Anda di halaman 1dari 6

Prinsip dan karakteristik hukum islam

A.PENGERTIAN PRINSIP

Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.

Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari
pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah objek atau subjek tertentu.

Prinsip-prinsip hukum Islam menurut Juhaya S. Praja sebagai berikut :

1. Prinsip Tauhid
Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa semua manusia ada dibawah satu
ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat La’ilaha Illa Allah (Tidak ada tuhan
selain Allah).
Pelaksanaan hukum Islam adalah ibadah dan penyerahan diri manusia kepada keseluruhan kehendak-Nya.
Prinsip tauhid inipun menghendaki dan memposisikan untuk menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah
(Al-Qur‟an dan As-Sunah). Barang siapa yang tidak menghukumi dengan hukum Allah, maka orang tersebut dapat
dikateegorikan kedalam kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq (Q.S. ke 5 Al-Maidah : 44, 45 dan 47).

2. Prinsip Keadilan
Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mi’za’n (keseimbangan/ moderasi). Kata keadilan dalam al-
Qur‟an kadang diekuifalensikan dengan al-qist. Al-mizan yang berarti keadilan di dalam Al-Qur‟an terdapat
dalam QS. Al-Syura: 17 dan Al-Hadid: 25.

3.Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar


Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan yang baik dan benar yang
dikehendaki dan ridloi Allah dalam filsafat hukum Barat diartikan sebagai fungsi social engineering hukum.
Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar didasarkan pada QS. Al-Imran : 110, pengkategorian Amar Makruf Nahi
Mungkar dinyatakan berdasarkan wahyu dan akal.

4. Prinsip Kebebasan/Kemerdekaan
Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama/hukum Islam disiarkan tidak berdasarkan
paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan, demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip hukum Islam
adalah kebebasan dl arti luasyg mencakup berbagai macamnya, baik kebebasan individu maupun kebebasan
komunal. Keberagama dalam Islam dijamin berdasarkan prinsip tidak ada paksaan dalam beragama (QS. Al-
Baqarah : 256 dan Al-Kafirun: 5).
5. Prinsip Persamaan/Egalite
Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi Madinah (al-Shahifah), yakni prinsip Islam
menentang perbudakan dan penghisapan darah manusia atas manusia. Prinsip persamaan ini merupakan bagian
penting dalam pembinaan dan pengembangan hukum Islam dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi
bukan berarti tidak pula mengenal stratifikasi sosial seperti komunis.

6. Prinsip At-Ta‟awun

Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia yang diarahkan sesuai prinsip tauhid,
terutama dalam peningkatan kebaikan dan ketakwaan.

7. Prinsip Toleransi

Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan
ummatnya — tegasnya toleransi hanya dapat diterima apabila tidak merugikan agama Islam.

Wahbah Az-Zuhaili, memaknai prinsip toleransi tersebut pada tataran penerapan ketentuan Al-Qur‟an dan
Hadits yang menghindari kesempitan dan kesulitan, sehingga seseorang tidak mempunyai alasan dan jalan untuk
meninggalkan syari‟at ketentuan hukum Islam. Dan lingkup toleransi tersebut tidak hanya pada persoalan
ibadah saja, Tetapi mencakup seluruh ketentuan hukum Islam, baik muamalah sipil, hukum pidana, ketetapan
peradilan dan lain sebagainya.

B.PENGERTIAN KAREKTER

Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “karasso”, berarti cetak biru, format dasar, sidik seperti
dalam sidik jari, character yang mengacu kepada suatu tanda yang terpatri pada sisi sebuah koin. Karakter lazim
dipahami sebagai kualitas-kualitas moral yang awet yang terdapat atau tidak terdapat pada setiap individu yang
terekspresikan melalui pola-pola perilaku atau tindakan yang dapat dievaluasi dalam berbagai situasi.

Bekti B. Zaenudin mengutip pendapat Joel Kupperman (1991 : 3), menyebutkan bahwa kata character adalah
berasal dari bahasa Yunani diartikan sebagai “instrument for marking and graving, impress, stamp, distinctive
nature”.

