyusun. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa mendatang, mengingat pentingnya saran demi
perkembangan dan kemajuan untuk karya berikutnya.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan dan kesalahan-kesalahan yang tak disengaja.

Bandung, Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................................1

Kata Pengantar.................................................................................................................................2

Daftar Isi..........................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN........................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4

1.3 Tujuan.....................................................................................................................................4

BAB II..............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..........................................................................................................................6

2.1 Pengertian Hukum Islam........................................................................................................6

2.2 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Rasulullah.............................................................6

2.3 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin...............................................9

2.4 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Pertumbuhan dan Pembinaan.............................12

2.5 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Kemunduran.......................................................13

2.6 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Kebangkitan Kembali.........................................13

2.7 Penerapan Hukum Islam di Dunia.......................................................................................15

BAB III..........................................................................................................................................19

PENUTUP..................................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................19

Daftar Pustaka............................................................................................................................20

LAMPIRAN: SOAL DAN JAWABAN…………………………………………………………21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama yang berisi sistem dan aturan yang sangat lengkap mengatur berbagai
macam sisi kehidupan. Aturan-aturan tersebut tercantum dalam hukum Islam. Adapun hukum
Islam adalah seperangkat aturan tentang agama Islam yang diciptakan oleh Allah. Untuk
mengetahui hukum Islam, rujukan utamanya adalah al-Quran dan as-Sunnah. Namun, sumber
hukum Islam tidak hanya al-Quran dan as-Sunnah. Ada sejumlah sumber hukum Islam lain yang
juga diakui keabsahannya seperti ijma dan qiyas.

Hukum Islam memiliki kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam. Oleh karenanya,
mempelajari tentang hukum Islam juga wajib dan sangat penting. Sebab, dengan mempelajarinya
kita dapat mengetahui seluk-beluk hukum Islam dan hal-hal yang berhubungan dengannya.
Termasuk mempelajari sejarah perkembangan dan penerapan hukum Islam di dunia.

Pada makalah ini, untuk berperan menambah wawasan bagi umat Islam perihal hukum
Islam, kami menyusun tentang perkembangan dan penerapan hukum Islam di dunia dari masa ke
masa. Mulai dari perkembangan hukum Islam pada masa Rasulullah hingga kondisi penerapan
hukum Islam di dunia kontemporer.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hukum Islam?


2. Bagaimana perkembangan hukum Islam pada masa Rasulullah?
3. Bagaimana perkembangan hukum Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?
4. Bagaimana perkembangan hukum Islam pada masa pertumbuhan dan pembinaan?
5. Bagaimana perkembangan hukum Islam pada masa kemunduran?
6. Bagaimana perkembangan hukum Islam pada masa kebangkitan kembali?
7. Bagaimana penerapan hukum Islam di dunia?
1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian hukum Islam.

4
2. Menjelaskan perkembangan hukum Islam pada masa Rasulullah.
3. Menerangkan perkembangan hukum Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
4. Menjabarkan perkembangan hukum Islam pada masa pertumbuhan dan pembinaan.
5. Menjelaskan perkembangan hukum Islam pada masa kemunduran.
6. Menjabarkan perkembangan hukum Islam pada masa kebangkitan kembali.
7. Menjelaskan penerapan hukum Islam di dunia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam

Kalimat hukum islam terdiri dari dua kata yaitu ‘Hukum’ dan ‘Islam’yang mana
keduanya memiliki arti kata masing-masing. Pengertian kata Hukum mempunyai definisi yang
beragam oleh masing-masing para ahli. Namun definisi yang beragam tersebut bisa disimpulkan
secara umum hukum memiliki arti suatu himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh yang
berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri
memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman
bagi mereka yang melanggarnya.

Lalu kata ‘Islam’ dapat diartikan sebagai ‘agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam sebagai nabi akhir zaman yang diwahyukan oleh Allah
Shubhaanahu Wa Ta’aala sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia’.

Jadi, Hukum Islam dapat disebut sebagai himpunan peraturan-peraturan atau hukum-
hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi baik hukum
yang berkaitan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum yang berkaitan dengan perbuatan
(amaliyah). Hukum Islam memiliki beberapa nama lain, di antaranya syariah, fiqih, hukum
syarak, dan qanun. Di antara dalil tentang hukum Islam ini adalah surat An-Nisa ayat 58 yang
berbunyi: “Jika kamu menghukumi di antara manusia, maka berhukumlah kamu dengan
(hukuman) yang adil.”

