Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL FIQIH

PRINSIP DAN KARAKTERISTIK ILMU FIQIH

Nama : Farahdiba Qotrunnada

NIM : 19410034/E

A. PENDAHULUAN

Setelah membahas tentang definisi, pembagian macam-macam jenisnya,


tidak lupa juga mengenai prinsip dan karakteristik dari suatu ilmu pengetahuan,
yakni Ilmu Fiqih. Ilmu Fiqih yang memiliki fungsi sebagai pengatur dan
merupakan undang-undang yang dipegang oleh umat Nabi Muhammad SAW,
sangat perlu diperhatikan dan dipelajari bagaimana serta apa saja yang harus
diketahui. Bukan hanya sekedar ilmu yang dijadikan bahan ajar dalam pendidikan,
namun juga harus bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari dengan pengamalan
yang benar dan ikhlas. Jika telah membahas suatu pengertian, maka sangat
diwajibkan untuk mengetahui tentang esensi dan dasar-dasar yang dimiliki oleh
ilmu Fiqih ini sendiri. Kemudian, menelaah tentang bagaimana karakter atau ciri-
ciri dari suatu ilmu, guna agar dapat mempraktekkan dan melakukan penerapan
dengan tepat. Sehingga, dapat mencapai pada target yang telah dijadikan acuan
untuk berproses. Pada pembahasan selanjutnya, akan dipaparkan penjelasan
mengenai prinsip dan karakteristik ilmu Fiqih.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian

Secara etimologi (tata bahasa) prinsip adalah dasar, permulaan, aturan


pokok.1 Juhaya S. Praja memberikan pengertian prinsip sebagai berikut :
permulaan; tempat pemberangkatan; titik tolak; atau al-mabda.2 Adapun
secara terminologi Prinsip adalah kebenaran universal yang penting di
dalam hukum Islam dan menjadi titik tolak pembinaannya; prinsip yang
membentuk hukum dan setiap cabang-cabangnya. Prinsip hukum Islam

1
Suryadi, Kamus Baru Bahasa Indonesia, (Usaha Nasional, Surabaya, 1980) hal, 190
2
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (LPPM Unisba, Bandung, 1995) hal, 69
meliputi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum ialah prinsip
keseluruhan hukum Islam yang bersifat universal. Adapun prinsip-prinsip
khusus ialah prinsip-prinsip setiap cabang hukum Islam.

Sedangkan, pengertian karakteristik secara bahasa ialah mempunyai


sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.3 Dan secara terminologi,
yaitu sesuatu yang khas atau mencolok dari seseorang atau sesuatu yang
menjadi ciri khas dan tanda.

Jadi, pengertian dari prinsip dan karakteristik adalah sesuatu yang


dijadikan sebuah pedoman atau tolak ukur, dan memiliki ciri khas atau
tanda sebagai pembeda dengan yang lainnya.

2. Prinsip-Prinsip Ilmu Fiqih

Prinsip-prinsip hukum Islam menurut Juhaya S. Praja sebagai berikut :

1. Prinsip Tauhid
Prinsip ketauhidan menghargai akal pada posisi yang serasi
dengan wahyu dalam upaya meyakini keberadaan Allah. Hukum
islam seluruhnya diperuntukkan bagi orang berakal dan mau
berfifkir. Dalam suatu keterangan dikatakan bahwa agama itu
untuk yang berakal, dan tidak berlaku agama bagi yang tidak
berakal. Karena fungsi akan membedakan dan memilih perbuatan
yang baik dengan yang buruk, prinsip ketauhidan melahirkan
prinsip ahklaq al-karimah, yakni prinsip moralitas yang terpuji
yang dapat menyucikan jiwa dan meluruskan kepribadian.
Prinsip tauhid inipun menghendaki dan memposisikan untuk
menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-
Qur’an dan As-Sunah). Barang siapa yang tidak menghukumi
dengan hukum Allah, maka orang tersebut dapat dikateegorikan
kedalam kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq (Q.S.
ke 5 Al-Maidah : 44, 45 dan 47).

