NIM : 19410034/E
A. PENDAHULUAN
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
1
Suryadi, Kamus Baru Bahasa Indonesia, (Usaha Nasional, Surabaya, 1980) hal, 190
2
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (LPPM Unisba, Bandung, 1995) hal, 69
meliputi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum ialah prinsip
keseluruhan hukum Islam yang bersifat universal. Adapun prinsip-prinsip
khusus ialah prinsip-prinsip setiap cabang hukum Islam.
1. Prinsip Tauhid
Prinsip ketauhidan menghargai akal pada posisi yang serasi
dengan wahyu dalam upaya meyakini keberadaan Allah. Hukum
islam seluruhnya diperuntukkan bagi orang berakal dan mau
berfifkir. Dalam suatu keterangan dikatakan bahwa agama itu
untuk yang berakal, dan tidak berlaku agama bagi yang tidak
berakal. Karena fungsi akan membedakan dan memilih perbuatan
yang baik dengan yang buruk, prinsip ketauhidan melahirkan
prinsip ahklaq al-karimah, yakni prinsip moralitas yang terpuji
yang dapat menyucikan jiwa dan meluruskan kepribadian.
Prinsip tauhid inipun menghendaki dan memposisikan untuk
menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-
Qur’an dan As-Sunah). Barang siapa yang tidak menghukumi
dengan hukum Allah, maka orang tersebut dapat dikateegorikan
kedalam kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq (Q.S.
ke 5 Al-Maidah : 44, 45 dan 47).
3
Ebta Setiawan, “Arti Kata Karakteristik-KBBI” (https://kbbi.web.id/karakteristik, diakses
pada tanggal 18 September 2020, 12:29)
Dari prinsip umum tauhid ini, maka lahirlah prinsip khusus yang
merupakan kelanjutan dari prinsip tauhid ini, umpamanya yang
berlaku dalam fiqih ibadah sebagai berikut :
Prinsip pertama yaitu berhubungan langsung dengan Allah
tanpa perantara, artinya bahwa tak seorang pun manusia dapat
menjadikan dirinya sebagai zat yang wajib di sembah.
Prinsip kedua yaitu beban hukum (taklif) ditujukan untuk
memelihara akidah dan iman, penyucian jiwa (tajkiyat al-nafs)
dan pembentukan pribadi yang luhur,artinya hamba Allah
dibebani ibadah sebagai bentuk/aktualisasi dari rasa syukur atas
nikmat Allah.
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan atau al-mizan (keseimbangan) dalam bahasa
salaf antara hak dan kewajiban. Sebagai titik tolak kesadaran setiap
manusia terhadap hak-hak oarng lain dan kewajiban dirinya. Jika ia
berkewajiban melakukan sesuatu, maka ia berhak menerima
sesuatu tersebut. Keduanya harus berjalan seimbang dan dirasakan
adil untuk dirinya dan orang lain.
Terlebih lagi, manusia diberi alat untuk mempertahankan
keseimbangannya dengan akal dan hati.
Nilai-nilai kemanusiaan membangun prinsip persamaan dimata
Allah dan sesama manusia. Evaluasi tentang derajat manusia
bergantung kepada hak prerogatif Allah, yakni ketaqwaannya
sebagaimana difirmankan dalam surat Al-hujarat ayat 13:
َِّللا َ اس ِإنَّا َخلَ ْقنَاكُ ْم م ِْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنثَى َو َج َع ْلنَاكُ ْم شُعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلت َ َع
َّ َارفُوا ِإ َّن أ َ ْك َر َمكُ ْم ِع ْند ُ َّيَا أَيُّ َها الن
)١٣( ير ٌ علِي ٌم َخ ِب َ َّ أَتْقَاكُ ْم ِإ َّن
َ َّللا
Dengan demikian, dari ketujuh prinsip tersebut, dapat kita lihat bahwa
prinsip-prinsip fiqih ini ada dikarenakan untuk mendasari keilmuan fiqih yang
dipelajari oleh umat Nabi Muhammad SAW, agar jelas bagaimana cara kerjanya,
manfaatnya, dan fungsi dari Fiqih sendiri.
4
Dr. Rohidin, Pengantar Hukum Islam (Yogyakarta : Lintang Rasi Aksara Books, 2016).
Hlm. 70
Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar
Prinsip Kebebasan / Kemerdekaan
Prinsip kemaslahatan
Prinsip At-Ta’awun
Prinsip Toleransi (tasamuh)
3. Terdapat pula 7 karakteristik di dalam ilmu Fiqih, antara lain :
Takamul
Wasathiyah
Moralitas (Akhlaqi)
Sempurna
Elastis dan Sistematis
Harakah (Bergerak)
Demikian, setelah diketahui kesimpulan dari penjelasan prinsip dan
karakteristik dapat dipahami dan dipelajari lebih dalam. Tak lupa juga berguna
bagi pengamalan dalam aktifitas sehari-hari, agar lebih terarah dan jelas
tujuannya.
D. REFERENSI
Suryadi, Kamus Baru Bahasa Indonesia. Usaha Nasional, Surabaya, 1980
2016.