Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
MEDAN
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
nurani yang dianggap mampu menghasilkan tindakan yang baik akan
tetapi dalam islam, hati nurani yang baik adalah berlandaskan pada ajaran
Allah SWT.
3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Moral
Lebih lanjut Al-Ghazali menguraikan:Induk atau prinsip dari budi pekerti itu
ada empat: (1) kebijaksanaan (al-hikmah), (2) keberanian, (3) menjaga diri, dan
(4) keadilan. Maksud kebijaksanaan adalah perilaku jiwa yang dapat menemukan
kebenaran dari yang salah dalam semua perbuatan yang dikerjakan.2Ukuran
perseorangan bagi baik dan buruk, bagus dan jelek berbeda menurut perbedaan
presepsi seseorang, perbedaan masa, perubahan keadaan dan tempat. Namun
demikian, dalam setiap masyarakat dan dalam suatu masa ada ukuran umum,
artinya ukuran yang diakui oleh seluruh atau sebagian terbesar dari anggota-
anggotanya. Namun Bagi umat islam pendasaran baik dan buruk bagi perbuatan
adalah kepada kitab pedomannya, yaitu Al-Quran dan Sunnah. Apa yang
1
Ahmad Mansur Noor, Peranan Moral Dalam Membina Kesadaran Hukum, (Jakarta : Dirjen
Bindaga Islam DEPAG RI, 1985) hal. 7
2
. Al-ghazali imam, ihyal ulumuddin jilid 1.
4
dinyatakan baik, maka itulah ukuran kebaikan bagi manusia, demikian pula yang
jelek.
Moral dan akhlak sangat penting dalam pergaulan hidup di dunia ini. Oleh
karena itu Allah SWT. sengaja mengutus Nabi Muhammad SAW. untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia sebagaimana sabda beliau yakni sebagai
berikut3:
)الق (الحديث
ِ األخ ُ اِنَ َما بُ ِع ْث
ْ ت ألتَ ِّم َم َم َكا َر َم
Telah dijelaskan pula dengan firman-Nya dalam surah al-Qalam ayat 4yang
berbunyi sebagai berikut:
b. Hukum
Menurut Van Kan Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat
memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat. Wiryono
Kusumo Hukum adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur tata tertib di dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya
umumnya dikenakan sanksi.
3
HR. Bukhari, ahmad dan Baihaqi
5
Dalam Islam, Hukum syara’ menurut istilah para ahli ilmu ushul fiqh
ialah: Khithab Syari’ yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang
mukallaf, baik dalam bentuk tuntutan, pilihan, atau ketetapan.4
Hukum berasal dari bahasa arab yang berbentuk mufrad (tunggal). Kata
jamaknya diambil alih dalam bahasa indonesia menjadi “hukum”. Hukum juga
dinamakan recht yang berasal dari kata rechtum, di ambil dari bahasa latin
yang berarti pimpinan atau tuntunan atau pemerintahan.
Di dalam ilmu ushul fiqih terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan
hukum, yaitu hukum ()الحكم, hakim (اكمnn)الح, mahkum fihi (وم فيهnn)محك, dan
mahkum ‘alaih ()محكوم عليه. Secara bahasa hukum ( )الحكمberarti man’u ()المنع
yang berarti “mencegah”, hukum juga berarti qadla’ (اءnn )القضyang berarti
“putusan”.6Adapun secara istilah, pengertian hukum menurut ulama’ ushul
yaitu:
4
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Semarang:Dina Utama, 1994), hlm.142.
5
Moh Rivai, Ushul Fiqih, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1993), hlm.12.
6
Nasrun, ushul fiqih 1, hlm. 20.
7
Khallaf, ilmu ushul fiqih, hlm.100
6
Dapat disimpulkan bahwa hukum bermakna sebuah ketentuan atau peraturan-
peraturan yang harus dilaksanakan dan bagi yang melanggarnya akan
mendapatkan hukuman atau sanksi sesuai dengan kesalahan yang diperbuat.8
Manusia memiliki cara berfikir yang berbeda dengan sifat dan tingkah
laku yang berbeda. Hal ini akan mempengaruhi tindakannya. Pada
masayarakat sederhana akan memadai untuk menciptakan ketertiban dan
mengarahkan tingkah laku masyarakat. Kesusilaan memberikan peraturan-
peraturan kepada seseorang supaya menjadi manusia sempurna. Hati
nuraninya akan menyatakan perbuatan mana yang jahat serta akan
menentukan apakah ia akan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi pada
masyarakat yang sudah maju kaidah adat tersebut tidak lagi mencukupi. Hal
ini dilatarbelakangi oleh persandaran moral adalah kebebasan pribadi. Padahal
cara berpikir manusia tidaklah sama, sifat dan tingkah lakunya pun berbeda,
sehingga banyak sekali usaha baik yang mendapat tantangan dan hambatan.