2.2 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Rasulullah

Perkembangan hukum Islam pada masa Rasulullah dapat dibagi menjadi dua fase :

1. Fase Mekkah atau Makkiyah

Menurut sebagian pendapat, Nabi Muhammad dilahirkan pada hari senin tanggal 12
Rabiul awal, tahun gajah, kira-kira 571 masehi. Semenjak masa kanak-kanaknya beliau tidak
pernah berbuat perbuatan buruk, disamping tidak pernah berbuat dosa (ma’shum), nabi

6
Muhammad setelah dewasa selalu beribadah dan berkhalwat di gua Hira. Sehingga pada tanggal
17 Ramadhan, beliau akhirnya menerima wahyu pertama yaitu surat Al-A’laq ayat 1-5.

Objek dakwah pertama Nabi Muhammad adalah keluarga dan orang-orang terdekatnya.
Sejak turunnya wahyu pertama hingga wahyu-wahyu selanjutnya, maka jelaslah bahwa Nabi
Muhammad telah menjadi seorang utusan Allah untuk berdakwah mengajak manusia kepada
tauhid dan jalan Islam.

a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi.

Saat wahyu pertama turun, Nabi belum diperintah untuk menyeru umat manusia
menyembah dan mengesakan Allah SWT. Jibril tidak lagi datang untuk beberapa waktu
lamanya. Pada saat sedang menunggu itulah kemudian turun wahyu yang kedua (Qs. Al-
Mudatstsir:1-7) yang menjelaskan akan tugas Rasulullah SAW yaitu menyeru ummat manusia
untuk menyembah dan mengesakan Allah SWT. Dengan perintah tersebut Rasulullah SAW
mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi.

b. Dakwah secara terang-terangan.

Dakwah atau mensyiarkan Islam secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama kurang


lebih 3 tahun, sampai kurun waktu berikutnya yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan
terang-terangan. Tatkala wahyu tersebut turun Nabi Muhammad mengundang keluarga dekatnya
untuk berkumpul dibukit Safa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras di
kemudian hari (Hari Kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai tuhan Yang
Maha Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya.

Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan dakwah secara rahasia. Kemudian
turunlah firman Allah SWT, surat Al-Hijr ayat 94 yang memerintahkan agar Rasulullah
berdakwa secara terang terangan. Pertama kali seruan yang bersifat umum ini beliau tujukan
pada kerabatnya, kemudian penduduk Makkah baik golongan bangsawan, hartawan maupun
hamba sahaya. Sesudah itu beliau dakwahkan kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang
datang ke Makkah untuk mengerjakan haji. Sehingga lambat laun banyak orang Arab yang
masuk Agama Islam. Demikianlah perjuangan Nabi Muhammad SAW dengan para sahabat
untuk meyakinkan orang Makkah bahwa agama Islamlah yang benar dan berasal dari Allah

7
SWT. Dakwah Islam semakin berkembang terutama setelah peristiwa isra’ mi;raj, sejumlah
penduduk Yastrib (Madinah) datang ke Makkah untuk berhaji, mereka terdiri dari suku Khozroj
dan Aus yang masuk Islam dalam tiga golongan :

1. Pada tahun ke –10 kenabian.

2. Pada tahun ke -12 kenabian. Delegasi Yastrib (10 orang suku Khozroj, 2 orang Aus
serta seorang wanita) menemui Nabi di sebuah tempat yang bernama Aqabah dan melakukan
ikrar kesetiaan yang dinamakan perjanjian Aqabah pertama. Mereka kemudian berdakwah
dengan ini ditemani seorang utusan Nabi yaitu Mush’ab bin Umair.

3. Pada musim haji berikutnya. Jama’ah haji Yastrib berjumlah 73 orang. Dengan
mengatasnamakan penduduk Yastrib mereka meminta Nabi untuk pindah ke Yastrib, mereka
berjanji untuk membela Nabi. Perjanjian ini kemudian dinamakan Perjanjian Bai’ah Aqabah II.
Setelah mengetahui perjanjian tersebut, orang kafir Quraisy melakukan tekanan dan intimidasi
secara lebih gila lagi terhadap kaum muslimin. Karena hal inilah, akhirnya Nabi memerintahkan
sahabat–sahabatnya untuk hijrah ke Yastrib atau Madinah.

2. Fase Madinah atau Madaniyah (Setelah Hijrah)

Saat Nabi Muhammad sampai di Madinah, beliau disambut dengan syair-syair dan penuh
kegembiraan oleh penduduk Madinah. Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekadar
berpindah dan menghindarkan diri dari ancaman dan tekanan orang kafir Quraisy dan penduduk
Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi
juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun srategi dalam menghadapi
tantangan lebih lanjut, sehingga nanti terbentuk masyarakat baru yang di dalamnya bersinar
kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW
melalui wahyu Allah SWT. Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib, Nabi diangkat menjadi
pemimpin penduduk Madinah, mengingat penduduk yang tinggal di Madinah bukan hanya kaum
muslimin, tapi juga golongan masyarakat Yahudi dan orang Arab yang masih menganut agama
nenek moyang, maka agar stabilitas masyarakat dapat terwujudkan Nabi mengadakan perjanjian
dengan mereka, yaitu suatu piagam yang menjamin kebebasan beragama bagi kaum Yahudi.
Piagam yang pada kemudian hari terkenal dengan sebutan Piagam Madinah. Setiap golongan
masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Di samping itu setiap
8
masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri dari serangan musuh. Adapun
dasar-dasar tersebut adalah:

1. Mendirikan Masjid

2. Mempersaudarakan antara Anshar dan Muhajirin

3. Perjanjian bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim

4. Melaksanakan dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru

Dengan terbetuknya masyarakat baru Islam di Madinah, orang-orang kafir Quraisy


bertambah marah, maka terjadi peperangan yang pertama yaitu perang Badar pada tanggal 8
Ramadlan, tahun 2 H. Kemudian disusul dengan perang yang lain yaitu perang Uhud, Zabit dan
masih banyak lagi. Pada tahun 9 H dan 10 H (630–632 M) banyak suku dari berbagai pelosok
mengirim delegasi kepada Nabi bahwa mereka ingin tunduk kepada Nabi, serta menganut agama
Islam, maka terwujudlah persatuan orang Arab pada saat itu. Dalam menunaikan haji yang
terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya
yang sangat bersejarah antara lain larangan untuk riba, menganiaya, perintah untuk
memperlakukan istri dengan baik, persamaan dan persaudaraan antarmanusia harus ditegakkan
dan masih banyak lagi yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke Madinah, ia mengatur
organisasi masyarakat, petugas keamanan dan para da’i dikirim ke berbagai daerah, mengatur
keadilan, memungut zakat dan lain-lain. Lalu 2 bulan kemudian Nabi jatuh sakit, kemudian ia
meninggal pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal 11 H atau 8 Juni 632 M.

Untuk menghadapi kemungkinan gangguan–gangguan dari musuh, Nabi Muhammad


SAW sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara dalam
rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah. Akan tetapi, ketika pemeluk
agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin sering
terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan Quraisy. Namun berkat
keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka dapat mengatasinya.

2.3 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin

9
Sepeninggalnya Rasulullah SAW, nabi telah mewariskan dua sumber hukum Islam yang
dapat dijadikan rujukan dalam pemecahan segala permasalahan yang ada, yaitu al-Quran dan as-
Sunnah. Kehidupan bermasyarakat yang semakin dinamis, memungkinkan timbulnya
permasalahan-permasalahan baru yang harus dipecahkan, untuk itu para ulama baik dari
kalangan sahabat dan tokoh Islam lainnya, berkewajiban menegakkan hukum tasyri’ pada
zamannya masing-masing. Pada masa khulafaur rasyidin ini perkembangan hukum dibagi ke
dalam empat periode:

1. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq

Setelah nabi wafat, Abu Bakar ash-Shiddiq diangkat sebagai khalifah pertama. Khalifah
adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk menggantikan nabi dan melanjutkan
tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan pemerintah.

Sewaktu Rasulullah sedang sakit, baginda mengamanahkan Abu Bakar mengimamkan


solat orang Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, sebuah perkumpulan yang dihadiri oleh
golongan Anshar dan Muhajirin dibentuk untuk melantik seorang khalifah yang akan bertugas
memimpin umat Islam. Hasil dari musyawarah tersebut, maka ditunjuklah Abu Bakar sebagai
khalifah pertama dalam Islam selepas wafatnya Rasulullah.

Perlantikan Abu Bakar sempat mendapat tentangan dari beberapa orang yang ingin
melantik Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah karena Ali merupakan menantu dan anak saudara
Rasulullah SAW. Golongan Syiah yang merupakan golongan keluarga Bani Hasyim menentang
perlantikan Abu Bakar. Tentangan itu berakhir selepas Ali bin Abi Thalib berbaiat kepada Abu
Bakar.

Abu Bakar walaupun hanya memerintah selama dua tahun (632-634), tetapi beliau
banyak memberi sumbangsih terhadap perkembangan Islam. Beliau berperan menumpaskan
golongan Riddah yang ada di antaranya murtad dan ada diantaranya mengaku sebagai nabi.
Beliau juga orang yang pertama-tama berinisiatif mengumpulkan ayat-ayat Al Quran dan beliau
juga berperan meluaskan pengaruh Islam.

Kekuasaan yang dijalankan pada massa khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa
Rasululllah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif berpusat di tangan

10
Khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum,.
Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-
sahabatnya bermusyawarah.

Abu Bakar wafat pada 634 H di Madinah. Ada dua pendapat mengenai sebab kematian
Abu Bakar. Ada yang mengatakan disebabkan keracunan dan ada pula yang mengatakan Abu
Bakar meninggal dunia secara alamiah. Sebelum kewafatannya, Abu Bakar meminta masyarakat
menerima Umar bin al-Khaththab sebagai khalifah yang baru. Jasad Abu Bakar dikebumikan di
sebelah makam Nabi Muhammad di Masjid an-Nabawi yang terletak di Madinah.

