Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HUKUM ISLAM
Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah
mata kuliah : Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing :

H. Suhada, S.Ag., M.Pd.i.

Disusun oleh

MUHAMAD ALFAREL JULIANTO NIM 2211476440

MUHAMAD ALFAREL JULIANTO NIM 2211476440

MUHAMAD ALFAREL JULIANTO NIM 2211476440

MUHAMAD ALFAREL JULIANTO NIM 2211476440

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM


UNIVERSITAS RAHARJA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang implikasi nilai nilai ibadah dalam kehidupan
sehari hari.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang impilkasi nilai nilai
ibadah dalam kehidupan sehari hari dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca

. Yogyakarta, 18 September 2017

Halaman | ii
Penulis

DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................v

1.1.Latar Belakang.............................................................................................v

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................v

1.3.Tujuan Masalah...........................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................1

2.1. Konsep Hukum Dalam Islam.....................................................................1

2.2. Sumber Hukum Islam.................................................................................2

2.3. Tujuan Hukum Islam..................................................................................4

2.4. Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum..........................................6

2.5 Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan Hukum......................................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................................12

3.1 Kesimpulan................................................................................................12

3.2. Saran.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

Halaman | iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada dasarnya manusia meskipun berbeda jenis, suku bangsa dan ras,
dihadapan Allah dan muka hakim semuanya sama. Sebagai orang Islam yang taat,
kita tidak hanya menerapkan syariat agama pada kehidupan sehari-hari kita, tapi kita
juga harus mengetahui, mencermati, dan menerapkan agama didalam lingkup hukum.
Dalam kesempatan ini, kami menulis makalah ini dengan alasan agar para
pembaca dapat mengenal lebih dalam apa itu hukum Islam.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menumbuh kembangkan kesadaran untuk taat hukum?
2. Bagaimana peran agama dalam perumusan dan penegakkan hukum yang adil?

1.3.Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. mengetahui bagaimana cara menumbuh kembangkan kesadaran untuk taat pada
hukum.
2. Mengetahui pengertian dan maksud dari hukum Islam tersebut.
3. Mengidentifikasi hubungan antara hukum Allah serta fungsing dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Mengidentifikasi peran agama dalam perumusan hukum.
5. Mempelajari cara agama mengajarkan keadilan dan fungsi profetik agama dalam
hukum

Halaman | iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Hukum Dalam Islam


Hukum (peraturan/norma) adalah suatu hal yang mengatur tingkah
lakumanusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan tingkah laku manusia dalam
suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataanyang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan ataunorma yang dibuat dengan
cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa.
Hukum Islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-
Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan
kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah
(perbuatan).
Dengan adanya Hukum dalam Islam berarti ada batasan-batasan yang harus
dipatuhi dalam kehidupan. Kerena tidak bisa dibayangkan jika hukum, seseorang
akan semaunya melakukan sesuatu perbuatan termasuk perbuatan maksiat.
Hukum Islam dibagi ke dalam dua bagian :
 Bidang Ibadah (ibadah mahdah)
  Ibadah mahdah adalah tata cara beribadah yang wajib dilakukan seorang
muslim dalam berhubungan dengan Allah seperti shalat, puasa,zakat, dan haji.
 Bidang Mu’amalah ( ibadah ghairu mahdah )
  Mu’amalah adalah ketetapan Allah yang langsung berhubungan
dengan kehidupan sosial manusia, yang sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui
ijtiad manusia yang memenuhi syarat untuk melakukan usaha itu.
Dengan adanya hukum ibadah mahdah dan muamalah ini jika diamalakan
oleh manusia akan dapat terpelihara Agama, jiwa, dan akalnya.

Halaman | 1
2.2. Sumber Hukum Islam
Pembahasan sumber-sumber syariat Islam, termasuk masalah pokok (ushul )
karena dari sumber-sumber itulah terpancar seluruh hukum/syariat Islam. Oleh
karenanya untuk menetapkan sumber syariat Islam harus berdasarkan ketetapan yang
qath’i (pasti) kebenarannya, bukan sesuatu yang bersifat dugaan (dzann).Berikut
sumber hukum islam :
1.Al-Qur’an
  Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui
 perantaraan malaikat Jibril kepada Rasulullah saw dengan menggunakan bahasa
Arab disertai kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi) dalam hal pengakuannya
sebagai rasul dan agar dijadikan sebagai pedoman hukum bagi seluruh ummat
manusia, di samping merupakan amal ibadah bagi yang membacanya. Sebagaimana
dalam ayat
105 surat An-Nisa

Al-Qur’an diriwayatkan dengan cara tawatur (mutawatir ) yang artinya diriwayatkan


oleh orang sangat banyak semenjak dari generasi shahaba tke generasinya selanjutnya
secara berjamaah. Jadi apa yang diriwayatkan oleh orang per orang tidak dapat
dikatakan sebagai Al-Qur’an. Orang-orang yang memusuhi Al-Qur’an dan membenci
Islam telah berkali-kali mencoba menggugat nilai keasliannya. Akan tetapi realitas
sejarah dan pembuktian ilmiah telah menolak segala bentuk tuduhan yang mereka
lontarkan.Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan ciptaan manusia, bukan karangan
Muhammad saw ataupun saduran dari kitab-kitab sebelumnya.