Untuk mengatur segalanya diperlukan aturan lain yang tidak disandarkan pada
kebebasan pribadi, tetapi juga mengekang kebebasan pribadi dalam bentuk
paksaan, ancaman dan sanksi. Aturan itulah yang disebut dengan hukum.9
Hukum positif yang didukung oleh Coulson dan Kerr dipisahkan dari
keadilan dan etika. Menurut hukum murni ala Kelsen, etika dan filsafat sosial
jauh dari hukum. Ia menentang filsafat dan berkeinginan untuk menciptakan
ilmu hukum murni, meninggalkan semua materi yang tidak relevan, dan
memisahkan yurisprudensi dari ilmu-ilmu sosial.
8
Di dalam islam, moralitas yang berasal dari agama adalah bagian integral
manusia. Manusia mungkin dapat menetapkan moralitasnya sendiri tanpa
agama, tetapi dengan mudah ia akan menggunakannya untuk kepentingannya
sendiri sehingga ukuran moral dapat berubah-ubah. Moralitas agama tidak
demikian, ia berasal dari tuhan, berhubungan dengan akal sehat, hati nurani
dan keyakinan kepada Allah.
Dalam masyarakat islam, hukum bukan hanya faktor utama tapi juga
faktor pokok yang memberikannya bentuk. Masyarakat islam secara ideal
harus sesuai dengan kitab hukum, sehingga tidak ada perubahan sosial yang
mengacaukan atau menimbulkan karakter yang tidak bermoral dalam
masyarakat. Hukum islam harus berjalan sesuai dengan prinsip-
prinsip moralitas seperti yang dinyatakan oleh islam. Hukum islam
memberikan ketentuan bahwa kaidah kesusilaan tidak boleh bertentangan
dengan syarat-syarat yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah. Dengan ini
nyatalah bahwa hukum islam menuju kepada kesusilaan yang lebih pasti
isinya dan lebih tetap mutu dan haluannya, karena islam tidak membiarkan
semuanya hanya tergantung pada masyarakat dan manusia saja.
9
Menurut H.M Rasjidi terdapat tiga macam hubungan antara hukum dan
moral sebagaimana yang dibahas dalam filsafat hukum umum, yaitu:10
2. Masing-masing hukum dan moral ada bidangnya, tetapi moral lebih tinggi
daripada hukum.
Dalam Islam hukum dan moral tidak dapat dipisahkan, sehingga ruang
lingkup hukum Islam mencakup semua bentuk hubungan, baik kepada Tuhan
10
Ahmad Azhar Basyir, Pokok-Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2000)., hlm 58
11
Ahmad Azhar Basyir, Pokok-Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2000)., hlm 59
10
maupun kepada manusia. Karena asal-usul, sifat, dan tujuan hukum Islam
secara ketat diikat oleh etika agama.
b. Keadilan Mutlak
12
KH. Ahmad Azhar, MA, Refleksi atas Persoalan Keislaman, cet II, (Bandung: Mizan, 1994),
hlm 137-138
11
Kemakmuran masyarakat tidak terlalu tergantung pada kerasnya hukum
melainkan pada kebenaran yang diilhami oleh ketakwaan. Oleh karena itu,
syari’ah merupakan tatanan tingkah laku moral, sedangkan takwa merupakan
standar bagi pertimbangan tindakan manusia, seperti firman Allah SWT.
dalam surah al- Hujurat ayat 13 sebagai berikut:
Allah,
Hukum
12
KESIMPULAN
Dalam Islam moral dikenal dengan istilah akhlak. Al-Ghazali dalam Ihya
Ulumuddin menerangkan tentang definisi akhlak. Akhlak adalah perilaku jiwa,
yang dapat dengan mudah melahirkan perbuatan-perbuatan, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Apabila perilaku tersebut mengeluarkan beberapa
perbuatan baik dan terpuji, baik menurut akala maupun tuntunan agama, perilaku
tersebut dinamakan akhlak yang baik.
Dalam Islam, Hukum syara’ menurut istilah para ahli ilmu ushul fiqh ialah:
Khithab Syari’ yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, baik
dalam bentuk tuntutan, pilihan, atau ketetapan.
Menurut H.M Rasjidi terdapat tiga macam hubungan antara hukum dan moral
sebagaimana yang dibahas dalam filsafat hukum umum, yaitu:
2. Masing-masing hukum dan moral ada bidangnya, tetapi moral lebih tinggi
daripada hukum.
13
DAFTAR PUSTAKA
Khallaf Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqih, Semarang, Dina Utama, 1994
14
Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam (Bagian Pertama), Ciputat: Logos
Wacana Ilmu, 1997
Nor Mansur Ahmad , Peranan Moral Dalam Membina Kesadaran Hukum, Jakarta,
Dirjen Bindaga Islam DEPAG RI, 1985
Rahardjo Sathipto Prof Dr.,SH, Ilmu Hukum, cet III, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti, 1991
15