Sementara itu secara istilah dinyatakan “the sum of moral and mental qualities wich distinguish an individual
or race” Dalam Samuel Johnson’s Dictionary karakter disebutkan sebagai “a mark; a stamp; a representation,
personal qualities; particular constitution of the mind.
Secara harfiah karakter berarti kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.
Karakter berasal dari bahasa Latin yang berarti “dipahat”. Sebuah kehidupan seperti blok granit yang dengan
hati-hati dipahat menjadi sebuah akrya atau puing-puing yang rusak.

Karakteradalah gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup tersebut.

Dalam Buku Peta Studi Keislaman di STAI Tasikmalaya (2012 : 84) dinyatakan bahwa karakter adalah sifat
nyata dan berbeda yang ditunjukan oleh individu; sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. Karakter
adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “Asli” dan mengakar
pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang
bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. Ciri khas inipun yang diingat oleh orang lain tentang orang
tersebut, dan menentukan suka atau tidak sukanya mereka terhadap seorang individu.

Bekti B. Zaenudin mengutip pendapat Hidayatullah (2010: 13) menyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau
kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang
menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan
berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan
sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

Pengertian Karakter Menurut Para Ahli

 Maxwell

Menurut Maxwell, karakter jauh lebih baik dari sekedar perkataan. Lebih dari itu, karakter merupakan sebuah
pilihan yang menentukan tingkat kesuksesan.

 Menurut Wyne, karakter menandai bagaimana cara atau pun teknis untuk memfoukuskan penerapan nilai
kebaikan ke dalam tindakan atau pun tingkah laku..

 Kamisa

Menurut Kamisa, pengertian karakter adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang dapat
membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain. Berkarakter dapat diartikan memiliki watak dan juga
kepribadian.

 Doni Kusuma

Menurut Doni Kusuma, karakter merupakan ciri, gaya, sifat, atau pun katakeristik diri seseorang yang berasal
dari bentukan atau pun tempaan yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya.
Karakteristik Hukum Islam itu dapat dijabarkan sebagai berikut :

a).Ijmali (Universalitas)

Ajaran Islam bersifat universal, ia meliputi seluruh alam tanpa tapal batas. Ia berlaku bagi orang Arab dan
orang ‘Ajam (non Arab), kulit putih dan kulit hitam. Di samping bersifat universal atau menyeluruh, hukum
Islam juga bersifat dinamis (cocok untuk setiap zaman).[1] Misalnya pada zaman modern ini kita tidak
menemukan secara tersurat dalam sumber hukum Islam (Al-Qur’an dan Hadits) mengenai masalah yang sedang
berkembang pada abad 20 ini, tetapi dengan menggunakan metode ijtihad, baik itu qiyas dan sebagainya kita
bisa mengleuarkan istinbath hukum dari hukum yang telah ada dengan mengambil persamaan illatnya. Ini
berarti hukum Islam itu dapat menjawab segala tantangan zaman. Sebenarnya hukum pada setiap perkembangan
zaman itu sudah tersirat dalam Al-Qur’an dan hanya kita sebagai manusia apakah bisa menggunakan akal kita
untuk berijtihad dalam mengambul suatu putusan hukum tersebut.

Bukti yang menunjukkan bahwa hukum Islam memenuhi sifat dan karaktersitik tersebut terdapat dalam Al-
Qur’an yang merupakan garis kebijaksanaan Tuhan dalam mengatur alam semesta termasuk manusia.[2] Firman
Allah SWT ;

ِ ‫ِيرا َولَك اِن أ َ ْكث َ َر النا‬


َ‫اس ََّل َي ْعلَ ُمون‬ ً ‫ِيرا َونَذ‬ ِ ‫س ْلنَاكَ ِإ اَّل كَا افةً لِلنا‬
ً ‫اس َبش‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬

Artinya :

Dan Kami (Allah) tidak mengutsu kamu (Muhammad) melainkan kepada umat manusia seluruhnya untuk
membawa berita gembira dan berita peringatan. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Saba:
28).

Konstitusi Negara Muslim pertama, Madinah, menyetujui dan melindungi kepercayaan non Muslim dan
kebebasan mereka untuk mendakwahkan. Konstitusi ini merupakan kesepakatn antara Muslim dengan Yahudi,
serta orang-orang Arab yang bergabung di dalamnya. Non Muslim dibebaskan dari keharusan membela negara
dengan membayar jizyah, yang berarti hak hidup dan hak milik mereka dijamin. Istilah zimmi berarti orang non
Muslim dilindungi Allah dan Rasul, kepada orang-orang non Muslim itu diberikan hak otonomi yudisial

tertentu.

