Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

FILSAFAT HUKUM ISLAM


KARAKTERISTIK / WATAK HUKUM ISLAM
(Takamul, washatiyyah, harakah,)
Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah Filsafat
Hukum Islam I

DOSEN PEMBIMBING
Muhammad Abdi Al Maktsur, M.Ag

Disusun oleh:
Muhammad Hazim Assabah (12020111446)

JURUSAN HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1444 H / 2023 M
PEMBAHASAN

A. Pengertian Watak / Karakteristik Hukum Islam


Watak atau karakteristik hukum Islam adalah prinsip-prinsip atau sifat-
sifat yang membentuk dasar hukum Islam. Karakteristik ini meliputi berbagai
aspek, mulai dari sumber hukum, prinsip keadilan, kesetaraan, kemanusiaan,
fleksibilitas, ihsan, hingga kerjasama.

1. Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber hukum: Hukum Islam berdasarkan


pada dua sumber utama, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah (Hadis).
2. Keadilan: Keadilan menjadi prinsip penting dalam hukum Islam. Hukum
haruslah adil dan memberikan perlindungan yang sama bagi semua orang
tanpa terkecuali.

3. Kesetaraan: Setiap orang harus diperlakukan dengan sama dan tidak ada
diskriminasi dalam hukum Islam. Semua orang memiliki hak yang sama di
hadapan hukum.

4. Kemanusiaan: Hukum Islam menempatkan kepentingan kemanusiaan sebagai


prioritas utama. Hukum haruslah melindungi hak asasi manusia dan tidak
boleh merugikan atau menghilangkan martabat manusia.

5. Fleksibilitas: Hukum Islam memiliki prinsip fleksibilitas dalam


menyelesaikan masalah dan memberikan keputusan. Hukum harus dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan masyarakat.

6. Ihsan: Prinsip ihsan dalam hukum Islam mengharuskan pengamalan hukum


dengan penuh kesadaran, ketulusan, dan kebaikan hati. Hukum harus
diterapkan dengan memperhatikan konteks dan situasi yang ada.

7. Kerjasama: Hukum Islam mendorong kerjasama antara individu dan


masyarakat. Hukum tidak hanya mengatur hak dan kewajiban individu, tetapi
juga mengatur hak dan kewajiban dalam konteks kebersamaan dan saling
membantu antar sesama.1

1
Abdullah, A. (2014). Konsep Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.h.21.
Ada tiga watak / karakteristik hukum islam, yang bersifat tetap dan
tidak berubah, yaitu: takammul (lengkap), washatiyyah (pertengahan),
harakah (dinamis), dan sistematis.

1. takammul (lengkap)
Syari'at Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dari garis
besar permasalahan. Oleh karena itu hukum-hukumnya bersifat tetap, tidak
berubah-ubah lantaran berubahnya masa dari berlainannya tempat. Untuk
hukum-hukum yang lebih rinci, syari'at isi am hanya menetapkan kaedah dan
memberikan patokan umum. penjelasan dan rinciannya diserahkan pada ijtihad
pemuka masyarakat.2

Menurut M. Hasbi AshShiddieciy, salah satu ciri hukum Islam adalah


takamul yaitu, lengkap, sempurna dan bulat, berkumpul padanya aneka
pandangan hidup. Menurutnya hukum Islam menghimpun segala sudut dan segi
yang berbeda-beda di dalam suatu kesatuan karenanya hukum Islam tidak
menghendaki adanya pertentangan antara Ushul dengan Furu', tetapi satu sama
lain saling lengkap-melengkapi kuat-menguatkan.3

Takamul (lengkap) adalah karakteristik hukum Islam yang menunjukkan


integrasi antara hukum syariat dan kemanusiaan. Hukum syariat yang diwahyukan
oleh Allah SWT merupakan hukum yang sempurna dan abadi, sehingga hukum
ini bersifat universal dan dapat diterapkan di seluruh zaman dan tempat. Namun,
sebagai hukum yang sempurna, hukum syariat tidak dapat diabaikan begitu saja
dalam penerapannya. 4

Dalam penerapannya, hukum syariat harus dilihat dalam konteks


kehidupan sosial dan kemanusiaan yang berkembang. Hal ini mengindikasikan
bahwa hukum Islam tidak hanya bersifat kaku, tetapi juga fleksibel dalam
mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, hukum Islam
mengajarkan prinsip keselarasan antara kaidah hukum dan realitas sosial.

2
H. Fathurrahman Djamil, FilsafatHukum Islam, bagian pertama (Cet. I:Jakarta: Logos, 1997),
h. 46.
3
M. Hasbi Ash-Shiddieu, FalsafahHukum Islam (Cet. V, Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 105.
4
Yusuf, H. (2019). Filsafat Hukum Islam: Kajian Tentang Keistimewaan Filsafat Hukum Islam.
Jurnal Filsafat, 29(2), 187-200.
Prinsip takamul dalam hukum Islam muncul dari keyakinan bahwa
kebenaran dan keadilan universal tidak pernah berubah, namun aturan yang
diperlukan untuk mencapai kebenaran dan keadilan tersebut dapat berubah sejalan
dengan perubahan sosial, budaya, dan konteks sejarah yang berbeda. Dalam hal
ini, hukum Islam juga mengakui pentingnya nilai-nilai kemanusiaan, seperti
kebebasan, kemerdekaan, dan hak asasi manusia dalam penerapannya.5

