DOSEN PEMBIMBING
Muhammad Abdi Al Maktsur, M.Ag
Disusun oleh:
Muhammad Hazim Assabah (12020111446)
3. Kesetaraan: Setiap orang harus diperlakukan dengan sama dan tidak ada
diskriminasi dalam hukum Islam. Semua orang memiliki hak yang sama di
hadapan hukum.
1
Abdullah, A. (2014). Konsep Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.h.21.
Ada tiga watak / karakteristik hukum islam, yang bersifat tetap dan
tidak berubah, yaitu: takammul (lengkap), washatiyyah (pertengahan),
harakah (dinamis), dan sistematis.
1. takammul (lengkap)
Syari'at Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dari garis
besar permasalahan. Oleh karena itu hukum-hukumnya bersifat tetap, tidak
berubah-ubah lantaran berubahnya masa dari berlainannya tempat. Untuk
hukum-hukum yang lebih rinci, syari'at isi am hanya menetapkan kaedah dan
memberikan patokan umum. penjelasan dan rinciannya diserahkan pada ijtihad
pemuka masyarakat.2
2
H. Fathurrahman Djamil, FilsafatHukum Islam, bagian pertama (Cet. I:Jakarta: Logos, 1997),
h. 46.
3
M. Hasbi Ash-Shiddieu, FalsafahHukum Islam (Cet. V, Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 105.
4
Yusuf, H. (2019). Filsafat Hukum Islam: Kajian Tentang Keistimewaan Filsafat Hukum Islam.
Jurnal Filsafat, 29(2), 187-200.
Prinsip takamul dalam hukum Islam muncul dari keyakinan bahwa
kebenaran dan keadilan universal tidak pernah berubah, namun aturan yang
diperlukan untuk mencapai kebenaran dan keadilan tersebut dapat berubah sejalan
dengan perubahan sosial, budaya, dan konteks sejarah yang berbeda. Dalam hal
ini, hukum Islam juga mengakui pentingnya nilai-nilai kemanusiaan, seperti
kebebasan, kemerdekaan, dan hak asasi manusia dalam penerapannya.5
2. Wasathiyyah (pertengahan)
adalah karakteristik hukum Islam yang menunjukkan bahwa hukum Islam
berada pada posisi tengah-tengah antara kelebihan dan kekurangan. Dalam
konteks hukum Islam, wasathiyyah mengajarkan pentingnya menjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat, serta
antara hak dan kewajiban.6
5
Al-Quran 5:48: "Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Kitab (Al-Quran) dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya (diturunkan dari Allah), dan
menjelaskan kitab (yang diturunkan sebelumnya). Kepada kamu (umat Islam) Kami turunkan
Kitab (Al-Quran) dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang Allah telah ajarkan kepadamu. Dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang
khianat."
6
Al-Quran 2:143: "Dan demikianlah Kami menjadikan kamu (umat Islam) umat yang moderat dan
di tengah-tengah (umat-umat) lain, supaya kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."
7
Ahmad, A. (2019). The Concept of Washatiyah in Islamic Jurisprudence. International Journal of
Islamic Thought, 16(2), 15-28.
3. Harakah (dinamis)
8
Farid Wajdi Ibrahim, Hukum Islam dan Kontemporer: Telaah atas Konsep Dinamisme Hukum
Islam, Pustaka Pelajar, 2012.h.28.
9
Al-Quran (3):7: "Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu, di antaranya ada
ayat-ayat yang muhkam (yang umum artinya) dan ada pula ayat-ayat yang mutasyabihat (yang
kiasannya beragam). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka
mereka mengikuti sebagian ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari
ta'wilnya (tafsir yang tidak benar), padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah.
Dan orang-orang yang berilmu berkata: "Kami beriman kepada Al-Quran, semuanya dari sisi
Tuhan kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.”
4. Sistematis
Arti dari pernyataan bahwa hukum Islam itu bersifat sistematis adalah
bahwa hukum Islam nu mencerminkan sejumlah doktrin yang bertalian
secara logis, sating berhubungan satu dengan lainnya.10
Perintah shalat dalam al-Qur'an senantiasa diiringi dengan perintah
zakat. Dan berulang-ulang Allah berfirman "makan dan minumlah kamu
tetapi jangan benlebihan". Dalam hal ini dipahami bahwa hukum Islam
melarang seseoranghanya mermuamalahdengan Allah dan melupakan dunia.
Manusia diperintahkan mencari rezeki, tetatetapi hukum Islam
11
melarangsifat imperial dan kolonial kctika mencari rezeki tersebut.
10
Fathurrahman Djamil, FilsafatHukum Islam, bagian pertama (Cet. I:Jakarta: Logos, 1997), h.
46.