2. Khalifah Umar bin al-Khathtab

Sewaktu pemerintah Umar, kekuasaan Islam berkembang dengan pesat; menguasai


Mesopotamia dan sebagian kawasan Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, dan Armenia
serta sejumlah bagian Romawi Timur. Ada di antara pertempuran ini menunjukkan kekuatan
pasukan Islam seperti Perang Yarmuk yang dimana pasukan Islam yang berjumlah 40,000 orang
menumpaskan pasukan Bizantium yang berjumlah 120.000 orang. Hal ini mengakhiri
pemerintahan Bizantium di sebagian wilayah.

Khalifah Umar banyak melakukan reformasi terhadap sistem pemerintahan Islam.


Misalnya dengan mengangkat gubernur-gubernur di kawasan yang baru ditaklukkan dan
melantik panglima-panglima perang yang memiliki kemampuan dan kompetensi. Sewaktu
pemerintahannya pula kota Kufah dan Bashrah dibangun. Umar bin al-Khaththab dikenal sebagai
sosok pemimpin yang bersahaja dan selalu peduli pada rakyatnya.

Khalifah Umar wafat pada tahun 644 selepas dibunuh oleh seorang budak Persia yang
bernama Abu Lu’lu’ah. Abu Lu’lu’ah menikam Umar karena menyimpan dendam terhadap
Khalifah Umar. Dia menikam Umar sebanyak enam kali sewaktu Umar menjadi imam di Masjid
al-Nabawi, Madinah.

Khalifah Umar meninggal dunia dua hari kemudian dan dikebumikan di sebelah makam
Nabi Muhammad SAW dan makam Abu Bakar.

3. Khalifah Utsman bin Affan

11
Selanjutnya masuk ke dalam masa kekhalifahan Utsman bin Affan yang berlangsung dari
tahun 644-656 M, produk hukum yang dibangunnya dapat juga dilihat dari jasa-jasa besarnya
yang paling penting yaitu tindakannya telah membuat al Qur’an standar (kodifikasi al Qur’an).
Standarisasi al Qur’an dilakukannya karena pada masa pemerintahannya, wilayah Islam telah
sangat luas dan didiami oleh berbagai suku dengan bahasa dan dialek yang berbeda.

Oleh sebab itu, di kalangan pemeluk agama Islam, terjadi perbedaan ungkapan dan
ucapan tentang ayat-ayat al Qur’an yang disebarkan melalui hafalan. Perbedaan cara
mengungkapkan itu, menimbulkan perbedaan arti, saat berita ini sampai kepada Usman, ia lalu
membentuk penitia yang di ketuai Zaid bin Tsabit untuk menyalin al Qur’an yang telah dihimpun
pada masa khalifah Abu Bakar yang disimpan oleh Hafsah (janda nabi Muhammad SAW).
Panitia tersebut bekerja secara disiplin, menyalurkan naskan al Qur’an ke dalam Mushaf untuk
dijadikan standar dalam penulisan dan bacaan al Qur’an di wilayah kekuasan Islam pada waktu
itu.

4. Khalifah Ali bin Abi Thalib

Pada zaman ke khalifahan sahabat Ali bin Abi Thalib (656-662 M), Ali tidak banyak
mengembangkan hukum Islam, dikarenakan Negara tidak stabil. Di sana timbul bibit-bibit
perpecahan yang serius dalam tubuh umat Islam yang bermuara pada perang saudara yang
kemudian menimbulkan kelompok-kelompok. Di antaranya dua kelompok besar yakni,
kelompok Ahlussunah Wal Jama’ah dan Syi’ah.

2.4 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Pertumbuhan dan Pembinaan

Pada masa ini lahir para ahli hukum Islam yang menemukan dan merumuskan garis-garis
suci islam, muncul berbagai teori yang masih dianut dan digunakan oleh umat islam sampai
sekarang. Banyak faktor yang memungkinkan pembinaan dan pengembangan pada periode ini,
yaitu:

a. Wilayah islam sudah sangat luas, tinggal berbagai suku bangsa dengan asal usul, adat
istiadat dan berbagai kepentingan yang berbeda. Untuk dapat menentukan itu maka ditentukanlah
kaidah atau norma bagi suatu perbuatan tertentu guna memecahkan suatu masalah yang timbul
dalam masyarakat.

12
b. Telah ada karya-karya tentang hukum yang digunakan sebagai bahan untuk
membangun serta mengembangkan hukum fiqih Islam.

c. Telah ada para ahli yang mampu berijtihad memecahkan berbagai masalah hukum
dalam masyarakat. Selain Perkembangan pemikiran hukum pada periode ini lahir penilaian
mengenai baik buruknya mengenai perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang terkenal dengan
al-ahkam al-khamsah.

