Anda di halaman 1dari 2

Prinsip Utama Syariat

Kata prinsip secara etimologi, adalah dasar, permulaan, atau aturan pokok. Juhaya S.
Praja memberikan pengertian prinsip sebagai berikut, bahwa prinsip adalah permulaan;
tempat pemberangkatan; titik tolak; atau al-mabda. Secara terminologi, kata prinsip adalah
kebenaran universal yang inheren di dalam hukum Islam dan menjadi titik tolak
pembinaannya; prinsip yang membentuk hukum dan setiap cabang-cabangnya.1
Prinsip utama adalah asas atau dasar universal dalam berpikir atau bertindak, dalam hal ini
konteks terbentuknya persyariatan. Prinsip-prinsip utama syariat dijelaskan sebagaimana
berikut:
a. Keadilan (Al-Adalah)
Adil secara bahasa adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya (wad’u as-syai’i fi
mahalih). Menurut Murtada Mutohari bahwa pengertian pokok keadilan adalah
sebagai berikut:
1) Perimbangan atau keadaan seimbang (mauzun), antonimnya adalah kekacauan atau
ketidakadilan (at-tanasub).
2) Persamaan (musawah) atau tanpa diskriminasi dalam bentuk apa pun, hal ini
berdasarkan prinsip demokrasi dan Universal Declaration of Human Right (UDHR).
3) Penunaian hak sesuai dengan kewajiban yang diemban, sinonimnya adalah
keadilan distributif (imbalan sesuai dengan jasa) dan keadilan komutatif (imbalan
secara merata tanpa memperhatikan perbedaan tingkat tanggung jawab).
4) Keadilan Allah Swt, yaitu kemurahan-Nya dalam melimpahkan rahmat kepada
seseorang sesuai dengan tingkat kesediaan yang dimilikinya.2
Prinsip Keadilan. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan hambanya untuk berbuat
adil. Diantaranya adalah Surat al-Maidah ayat 8, Al-Hujarat ayat 9, Kata al-adalah
dalam al-Qur’an adalah sinonim al-mizan (keseimbangan/moderasi) dan al-qist yang
berarti keadilan. Keadilan pada umumnya berkonotasi dalam penetapan hukum atau
kebijaksanaan dari pemangku kebijakan. Dari prinsip keadilan ini lahir kaidah yang
menyatakan hukum Islam dalam praktiknya dapat berbuat sesuai dengan ruang dan
waktu (shalih li kulli zaman wa makan), yakni suatu kaidah yang menyatakan
elastisitas hukum Islam (murunah) dan kemudahan dalam melaksanakannya.
b. Persamaan (Al-Musawa)
Kata musawah berasal dari bahasa Arab yaitu ‫ ساوى مساواة‬- ‫ – يساوى‬yang artinya sama.3
Sedangkan secara terminologi al-musawa dapat diartikan egaliter, kesamaan, dan
kesetaraan manusia dalam memenuhi hak dan kewajiban. Artinya semua manusia
sama karena semuanya adalah hamba Allah, tanpa ada pemisahan atau tidak dibeda-
bedakan berdasarkan ras, warna kulit, pangkat, jabatan, harta, suku bangsa, bahasa
atau lainnya. Konsep al-musawa terdapat dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 13:

‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َعا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
1
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: LPPM, 1995 ), hal 69

2
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan
Kemoderenan, (Jakarta: Paramadina, 1992), h. 6
3
H. Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2009), h. 186
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti.”
Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi Madinah (alShahifah),
yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan penghisapan darah manusia atas
manusia. Prinsip persamaan ini merupakan bagian penting dalam pembinaan dan
pengembangan hukum Islam dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi bukan
berarti tidak pula mengenal stratifikasi sosial seperti komunis. Bukti konkrit dari
prinsip egalite dalam hukum Islam adalah penghapusan perbudakan dan penindasan
manusia atas manusia. Dalam konteks sesama muslim, Islam menjamin bahwa tak ada
perbedaan suku Arab dengan suku-suku lainnya. Dalam pandangan hukum Islam
semua manusia diperlakukan sama di mata hukum. Tidak ada yang didhalimi atau
diuntungkan dengan alasan apapun. Rasul dengan tegas menyatakan “tidak ada
perbedaan antara orang Arab dan orang ajam kecuali amalannya”. Hukum Islam telah
menerapkan apa yang disebut equality before the law sejak empat belas abad yang
lalu jauh sebelum hukum modern.4
c. Musyawarah

4
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hal. 18

Anda mungkin juga menyukai