Halaman | 2
Al-Qur’an tetap menjadi mu’jizat sekaligus sebagai bukti keabadian dan keabsahan
risalah Islam sepanjang masa dan sebagai sumber segala sumber hukum bagi setiap
bentuk kehidupan manusia di dunia.
2. As-Sunnah
  Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan taqrir
(ketetapan / persetujuan / diamnya) Rasulullah saw terhadap sesuatu hal/perbuatan
seorang shahabat yang diketahuinya. Sunnah merupakan sumber syariatIslam yang
nilai kebenarannya sama dengan Al-Qur’an karena sebenarnya Sunnah juga berasal
dari wahyu. Berikut ini sebagaimanayang terdapat pada surat Al-hasyr ayat 7
 

3. Al-Ijtihad
Al-Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga berdasar pada
QS. 4 : 59

yang berisi perintah kepada orang-orang yang beriman agar patuh, taatkepada
ketentuan-ketentuan Rasul (sunah/hadits) serta taat mengikutiketentuan-ketentuan
Ulil Amri (Ijtihad).Berikut ini potongan surat yangmenjelaskan tentang ijtihad

Halaman | 3
Al-Ijtihad yaitu berusaha dengan keras untuk menetapkan hukum suatu persoalan
yang tidak ditegaskan secara langsung oleh Al-Qur’an dan atau Hadits dengan cara
istinbath (menggali kesesuaiannya pada Al-Qur’an dan ataupun Hadits) oleh ulama-
ulama yang ahli setelah wafatnya Rasulullah.Ijtihad dapat dilakukan dengan
menggunakan Ijma’, Qiyas,  Istihsan, Istishab, Mashalah Mursalah, ‘Urf  (tradisi).
Syarat Mujtahid:
 Umum: Islam, baligh dan berakal  
 Pokok: mengetahui al-Qur’an, sunnah, maqasid syar’iyah dan qawaid al-fiqhiyah
 Penting: menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui khilafiyah
dan masalah-masalah yang sudah diijma’kan.
 

2.3. Tujuan Hukum Islam

1.) Menjaga agama (hifdz ad-din).


Agama wahyu diturunkan Allah SWTmelalui malaikat sejak Nabi Adam As
sampai kepada Nabi MuhammadSAW untuk disampaikan kepada umat manusia.
Namun demikian,dalam penyampaiannya tidak boleh ada paksaan. Sebab
merupakan hakmanusia untuk memilih atau tidak memilik agama dan
keyakinannyaitu.

2.) Menjaga jiwa (hifdz an-nafs). 


Hak hidup sangat dijamin dan dijunjungtinggi dalam Islam. Karenanya, ada
hukum qishos yang membunuhorang yang telah membunuh orang lain, kecuali

Halaman | 4
keluarganyamemaafkan dan membayar denda. Untuk bisa hidup, maka manusia
harus mampu mencukupi sandang, pangan dan papan, sehingga dapat  hidup
layak dan berkesinambungan.

3.) Menjaga akal (hifdz al aql).


Hal yang membedakan manusia dengan  binatang adalah akalnya. Tanpa akal
maka manusia sama saja dengan  binatang. Akal harus dijaga dengan sebaik-
baiknya supaya tetap sehat  dan kuat. Akal yang sehat terletak pada jiwa sehat.
Karena itu, hal-hal  yang dapat merusak dan menghilangkan akal wajib dihindari,
seperti  minuman keras, narkoba, perjudian, dan lain-lain. 

4.) Menjaga keturunan (hifdzan nasb).