2.5 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Kemunduran

Pada masa ini ahli hukum tidak lagi menggali hukum fiqih Islam dari sumbernya yang
asli tapi hanya sekedar mengikuti pendapat-pendapat yang telah ada dalam mazhabnya masing-
masing atau bertaqlid buta. Yang menjadi ciri umum pemikiran hukum dalam masa ini adalah
para ahli hukum tidak lagi memusatkan usahanya untuk memahami prinsip-prinsip atau ayat-ayat
hukum yang terdapat pada Al Qur’an dan sunah, tetapi pikirannya ditumpukan pada pemahaman
perkataan-perkataan, pikiran-pikiran hukum para imamnya saja.

Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran atau kelesuan hukum islam pada masa itu
adalah:

1. Kesatuan wilayah islam yang luas telah retak dengan munculnya beberapa negara baru.

2. Ketidakstabilan politik.

3. Pecahnya persatuan kenegaraan atau pemerintahan.

4. Gejala kelesuan berfikir timbul dimana-mana dengan demikian perkembangan hukum


Islam pada periode ini menjadi lesu.

2.6 Perkembangan Hukum Islam pada Masa Kebangkitan Kembali

Setelah mengalami kelesuan dalam beberapa abad lamanya, pemikiran Islam telah
bangkit kembali, timbul sebagai reaksi terhadap sikap taqlid tersebut yang telah membawa
kemunduran hukum islam. Pada abad ke XIV telah timbul seorang mujtahid besar yang
menghembuskan udara baru dalam perkembangan hukum Islam yang bernama Ibnu Taimiyyah
dan muridnya Ibnu Qayyim al Jauziyyah walau pola pemikiran mereka dilanjutkan pada abad ke

13
XVII oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab yang terkenal dengan gerakan baru di antara gerakan-
gerakan para ahli hukum yang menyarankan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Gerakan ini
disebutkan sebagai gerakan Salaf (Salafiah) yang ingin kembali kepada kemurnian ajaran Islam
di zaman salaf (permulaan), generasi awal dahulu yang terkenal dengan gerakan Wahabi yang
mempunyai pengaruh pada gerakan Padri di Minangkabau (Indonesia).

Hanya saja barangkali pemikiran-pemikiran hukum Islam yang mereka ijtihadkan


khususnya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim, tidak menyebar luas kepada dunia Islam sebagai
akibat dari kondisi dan situasi dunia Islam yang berada dalam kebekuan, kemunduran dan
bahkan berada dalam cengkeraman orang lain, ditambah lagi dengan sarana dan prasarana
penyebaran ide-ide seperti percetakan, media massa dan elektronik serta yang lain sebagainya
tidak ada, padahal sesungguhnya ijtihad-ijtihad yang mereka hasilkan sangat berilian,
menggelitik dan sangat berpengaruh bagi orang yang mendalaminya secara serius.

Ijtihad-ijtihad besar yang dilakukan oleh kedua dan bahkan ketiga orang tersebut di atas,
dilanjutkan kemudian oleh Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897) terutama di lapangan politik.
Jamaluddin Al-Afgani inilah yang memasyhurkan ayat Al-Qur’an: Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah nasib suatu bangsa kalau bangsa itu sendiri tidak (terlebih dahulu) berusaha
mengubah nasibnya sendiri (Q.S. Ar-Ra’du (13) : 11). Ayat ini dipakainya untuk menggerakan
kebangkitan umat Islam yang pada umumnya dijajah oleh bangsa Barat pada waktu itu. Al-
Afgani menilai bahwa kemunduran umat Islam itu pada dasarnya adalah disebabkan penjajahan
Barat.

Oleh karena penyebab utama dari kemunduran itu adalah penjajahan Barat terhadap
dunia Islam, maka Al-Afgani berpendapat bahwa agar ummat Islam dapat maju kembali, maka
penyebab utamanya itu yang dalam hal ini adalah penjajahan Barat harus dilenyapkan terlebih
dahulu. Untuk itulah maka Al-Afgani menelurkan ide monumentalnya yang sangat terkenal
sampai dengan saat ini, yaitu Pan Islamisme, artinya persatuan seluruh umat Islam.

Persoalannya sekarang adalah apakah pemikiran Al-Afgani tentang Pan Islamisme ini
masih relevan sampai dengan saat ini ataukah tidak. Artinya apakah pemikiran Al-Afgani ini
masih cocok untuk diterapkan dalam dunia Islam yang nota bene nasionalisme masing-masing
negara sudah menguat dan mengental ditambah tidak seluruhnya negara-negara muslim

14
negaranya berdasarkan Islam. Gagasan ide yang dilontarkan oleh Al-Afgani ini adalah relevan
pada masanya, namun demikian masih perlu diterjemahkan ulang (diperbaharui substansinya)
pada masa kini. Sebab persatuan dunia Islam sebagaimana layaknya sebuah negara Islam
Internasional hampir tidak memungkinkan untuk dilaksanakan lagi, tetapi persatuan umat Islam
dalam arti bersatu untuk memberantas pengaruh negatif dari negara-negara Barat dan adanya
kesepakatan bersama untuk saling bantu membantu dalam memberantas kemiskinan, kebodohan
dan keterbelakangan adalah sesuatu hal yang mutlak dan sangat diperlukan oleh dunia Islam saat
ini.