2. Wasathiyyah (pertengahan)
adalah karakteristik hukum Islam yang menunjukkan bahwa hukum Islam
berada pada posisi tengah-tengah antara kelebihan dan kekurangan. Dalam
konteks hukum Islam, wasathiyyah mengajarkan pentingnya menjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat, serta
antara hak dan kewajiban.6

Hukum Islam menempatkan dirinya di tengah-tengah, antara kelebihan


dan kekurangan, antara kekerasan dan kelemahan, antara ekstrim kanan dan
ekstrim kiri, antara kekayaan dan kemiskinan, dan antara individualisme dan
kolektivisme. Dalam hal ini, hukum Islam mengajarkan prinsip kesederhanaan
dan pengendalian diri dalam menjalani kehidupan.

Dalam penerapannya, karakteristik wasathiyyah dalam hukum Islam


memungkinkan pengembangan hukum yang berlandaskan pada nilai-nilai
kebenaran dan keadilan. Hal ini mengajarkan kepada umat Islam untuk
menjalankan hukum dengan cara yang seimbang, menghindari ekstremisme dan
fanatisme yang berpotensi menyebabkan konflik sosial. Dalam konteks sosial dan
politik, karakteristik wasathiyyah dalam hukum Islam mendorong kebijakan yang
menjamin keadilan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban individu dan
masyarakat.7

5
Al-Quran 5:48: "Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Kitab (Al-Quran) dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya (diturunkan dari Allah), dan
menjelaskan kitab (yang diturunkan sebelumnya). Kepada kamu (umat Islam) Kami turunkan
Kitab (Al-Quran) dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang Allah telah ajarkan kepadamu. Dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang
khianat."
6
Al-Quran 2:143: "Dan demikianlah Kami menjadikan kamu (umat Islam) umat yang moderat dan
di tengah-tengah (umat-umat) lain, supaya kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."
7
Ahmad, A. (2019). The Concept of Washatiyah in Islamic Jurisprudence. International Journal of
Islamic Thought, 16(2), 15-28.
3. Harakah (dinamis)

Harakah atau dinamisme adalah karakteristik hukum Islam yang


menunjukkan bahwa hukum Islam selalu bergerak sesuai dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan manusia. Dalam konteks hukum Islam, harakah
mengajarkan bahwa hukum Islam harus mampu beradaptasi dengan perubahan
zaman dan memenuhi kebutuhan manusia tanpa mengubah prinsip-prinsip
dasarnya.

Dalam penerapannya, karakteristik harakah dalam hukum Islam


memungkinkan pengembangan hukum yang dapat beradaptasi dengan perubahan
zaman dan memenuhi kebutuhan manusia. Dalam hal ini, hukum Islam bukanlah
doktrin yang kaku, tetapi merupakan sistem hukum yang fleksibel dan dinamis.
Hal ini mengajarkan kepada umat Islam untuk selalu terbuka terhadap perubahan
dan inovasi dalam menjalankan hukum, sehingga hukum Islam dapat terus relevan
dan bermanfaat bagi umat manusia. Dalam konteks sosial dan politik,
karakteristik harakah dalam.8

Hukum Islam juga memungkinkan adanya pengembangan hukum dalam


rangka mengatasi berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat Muslim. Misalnya, pengembangan hukum dalam bidang ekonomi
syariah, yang menjadi salah satu pilihan alternatif bagi masyarakat Muslim dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Namun demikian, karakteristik harakah dalam hukum Islam tidak berarti


bahwa hukum Islam dapat berubah-ubah sesuai dengan kehendak manusia atau
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Hukum Islam tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar yang bersumber dari
Al-Quran dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, yang merupakan sumber
hukum utama dalam Islam.9

8
Farid Wajdi Ibrahim, Hukum Islam dan Kontemporer: Telaah atas Konsep Dinamisme Hukum
Islam, Pustaka Pelajar, 2012.h.28.
9
Al-Quran (3):7: "Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu, di antaranya ada
ayat-ayat yang muhkam (yang umum artinya) dan ada pula ayat-ayat yang mutasyabihat (yang
kiasannya beragam). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka
mereka mengikuti sebagian ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari
ta'wilnya (tafsir yang tidak benar), padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah.
Dan orang-orang yang berilmu berkata: "Kami beriman kepada Al-Quran, semuanya dari sisi
Tuhan kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.”
4. Sistematis
Arti dari pernyataan bahwa hukum Islam itu bersifat sistematis adalah
bahwa hukum Islam nu mencerminkan sejumlah doktrin yang bertalian
secara logis, sating berhubungan satu dengan lainnya.10
Perintah shalat dalam al-Qur'an senantiasa diiringi dengan perintah
zakat. Dan berulang-ulang Allah berfirman "makan dan minumlah kamu
tetapi jangan benlebihan". Dalam hal ini dipahami bahwa hukum Islam
melarang seseoranghanya mermuamalahdengan Allah dan melupakan dunia.
Manusia diperintahkan mencari rezeki, tetatetapi hukum Islam
11
melarangsifat imperial dan kolonial kctika mencari rezeki tersebut.

10
Fathurrahman Djamil, FilsafatHukum Islam, bagian pertama (Cet. I:Jakarta: Logos, 1997), h.
46.

Anda mungkin juga menyukai