Salah satu kebahagian hidup adalah manakalah memiliki keturuan dari hasil
perkawinan legal / sah,  baik secara hukum agama maupun hukum negara,
sehingga menjadi  keturunan yang indah dipandang mata (qurrota a’yun). Sebab
ia akan  menjadi generasi penerus, dan yang akan mendoakan kedua orang  tuanya
setelah wafat. 
5.) Menjaga harta (hifdzalmaal).
Harta yang kita miliki, sesungguhnya  adalah milik Allah, karena itu hanyalah
titipan saja. Namun demikian,  kita wajib untuk menjaganya agar tidak hilang
atau rusak, apalagi  sampai menimbulkan kemudharatan. Bahkan, kalau harta kita 
dirampok, kemudian melakukan perlawanan dan sampai terbunuh,  maka matinya
syahid. Maka wajib bagi kita untuk memperhatikan dari  mana harta itu diperoleh
dan menggunakannya dengan baik dan benar  sehingga memberikan manfaat bagi
orang lain. 

Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah  kerusakan pada
manusia dan mendatangkan maslahah bagi mereka,  mengarahkan kepada kebenaran
untuk mencapai kebahagiaan hidup  dunia dan akhirat, dengan perantara segala yang
bermanfaat serta menolak yang medarat atau tidak berguna bagi kehidupan manusia.

Halaman | 5
2.4. Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum
Menurut ahli ushul fiqih, hukum Islam adalah ketentuan Allah yang  berkaitan
dengan perbuatan yang mukallaf yang mengandung suatu  tuntunan, pilihan atau yang
menjadikan sesuatu sebab, syarat, atau  penghalang bagi adanya sesuatu yang lain. 
Menurut ahli fiqih, hukum syari’i (Islam) adalah akibat yang  timbul dari
perbuatan orang yang mendapat beban Allah SWT., dan ini  dibagi menjadi 2 bagian:
Hukum taklifi, dan Hukum wad’i
a. Hukum Taklifi 
Hukum Taklifi adalah ketentuan Allah yang mengandung  ketentuan untuk
dikerjakan oleh mukallaf atau ditinggalkannya atau  yang mengandung pilihan antara
dikerjakan dan ditinggalkan.
Hukum  Taklifi dibagi menjadi 5 macam: 
1) Ijab, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk dilakukan suatu  perbuatan
dengan tuntutan pasti, disebut wajib. 
2) Nadb, adalah ketetntuan Allah yang menuntut agar dilakukan suatu  perbuatan
dengan tuntutan yang tidak harus dikerjakan. Sedangkan  kerjaan yang dikerjakan
secara sukarela disebut sunah. 
3) Tahrim, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk ditinggalkan  suatu
perbuatan dengan tuntutan tegas. Perbuatan yang dituntut  untuk ditinggalkan
disebut haram. 
4) Karahah, adalah ketentuan untuk meninggalkan suatu perbuatan  dengan tidak
tegas untuk ditinggalkannya, sedangkan perbuatan  yang dituntut untuk
ditinggalkannya dusebut makruh.

Halaman | 6
5) Ibahah, adalah ketentuan Allah yang mengandung hak pilihan orang  mukallaf
antara mengerjakan dan meninggalkannya. Pekerjaan yang  diperkenankan untuk
dikerjakan dan ditinggalkan disebut mubah.
b. Hukum Wad’i
Hukum Wad’i adalah ktentuan Allah yang mengandung pengertian  bahwa
terjadinya sesuatu itu sebab, syarat, atau penghalang sesuatu.  Misalnya :
⮚ Sebab sesuatu, menjalankan sholat menjadi sebab kewajiban wudhu
⮚ Syarat sesuatu, kesanggupan mengadakan perjalanan ke Baitullah  menjadi
syarat wajibnya menunaikan haji 

⮚ Penghalang sesuatu, berbeda agama menjadi penghalang harta  pusaka-


mempusakai. 
Kesimpulannya, hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh  Allah
melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Qur’an dan  dipertegas oleh Nabi
Muhammad melalui sunah-Nya yang kini terhimpun  dengan baik dalam hadist. 

2.5 Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan Hukum


Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang bebeas dan merdeka,  karena inggin
memperkuat kedudukan pribadinya untuk memenuhi  keinginan dan kegemarannya,
mereka tidak sanggup menghadapi  tantangan alam untuk menyatukan diri dengan
sodara sesama manusia  dan menyatakan usahanya dengan orang lain.Untuk
mengatasi itu tidak  ada cara lain. 

Ada 3 program yang harus dicermati dan difahami, yaitu:  

1. Terwujudnya masyrakat yang agamis, berperadaban luhur, berbasis  hati nurani


yang diilhami dan disinari firman ajaran agama Allah.
2. Terhindarnya perilaku radikal, ekstrim, tidak toleran, dan eksklusif  dalam
kehidupan beragama. 
3. Terbinanaya masyarakat yang dapat menghayati, mengamalkan  ajaraj-ajaran
agama dengan sebenarnya, mengutamakan persamaan,  menghargai HAM dan
menghormati perbedaan melalui  internalisasi ajaran agama. 