Cita-cita ataupun ide besar Al-Afgani tersebut mempengaruhi pemikiran Muhammad


Abduh (1849-1905) yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya Muhammad Rasyid Ridha (1865-
1935). Pikiran-pikiran Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha mempengaruhi
pemikiran ummat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, pikiran-pikiran Abduh ini sangat kental
diikuti oleh antara lain Gerakan Sosial dan Pendidikan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.
H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta tahun 1912. Hanya saja pikiran-pikiran Al-Afgani yang diikuti
oleh Gerakan Sosial dan Pendidikan Muhammadiyah itu lebih banyak pada substansi daripada
konsep Pan Islamisme, bukan pada pendirian negara islam internasionalnya.

2.7 Penerapan Hukum Islam di Dunia

Negara Islam atau negara-negara berpenduduk muslim, dapat di kelompokkan menjadi


tiga kelompok besar, sebagaimana yang di petakan Tahir Mahmud dalam memandang
pemberlakuan hukum Islam khususnya dalam hukum keluarga :

1. Kelompok negara-negara yang mengikuti (memberlakukan) hukum kelurga Islam


secara tradisional, di mana hukum keluarga Islam klasik/tradisioanal diberlakukan menurut
madhab yang bervariasi sebagai warisan yang bersifat turun-temurun, tidak pernah berubah dan
tidak pernah dikodifikasi hingga masa-masa sekarang. Di antara negara-negara yang tergolong
kelompok ini ialah Arab Saudi, Yaman, Bahrai dan Kuwait.

2. Kelompok negara-negara yang telah melakukan pembaharuan hukum keluarga Islam.


Kelompok kelompok Negara ini adalah Negara yang telah melakukan pembaharuan hukum
keluarga. Misalnya Mesir tahun 1920-1946 yang mulai mengadakan reformasi dengan

15
memadukan mazhab Hanafi, Syafi’i. Negara lain yang melakukan hal serupa adalah Sudan,
Yordania , Suriah, Tunisia, Maroko, Algeria, Irak, Iran dan Pakistan.

3. Kelompok negara-negara sekuler di mana hukum keluarga Islam telah ditinggalkan


dan digantikan dengan undang-undang hukum modern yang berlaku untuk seluruh penduduk dan
dapat dikatakan terlepas dari agama mereka. Di antara contohnya adalah Turki pada masa Kemal
Attaturk yang oleh Edward Mortimer dijuluki sebagai bangsa muslim dengan negara sekuler
yang memberlakukan kode sipil yang didasarkan pada hukum-hukum Barat.

Pada masa kontemporer, hukum Islam memang tidak diberlakukan oleh seluruh negara
yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam. Namun, negara-negara berikut ini cukup
menerapkan hukum Islam di era modern sekalipun hanya sebagian atau tidak menyeluruh.

1. Arab Saudi
Arab Saudi adalah salah satu negara yang masih konsisten menerapkan hukum Islam,
kendati hukum Islam yang dijalankan oleh Arab Saudi masih begitu tradisional. Hukum yang
digunakan di Arab Saudi adalah hukum syariat Islam dengan berdasarkan pemahaman salafush-
shalih (para sahabat Nabi dan yang mengikuti mereka dengan baik) dan secara umum bermazhab
Hambali. Dengan memegang teguh al-Quran dan al-Hadits berdasarkan pemahaman salaf,
pemahaman Islam di Arab Saudi kerap disebut sebagai pemahaman Salafi.
2. Qatar
Qatar adalah salah satu negara termakmur di saat ini walaupun luas wilayahnya sangat
kecil. Dengan memiliki kekayaan yang terutama berasal dari persediaan minyak-minyaknya,
pemerintah Qatar mampu membangun banyak infrastruktur unggul dan menyejahterakan
rakyatnya. Qatar adalah salah satu negara Arab yang boleh dibilang menganut hukum Islam,
kendati pun tidak seluruh hukum Islam mereka terapkan. Para ulama di Qatar masih ditempatkan
di maqam yang terhormat sebagi objek untuk dimintai fatwa terhadap suatu hukum dan ajaran
Islam pun masih menjadi pedoman hidup.