3
Ebta Setiawan, “Arti Kata Karakteristik-KBBI” (https://kbbi.web.id/karakteristik, diakses
pada tanggal 18 September 2020, 12:29)
Dari prinsip umum tauhid ini, maka lahirlah prinsip khusus yang
merupakan kelanjutan dari prinsip tauhid ini, umpamanya yang
berlaku dalam fiqih ibadah sebagai berikut :
 Prinsip pertama yaitu berhubungan langsung dengan Allah
tanpa perantara, artinya bahwa tak seorang pun manusia dapat
menjadikan dirinya sebagai zat yang wajib di sembah.
 Prinsip kedua yaitu beban hukum (taklif) ditujukan untuk
memelihara akidah dan iman, penyucian jiwa (tajkiyat al-nafs)
dan pembentukan pribadi yang luhur,artinya hamba Allah
dibebani ibadah sebagai bentuk/aktualisasi dari rasa syukur atas
nikmat Allah.
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan atau al-mizan (keseimbangan) dalam bahasa
salaf antara hak dan kewajiban. Sebagai titik tolak kesadaran setiap
manusia terhadap hak-hak oarng lain dan kewajiban dirinya. Jika ia
berkewajiban melakukan sesuatu, maka ia berhak menerima
sesuatu tersebut. Keduanya harus berjalan seimbang dan dirasakan
adil untuk dirinya dan orang lain.
Terlebih lagi, manusia diberi alat untuk mempertahankan
keseimbangannya dengan akal dan hati.
Nilai-nilai kemanusiaan membangun prinsip persamaan dimata
Allah dan sesama manusia. Evaluasi tentang derajat manusia
bergantung kepada hak prerogatif Allah, yakni ketaqwaannya
sebagaimana difirmankan dalam surat Al-hujarat ayat 13:
ِ‫َّللا‬ َ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَاكُ ْم م ِْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنثَى َو َج َع ْلنَاكُ ْم شُعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلت َ َع‬
َّ َ‫ارفُوا ِإ َّن أ َ ْك َر َمكُ ْم ِع ْند‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
)١٣( ‫ير‬ ٌ ‫علِي ٌم َخ ِب‬ َ َّ ‫أَتْقَاكُ ْم ِإ َّن‬
َ ‫َّللا‬

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujarat: 13)
3. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar
Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia
untuk menuju tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan
ridloi Allah dalam filsafat hukum Barat diartikan sebagai fungsi
social enginering hukum.
Tujuan prinsip amr ma’ruf nahy al-munkar yakni untuk
menyebarkan luaskan persamaan hak dan kewajiban, karena dalam
hukum islam ditanamkan. Dengan demikian, semua umat islam
berkewajiban memberikan contoh yang patut diteladani dan
mengajak kepada kebenaran.
4. Prinsip Kebebasan / Kemerdekaan
Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar
agama/hukum Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi
berdasarkan penjelasan, demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang
menjadi prinsip hukum Islam adalah kebebasan dl arti luasyg
mencakup berbagai macamnya, baik kebebasan individu maupun
kebebasan komunal. Keberagama dalam Islam dijamin berdasarkan
prinsip tidak ada paksaan dalam beragama.
5. Prinsip kemaslahatan
Prinsip kemaslahatan umum (al-masahih al-‘ammah), yakni
yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi dalam
berprilaku bahwa meninggalkan kerusakan lebih diutamakan
daripada mengambil manfaatnya (dar’u al-mafasid muqadamun
min jalb al- mashalahih), operasionalisasi kaaidah ini berhubungan
dengan kaidah yang menyatakan bahwa kemaslahatan khusus (al-
maslahah al-‘ammah muqadamatun al-maslahah al-khashah).
6. Prinsip At-Ta’awun
Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama
manusia yang diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam
peningkatan kebaikan dan ketakwaan. Prinsip ta’awun, tolong
menolong, sebagai titik tolak ukur kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan.
7. Prinsip Toleransi (tasamuh)
Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang
menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan ummatnya
tegasnya toleransi hanya dapat diterima apabila tidak merugikan
agama Islam.
Prinsip tasamuh, prinsip toleransi, sebagai titik tolak ukur
pengamalan hukum islam, karena cara berfikir manusia yang
berbeda-beda, satu sama lain harus saling menghargai dan
mengakui bahwa kebenaran hasil pemikiran manusia bersifat
relatif.

Dengan demikian, dari ketujuh prinsip tersebut, dapat kita lihat bahwa
prinsip-prinsip fiqih ini ada dikarenakan untuk mendasari keilmuan fiqih yang
dipelajari oleh umat Nabi Muhammad SAW, agar jelas bagaimana cara kerjanya,
manfaatnya, dan fungsi dari Fiqih sendiri.

3. Karakteristik Ilmu Fiqih

Berikut adalah beberapa karakteristik dari Fiqih, antara lain ialah :