Halaman | 7
Aspek kehidupan sosial keadaanya selalu berubah-ubah mengikuti  perubahan
waktu, tempat ,keadaan, maka syariat atau hukum yang  merupakan salah satu aspek
sosial dengan sendirinya antara kehidupan  sosial dengan hukum mempunyai aspek
yang saling mempengaruhi,  maka kita akan mendapatkan sebab perbedaan diantara
berbagai  hukum karena perbedaan waktu dan tempat dan adanya bermacam-
macam hukum yang diwarnai oleh faktor kebangsaan dan faktor  khusus dan sifatnya
tradisional.  
Sistem hukum yang mewarnai hukum nasional kita di Indonesia  selama ini
dasarnya terbentuk atau dipengaruhi oleh tiga pilar subsistem  hukum yaitu sistem
hukum barat, hukum adat dan sistem hukum Islam,  yang masing-masing menjadi
sub-sistem hukum dalam sistem hukum  Indonesia. Sistem Hukum Barat merupakan
warisan penjajah kolonial  Belanda yang selama 350 tahun menjajah Indonesia.
Penjajahan  tersebut sangat berpengaruh padasistem hukum nasional kita. 
Sementara Sistem Hukum 
Adat bersendikan atas dasar-dasar alam pikiran bangsa Indonesia,  dan untuk
dapat sadar akan sistem hukum adat orang harus menyelami  dasar-dasar alam pikiran
yang hidup di dalam masyarakat Indonesia.  Kemudian sistem Hukum Islam, yang
merupakan sistem hukum yang  bersumber pada kitab suci AIquran dan yang
dijelaskan oleh Nabi  Muhammad dengan hadis/sunnah-Nya serta dikonkretkan oleh
para  mujtahid dengan ijtihadnya. 

1. UUD 1945 
Hukum Islam dalam bentuk peraturan khusus yang berlaku bagi  umat Islam
misalnya adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989  tentang Pengadilan Agama
dan keberadaan Kompilasi Hukum Islam  (KHI) yang penyebarluasannya dilakukan
berdasarkan Inpres No. 1  Tahun 1991. Sedangkan Hukum Islam dalam hukum
nasional yang  berlaku umum misalnya ada pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 
1960 tentang Pokok-Pokok Agraria khususnya yang mengatur tentang  perwakafan
tanah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang  Perkawinan, Undang-Undang

Halaman | 8
Nomor 4 Tahun 1979 tentang  Kesejahteraan Anak, dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002  tentang Perlindungan Anak. 
Undang-undang yang berlaku saat ini seperti, UU Perkawinan, UU  Peradilan
Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Pengelolaan  Zakat, dan UU Otonomi
Khusus Nanggroe Aceh Darussalam serta 
beberapa undang-undang lainnya yang langsung maupun tidak langsung  memuat
hukum Islam seperti UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang  perbankan yang mengakui
keberadaan Bank Syari’ah dengan prinsip  syari’ahnya, atau UU NO. 3 Tahun 2006
tentang Peradilan Agama yang  semakin memperluas kewenangannya, dan UU
Nomor 21 Tahun 2008  tentang Perbankan Syariah. 

2. Undang-undang Perkawinan 
Dalam ikatan perkawinan sebagai salah satu bentuk perjanjian  (suci) antara
seorang pria dengan seorang wanita, yang mempunyai  segi-segi perdata, berlaku
beberapa asas, diantaranya adalah : 
a. Kesukarelaan,  

b. Persetujuan kedua belah pihak,  

c. Kebebasan memilh,  

d. Kemitraan suami-istri,  

e. Untuk selama-lamanya,  

f. Monogami terbuka. 

3. Undang-undang Peradilan Agama 


Peradilan adalah proses pemberian keadilan di suatu lembaga yang  disebut
pengadilan. Pengadilan adalah lembaga atau badan yang  bertugas menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan setiap  perkara yang diajukan kepadanya.
Peradilan Agama adalah proses  pemberian keadilan berdasarkan hukum agama Islam
kepada orang-orang Islam yang dilakukan di Pengadilan Agama dan Pengadilan 
Tinggi Agama.  