3. Turki

Republik Turki adalah salah satu negara Islam merdeka yang sempat terisolasikan pada
saat Musthafa Kemal atau yang dikenal dengan Kemal Attatrurk berkuasa. Turki memiliki
penduduk berjumlah sekitar 42 juta jiwa, di mana lebih dari 90% di antaranya adalah menganut
16
agama Islam. Pada tahun 1926 Turki menggunakan hukum pidana yang didasarkan pada hukum
Italy, sedangkan Undang-undang Hukum Acara Pidana yang menyusul dua tahun kemudian,
banyak diilhami Undang-undang Jerman. Dalam bidang perdata Turki memberlakukan Code
Civil yang diadopsi oleh Negara-negara ini setelah runtuhnya kekuasaan Ottoman (Ottoman
Empire), code civil Turki bersumber pada code civil Switzerland 1912, yang mengangkat materi-
materi hukum islam prinsipil. Jadi, walaupun tak seutuhnya mengambil hukum Islam sebagai
dasar hukum negara dan masih tercampuri undang-undang non-Islam, pada dasarnya tetap
memberlakukan hukum Islam.

4. Mesir

Republik Arab Mesir adalah sebuah negara yang berada di kawasan Afrika dengan
ibukota Kairo. Dahulunya, Mesir pernah diinvansi oleh Inggris selama beberapa tahun. Sehingga
hal tersebut berpengaruh juga terhadap sistem sosial politik di Mesir. Adapun menyoal
penerapan hukum, sebagian ulama di Mesir berusaha agar negara mereka memberlakukan
hukum syariat Islam dan bukan hukum Barat. Namun ternyata pemberlakuan hukum Islam di
Mesir tidak dapat berjalan secara utuh sekali. Akhirnya, hukum Islam yang berlaku di sana
adalah hukum Islam dengan interpretasi baru, yang tentunya, agak tercampuri pula dengan
hukum Barat. Di pengadilan Mesir, mazhab yang dianut adalah mazhab Syafi’i. Para ulama di
Mesir memiliki peranan yang cukup besar terhadap berlangsungnya hukum di negara tersebut.
Hal itu membuktikan bahwa hukum Islam berjalan cukup massif di Mesir.

5. Yordania

Yordania memegang asas tasyri’ Utsmani sebagai dasar hukum pemerintahannya.


Pemerintah Yordania sangat memerhatikan hukum syara’ terutama yang berkaitan dengan ahwal
syakhsiyyah. Pada tahun 1927 dikeluarkan peraturan perundang-undangan tentang keluarga yang
diambil dari hukum Utsmani. Pada tahun 1951 dikeluarkan UU Nomor 2 tentang hukum
kekeluargaan Yordania yang baru yang mengatur ahwal syakhsiyyah kecuali masalah wasiat dan
waris.

6. Suriah

17
Suriah, sepertinya sejumlah negara Arab lainnya berada di bawah naungan kekhalifahan
Turki Utsmani sebelum terjadinya perang dunia. Karena itulah pemberlakuan hukum di Suriah
masih banyak menganut atau menjalankan hukum Islam. Di antara pemberlakuan hukum Islam
di Suriah adalah menyangkut hal-hal yang terkait dengan kekeluargaan dan ahwal asy-
syakhshiyyah semisal hukum perkawinan, perceraian, wasiat, waris, dan lain sebagainya.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan mendasari pada pemaparan-pemaparan tersebut di atas, maka diketahuilah bahwa


hukum Islam memiliki riwayat sejarah yang panjang. Dimulai dari perkembangan hukum Islam
pada masa Rasulullah, pada masa khulafaur rasyidin, dan masa-masa selanjutnya hingga masa
sekarang. Islam secara asal tidaklah berubah, sebab Islam senantiasa relevan pada tiap ruang dan
waktu. Namun, secara praktik hukum Islam dapat saja berlangsung secara dinamis tanpa
mengubah substansi utama dari hukum Islam tersebut.

Kita juga dapat mengetahui bahwasanya perkembangan hukum Islam ini ada kalanya
meningkat dan ada kalanya mengalami kemunduran. Meningkatnya atau kemajuan hukum Islam
umumnya hanya dapat tercapai jika umat Islam mau menggunakan daya pikir dan
mengupayakan seluruh tenaga untuk mempelajari Islam yang benar secara mendalam. Kemudian
didukung dengan pemerintahan Islam yang tidak berpolemik alias stabil. Sebaliknya hukum
Islam dapat mengalami kemunduran apabila umat Islam bermalas-malasan dalam mempelajari
Islam dan pemerintahan Islam senantiasa terfokuskan pada hal-hal duniawi semata.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Musthofa dan Abdul Wahid. 2009. Hukum Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika.