Untuk memperhatikan keuniversalan hukum Islam itu minimal dari 3 segi, yaitu :

a. Menyangkut pemberlakuan hukum bagi para subjek hukum yang berkesan kepada keadilan universalnya
tanpa dibedakan kaya ataupun miskin, antara manusia biasa bahkan terhadap seorang Nabi atau utusan Tuhan
sendiri berlaku hukum.
b. Dari segi kemanusiaan yang universal, dan

c. Dari segi efektivitas hukum bagi seluruh manusia dengan segala dampak yang ditimbulkannya adalah untuk
seluruh manusia pula.

b).Tafshili (Partikularitas)

Hukum Islam itu mencerminkan sejumlah doktrin yang bertalian secara logis. Beberapa lembaganya saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Perintah shalat dalam Al-Qur’an senantiasa diiringi dengan perintah
zakat. Berulang-ulang Allah SWT berfirman: “makan dan minumlah kamu, tetapi jangan berlebih-lebihan.”

Dari ayat diatas dipahami bahwa Islam tidak mengajarkan spiritual yang mandul. Dalam hukum Islam
manusia dieprintahkan mencari rezeki, tetapi hukum Islam melarang sifat imperial dan kolonial ketika mencari
rezeki tersebut.

c). Harakah (Elastisitas)

Hukum Islam bersifat elastis (lentur, luwes), ia meliputi segala bidang dan lapangan kehidupan manusia.
Permasalahan kemanusiaan, kehidupan jasmani dan rohani, hubungan sesama makhluk, hubungan makhluk
dengan Khalik serta tuntutan hidup dunia dan akhirat terkandung dalam ajarannya. Hukum Islam
memperhatikan berbagai segi kehidupan, baik di bidang ibadah, muamalah, jinayah dan lain-lain. Ia tidak
memiliki dogma yang kaku, keras dan memaksa, ia hanya memberikan kaidah-kaidah umum yang mesti
dijalankan oleh umat manusia. Hak ijtihad diberikan kepada setiap muslim yang mampu berijtihad dan
berpedoman kepada dasar-dasar kaidah byang telah ditetapkan.

d) .Akhlak (Etistik)

Dimensi akhlak dimasukkan sebagai karakter hukum Islam didasarkan pada beberapa alasan sebagai
berikut :

1.Hukum Islam dibangun berdasarkan petunjuk wahyu (Ql-Qur’an) yang dikembangkan melalui kehidupan
Nabi SAW (AS Sunnah) dan ijtihadiyah.

2. Segala peraturan hukum Islam memproyeksikan pada 2 bagian peraturan yakni pengaturan tentang tindakan
hubungan dengan Allah yang daripadanya lahir hukum-hukum ibadah dan pengaturan menyangkut tindakan
antar sesama manusia atau dengan makhluk lain (lingkungannya).

e).Tahsini (Estetik)

Pengertian yang lazim untuk estetik adalah keindahan. Pesan dasar yang bisa ditangkap dari makna khusus
bahwa keindahan didudukkan pada kualitas kebaikan (maslahat) yang tertinggi. Paling tidak dalam pengertian
literal tahsiniyah adalh puncak kebaikan yang dituju pada maslahat atau puncak moral.
Dalam hukum-hukum ibadah juga nampak berlakunya karakter etestik hukum Islam. Secara umum para
subjek diberlakukan hukum-hukum wajib ibadah seperti shalat 5 waktu, puasa ramadhan, zakat dan naik haji,
akan tetapi hukum memberikan pula pilihan-pilihan yang lebih baik agar para subjek hukum melaksanakan
ibadah-ibadah anjuran seperti shalat sunnat yang beragam macam, I’tikaf di mesjid, puasa sunnat dan sadaqah.

Karakter hukum Islam yang bersifat estetik banyak ditemukan dalam berbagai lapangan hukum Islam.
Minimal menyangkut berlakunya hukum sunnat di antara panca ajaran hukum (Ahkamu al Khamsah) tidak lain
merupakan tahsiniyah (estetik) maslahat hukum.

Anda mungkin juga menyukai