1. Takamul
Yang dimaksud dengan takâmul ialah “lengkap, sempurna, dan
bulat, berkumpul padanya aneka pandangan hidup.” Hukum Islam
menghimpun segala sudut dan segi yang berbeda-beda dalam satu
kesatuan. Karenanya, hukum Islam tidak menghendaki adanya
pertentangan antara ushûl dengan furû’. Hukum Islam membentuk umat
dalam suatu kesatuan yang bulat walaupun mereka berbeda-beda bangsa
dan berlainan suku. Meskipun masa berganti masa, hukum Islam tetap
memiliki karakter yang utuh, harmonis, dan dinamis.
2. Wasathiyah
Hukum Islam menempuh jalan tengah, jalan yang seimbang antara
kepentingan jiwa dan raga. Menyelaraskan seluruh aspek kehidupan.
3. Bersifat Universal
Hukum Islam bersifat universal, mencakup seluruh manusia di
dunia tidak dibatasi oleh faktor geografis atau batasan teritori. Hal ini
terlihat dalam sumber utama hukum Islam dalam konteks sejarah Rasul
dengan memfokuskan dakwah mengenai tauhid seperti panggilan yâ
ayyuha an-nâs, walaupun pada persoalan hukum hanya khusus umat Islam
saja.
4. Moralitas (Akhlaqi)
Relasi antara moral dan hukum adalah merupakan karakteristik
terpenting dari kajian hukum Islam. Dalam hukum Islam antara keduanya
tidak ada pemisahan, jadi pembahasan hukum Islam juga di dalamnya
termasuk pembahasan moralitas. Berbeda halnya dalam kajian hukum
Barat, yang jelas-jelas memisahkan dengan tegas antara hukum dan moral.
Dari kedua perbedaan ini ternyata mempunyai implikasi sangat besar
dalam praktek hukum di masyarakat.
5. Sempurna
Syariat Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dan garis besar
permasalahan. Oleh karena itu, hukum-hukumnya bersifat tetap, tidak
berubah-ubah sebab perubahan masa dan tempat. Untuk hukum yang lebih
rinci, syariat Islam hanya menetapkan kaidah dan memberikan patokan
umum. Penjelasan dan rinciannya diserahkan pada ijtihad ulama dan
cendekia.
Dengan menetapkan patokan tersebut, syariat Islam dapat benar-
benar menjadi petunjuk universal, dapat diterima di semua tempat dan
saat. Setiap saat umat manusia dapat menyesuaikan tingkah lakunya
dengan garis kebijakan al-Quran, sehingga mereka tidak melenceng.
Penetapan al-Quran tentang hukum dalam bentuk yang global dan simpel
itu dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada umat manusia
untuk melakukan ijtihad sesuai dengan situasi dan kondisi zaman. Dengan
sifatnya yang global itu diharapkan hukum Islam dapat berlaku sepanjang
masa.
6. Elastis dan Sistematis
Hukum juga bersifat elastis (luwes), ia meliputi segala bidang dan
lapangan kehidupan manusia. Permasalahan kemanusiaan, kehidupan
jasmani dan rohani, hubungan sesama makhluk, hubungan makhluk
dengan khalik serta tuntutan hidup dunia akhirat terkandung dalam
ajarannya. Hukum Islam memperhatikan berbagai segi kehidupan, baik
muamalah, ibadah, jinayah, dan lainnya.
Hukum Islam juga bersifat sistematis. Dalam artian bahwa hukum
Islam mencerminkan sejumlah aturan yang bertalian secara logis.
Beberapa lembaganya saling berhubungan satu dengan yang lain. Perintah
salat senantiasa diiringi dengan perintah zakat dan lainnya. Dari ayat
tersebut dapat dipahami bahwa hukum Islam tidak mengajarkan spiritual
mandul. Dalam hukum Islam seseorang dilarang hanya bermuamalah
dengan Allah dan melupakan dunia. Seorang muslim diperintahkan
mencari rizki, tetapi hukum Islam melarang sifat imperial dan kolonial
ketika mencari rizki tersebut.
7. Harakah (Bergerak)
Dari segi harakah, hukum Islam mempunyai kemampuan bergerak
dan berkembang, mempunyai daya hidup, dapat membentuk diri sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan. Hukum Islam terpancar dari sumber
yang luas dan dalam, yaitu Islam yang memberikan sejumlah aturan
hukum yang dapat dipergunakan dalam setiap masa dan tempat oleh
manusia.4
C. PENUTUP

Dengan demikian, dari beberapa pemaparan yang telah dijelaskan, dapat


disimpulkan, bahwa :

1. Di dalam ilmu fiqih terdapat prinsip dan karakteristik


2. Ada 7 prinsip yang telah disematkan dalam pembahasan di atas, yaitu :
 Prinsip Tauhid
 Prinsip Keadilan

4
Dr. Rohidin, Pengantar Hukum Islam (Yogyakarta : Lintang Rasi Aksara Books, 2016).
Hlm. 70
 Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar
 Prinsip Kebebasan / Kemerdekaan
 Prinsip kemaslahatan
 Prinsip At-Ta’awun
 Prinsip Toleransi (tasamuh)
3. Terdapat pula 7 karakteristik di dalam ilmu Fiqih, antara lain :
 Takamul
 Wasathiyah
 Moralitas (Akhlaqi)
 Sempurna
 Elastis dan Sistematis
 Harakah (Bergerak)
Demikian, setelah diketahui kesimpulan dari penjelasan prinsip dan
karakteristik dapat dipahami dan dipelajari lebih dalam. Tak lupa juga berguna
bagi pengamalan dalam aktifitas sehari-hari, agar lebih terarah dan jelas
tujuannya.

D. REFERENSI
Suryadi, Kamus Baru Bahasa Indonesia. Usaha Nasional, Surabaya, 1980

S. Praja, Juhaya. Filsafat Hukum Islam, LPPM : Unisba, Bandung, 1995

Setiawan, Ebta. Arti Kata Karakteristik-KBBI (https://kbbi.web.id/karakteristik,

diakses pada tanggal 18 September 2020, 12:29)

Rohidin, Pengantar Hukum Islam. Yogyakarta : Lintang Rasi Aksara Books,

2016.

Anda mungkin juga menyukai