2. Santoso, Topo. 2000. Membumikan Hukum Pidana Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

3. Wulandari, Putri Yolanda dkk,. Sejarah Perkembangan Hukum Islam I. Jember: Tidak
diterbitkan.
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Arab_Saudi [diakses pada 4 Oktober 2018]
5. http://islammoderat.com/apakah-qatar-negara-islam/ [diakses pada 4 Oktober 2018]
6. http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-fakultas/entry/perkembangan-
hukum-islam-di-berbagai-negara-muslim [diakses pada 4 Oktober 2018]
7. http://amiercadul.wordpress.com [diakses pada 4 Oktober 2018]

20
LAMPIRAN: SOAL DAN JAWABAN

I. SOAL

A. Pilihan Ganda

1. Peraturan-peraturan yang merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam yang dibuat oleh
Allah disebut…

A. Hukum Rimba C. Hukum Islam

B. Hukum Manusia D. Hukum Alam

2. Berapa lamakah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi sewaktu di Mekkah?

A. 3 tahun C. 5 tahun

B. 4 tahun D. 6 tahun

3. Khalifah yang berfokus memerangi orang yang murtad dan enggan membayar zakat pada
masa kekuasaannya adalah…

A. Abu Bakar ash-Shiddiq C. Utsman bin Affan

B. Umar bin al-Khathtab D. Ali bin Abi Thalib

4. Pada masa kekhalifahan Ali hukum Islam kurang berkembang dikarenakan…

A. Luasnya persebaran umat Islam

B. Umat sangat bersatu padu

C. Tidak adanya pertentangan dan perpecahan

D. Negara tidak stabil dan banyak perpecahan

5. Berikut ini adalah faktor yang menyebabkan kemunduran hukum Islam kecuali…

A. Kesatuan umat Islam yang menjadi retak karena banyaknya negara baru

B. Lesunya perkembangan pemikiran Islam dan banyaknya taqlid


21
C. Kestabilan politik

D. Ketidakstabilan politik

6. Pada abad ke-14 M ada dua ulama mujtahid pembaharu Islam yaitu…

A. Abu Bakar dan Umar C. Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha

B. Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim D. Bukhari dan Muslim

7. Jamaluddin al-Afghani merupakan tokoh…

A. Sekularisme C. Posmodernisme

B. Sosialisme D. Pan Islamisme

8. Di antara negara yang memberlakukan hukum Islam secara tradisional adalah…

A. Arab Saudi C. Indonesia

B. Turki D. Malaysia

9. Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha merupakan dua tokoh pembaharu Islam
yang berasal dari…

A. Arab Saudi C. Turki

B. Mesir D. Iran

10. Hukum Islam akan maju dan bangkit kembali apabila…

A. Umat Islam malas belajar C. Umat Islam kembali pada agamanya

B. Umat Islam berpecah belah D. Umat Islam mementingkan dunia

B. Essay

1. Apa 4 nama lain dari ‘hukum Islam’?

22
2. Ada berapa cara dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saat fase mekkah? Sebutkan!

3. Apa tema fokus dakwah Rasulullah pada fase makkiyah?

4. Apa tema fokus dakwah Rasulullah pada fase madaniyah?

5. Di antara 4 Khulafaur Rasyidin, pada masa siapakah hukum Islam sangat berkembang?

6. Di antara 4 Khulafaur Rasyidin, pada masa siapakah hukum Islam tidak begitu berkembang?
7. Sebutkan faktor yang menyebabkan mundurnya hukum Islam!

8. Siapa sajakah tokoh pembaharu Islam pada masa modern?

9. Sebutkan 5 negara yang menjalankan hukum Islam (sebagian maupun seluruhnya)!

10. Sebutkan faktor-faktor agar hukum Islam semakin berkembang!

23
II. JAWABAN

A. Pilihan Ganda

1. C. Hukum Islam

2. A. 3 tahun

3. A. Abu Bakar

4. D. Negara tidak stabil dan banyak perpecahan

5. C. Kestabilan politik

6. B. Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim

7. D. Pan Islamisme

8. A. Arab Saudi

9. B. Mesir

10. C. Umat Islam kembali pada agamanya

B. Essay

1. Syariah, Fiqih, Hukum Syarak, dan Qanun.

2. Dua cara, yaitu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.

3. Tauhid dan keimanan

4. Hukum-hukum Islam

5. Pada masa ‘Umar bin al-Khathtab, karena saat itu wilayah Islam telah berkembang luas dan
reformasi sistem pemerintah Islam sangat gencar.

24
6. Pada masa ‘Ali bin Abi Thalib, sebab waktu itu kondisi negara tidak stabil dan banyak
konflik.

7. Ketidakstabilan politik, taqlid, dan terpecahnya negara-negara Islam.

8. Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha.

9. Arab Saudi, Mesir, Sudan, Irak, dan Turki.

10. Menjaga kesatuan umat; tidak mencampuradukkan kepentingan agama dengan kepentingan
politik; senantiasa mengembangkan pemikiran-pemikiran dan keilmuan Islam.

25

Anda mungkin juga menyukai