Halaman | 9
Untuk menegakkan hukum islam yang berlaku secara yuridis  formal dalam
negara republik indonesia, pada tanggal 8 desember 1988  presiden Republik
Indonesia menyampaikan rancangan undang-undang  peradilan agama kepada dewan
perwakilan rakyat untuk di bicarakan  dan di setujui sebagai undang-undang
menggantikan semua peraturan perundang-undangan tentang peradilan agama yang
tidak sesuai lagi  dengan undang-undang dasar 1945 dan undang-undang tentang
pokok pokok kekuasaan kehakiman 1970. 
Pada hari kamis tanggal 14 desember 1989, rancangan undang undang
peradilan agama itu di setujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat  menjadi Undang-
Undang Republik Indonesia. Pada tanggal 29  desember 1989, oleh presiden republik
Indonesia dalam lembaran  negara nomor 49 tahun 1989. Pemeluk agama Islam yang
telah menjadi  bagian penduduk indonesia, dengan undang-undang itu di beri 
kesempatan untuk menaati hukum Islam yang menjadi bagian mutlak  ajaran
agamanya, sesuai dengan jiwa pasal 29 undang-undang dasar  1945 terutama ayat 2-
nya. Undang-undang peradilan agama yang telah  di sahkan dan di undang-undang
kan itu terdiri atas VII bab dan 108  pasal dengan sistematika dan garis besar isinya
sebagai berikut : 
1. Bab 1 : memuat kententuan umum tentang pengertian, kedudukan,  tempat
kedudukan dan pembinaan pengadilan dalam lingkungan  peradilan agama. 
2. Bab 2 : mengatur susunan pengadilan agama dan pengadilan tinggi  agama. 
3. Bab 3 : mengatur kekuasaan pengadilan dalam lingkungan peradilan  agama. 
4. Bab 4 : mengatur tentang hukum acara. 
5. Bab 5 : menyebut ketentuan-ketentuan lain mengenai administrasi  pengadilan,
pembagian tugas para hakim dan panitera dalam  melaksanakan tugas nya
masing-masing. 
6. Bab 6 : mengenai ketentuan peralihan. 
7. Bab 7 : tentang ketentuan penutup.

Halaman | 10
Dengan disahkannya undang-undang peradilan agama ini,  perubahan penting dan
mendasar telah terjadi dalam lingkungan  peradilan agama. Diantaranya sebagai
berikut :
 Peradilan agama telah menjadi peradilan mandiri, kedudukannya  benar-benar
telah sejajar dan sederajat dengan peradilan umum,  peradilan militer, dan
peradilan tata usaha negara. 
 Nama, susunan, wewenang (kekuasaan) dan hukum acaranya telah  sama dan
seragam di seluruh indonesia. Terciptanya unifikasi hukum  acara peradilan
agama itu akan memudahkan terwujudnya ketertiban  dan kepastian hukum yang
berintikan keadilan dalam lingkungan  peradilan agama. 
 Perlindungan terhadap wanita lebih di tingkatkan dengan jalan,  antara lain,
memberikan hak yang sama kepada istri dalam berproses  dan membela
kepentingannya di muka peradilan agama. 
 Lebih memantapkan upaya penggalian berbagai asas dan kaidah  hukum islam
sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan dan  pembinaan hukum nasional
melalui yurisprudensi. 

4. Undang-undang Pengelolaan Zakat 


Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat  disahkan
dan diundangkan di Jakarta pada tanggaI 23 September 1999  (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 No. 164, Tambahan  Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 3885).

Halaman | 11
BAB III 

PENUTUP 
3.1 Kesimpulan  
Hukum Islam ialah ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan  orang
mukallaf yang mengandung suatu tuntutan, pilihan, sebab, syarat, atau  penghalang
bagi adanya sesuatu yang lain. 
Syariat Islam menyamaratakan hukum dan keadilan antara sesama umat 
Islam.Islam mengerahkan kekuatan manusia kepada tujuan besar, yaitu  kepentingan
masyarakat dengan memanfaatkan segala bentuk kebajikan  yang disumbangkan
setiap individu. 

3.2. Saran 

1. Kami menyarankan agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang 


makalah yang kami sajikan. 
2. Kami menyarankan agar pembaca bisa menambah wawasan dengan 
menerapkan ajaran Islam didalam lingkup hukum.

Halaman | 12
DAFTAR PUSTAKA

http://femimelinda.blogspot.com/2017/03/makalah-agama-islam-tentang-hukum
islam.html 
http://3x05.blogspot.com/2009/09/normal-0-false-false-false.html
file:///D:/Kuliah/Agama/Ecko%20File_%20Menumbuhkan%20Kesadaran%20Un
tuk%20Taat%20Terhadap%20Allah%20SWT.pd 
http://parepai.blogspot.com/2014/10/materi-iii-konsep-hukum-dalam-islam.html
https://uliyasiwi.wordpress.com/2011/10/11/makalah-pendidikan-agama-islam/

Halaman | 13
Halaman | 14

Anda mungkin juga menyukai