Anda di halaman 1dari 9

Nama : Alika Shalsabila Azzahra

NIM : B011211361
Mata Kuliah : Hukum Islam A
Dosen : Prof. Dr. H.M. Arfin Hamid, S.H., M.H.

FINAL HUKUM ISLAM

1. Kemukakan dan jelaskan beberapa alasan mengapa hukum Islam perlu


diajarkan di perguruan tinggi hukum di Indonesia.
Jawaban: Urgensi dalam mempelajari hukum Islam di perguruan tinggi
khususnya pada bidang hukum di Inndonesia adalah sebagai berikut:
a) Alasan Sejarah
Pada masa pemerintahan Belanda di semua sekolah tinggi Fakultas
Hukum pun juga diajarkan tentang hukum Islam atau disebut sebagai
Mohammedaansch recht, sehingga hal tersebut memunculkan
perkembangan ajaran hukum Islam.
b) Alasan Penduduk
Pada zaman sebelum penjajahan Islam merupakan agama yang dianut
oleh mayoritas penduduk Indonesia, sehingga hampir keseluruhan sendi
kehidupan didasarkan kepada hukum agama di samping hukum adat.
c) Alasan Konstitusional
Hal ini didasari oleh Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945
yang berbunyi:
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Sehingga dengan Bahasa sederhana dapat ditafsirkan bahwa negara
dalam produk hukum yang dikeluarkannya haruslah selaras dengan
nilai-nilai agama dan secara a contratio.
d) Alasan Yuridis
Hal ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni alasan secara normatif dan
alasan secara formal yuridis. Normatif berarti mengacu pada berlakunya
hukum Islam didasarkan pada keyakinan atau keimanan masing-masing
pemeluknya, sedangkan formal yuridis berarti berlakunya hukum Islam
dikarenakan materi hukum termuat dalam peraturan perundang-
undangan.
e) Alasan Filososfis
Berdasarkan landasan filosofis, hukum yang berlaku di Indonesia
mengandung dimensi transedental dan horizontal. Dimana hukum dalam
dimensi transedental berkaitan erat dengan substansi dan pengamalan
sila pertama Pancasila, Sementara hukum dalam dimensi horizontal
adalah tata aturan hidup yang mengatur hubungan kehidupan manusia.
f) Alasan Ilmiah
Hal ini mengacu pada pertanyaan dasar, apakah benar hukum Islam
mengatur tentang hukum dalam arti ketentuan-ketentuan normatif dalam
aspek privat maupun pubik ataukah mengatur tentang masalah hukum
perkawinan, kewarisan, pidana, ketatanegaraan, internasinal dan acara.
Jawaban dari pertanyaan tersebut yakni bahwa Islam dalam Al-Quran
dan Sunnah sebagai syariah yang mengatur aspek-aspek tersebut.

2. Jelaskan pengertian syariah, fikih dan hukum Islam, dan ilustrasikan


hubungannya masing-masing.
Jawaban: Syariah secara etimologis memiliki arti sebagai ‘Jalan yang harus
diikuti’ serta merupakan segala titah Allah yang berhubungan dengan
tingkah laku manusia diluar tentang akhlak berupa apa-apa saja yang
berkaitan dengan peradilan serta pengajuan perkara kepada mahkamah dan
tidak mencakup halal dan haram.
Selanjutnya, Fiqh artinya faham atau pengertian, dapat juga dirumuskan
sebagai ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma
dasar dan ketentuan- ketentuan umum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab hadits, dan
berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan
Sunnah nabi Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang
telah dewasa yang sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum
islam.
Adapaun mengenai hukum Islam merupakan seperangkat peraturan
berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang tingksh laku manusia
mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama
Islam. Dengan maksud seperangkat sebagai peraturan yang dirumuskan
secara terperinci dan mempunyai kekuatan yang mengikat, sedangkan
mukalaf adalah orang-orang yang sudah dikenai kewajiban menjalankan
syari’at Islam. Jika mediasi yang telah dilakukan gagal mencapai
kesepakatan, maka hakim mediator akan menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis kepada hakim majelis yang memeriksa perkara dan para pihak
menghadap hakim pada hari sidang yang ditentukan, dan proses persidangan
dilanjutkan sebagaimana biasa.
Sehingga dari ketiga pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa terkait
hubungan antara ketiganya adalah hukum Islam yang sebenarnya tidak lain
dari pada fiqh Islam atau syariat Islam itu sendiri, yaitu koleksi daya upaya
para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang bersumber kepada al-Qur’an As-Sunnah dan Ijmak para
sahabat dan tabi’in.

3. Kemukakan apa yang menjadi nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam itu.
Jawaban: Dalam penetapan hukum Islam tidak pernah meninggalkan aspek
kemaslahatan bagi manusia sesuai dengan prinsip maqasid syari’ah (tujuan
hukum Islam), Bukti tersebut tercermin dalam lima tujuan yaitu adalah hifzh
ad-din (memelihara agama), hifzh al-mal (memelihara harta), hifzh al-nafs
(memelihara jiwa), hifzh al-nasl (memelihara keturunan), dan hifzh al-'aql
(memelihara akal). Selain itu, hukum Islam sendiri memiliki beberapa nilai
dan prinsip berupa tauhid, keadilan (al-'adl), amar makruf nahi mungkar,
kemerdekaan atau kebebasan (al-hurriyah), persamaan (egaliter), tolong-
menolong (at-ta'awwun), dan toleransi (tasammuh).

4. Jelaskan tujuan dan ruang lingkup hukum Islam itu.


Jawaban: Mengenai tujuan hukum Islam tidak terbatas pada lapangan
materiel saja yang sifatnya sementara, tidak pula kepada hal-hal yang
sifatnya formil belaka, akan tetapi lebih dari itu hukum Islam
memperhatikan pelbagai faktor seperti faktor Individu, faktor masyarakat
dan faktor kemanusiaan dalam hubungannya satu dengan yang lain demi
terwujudnya keselamatan di dunia dan kebahagiaan di hari kemudian.
Dalam lapangan ibadat (shalat, puasa, zakat, dan naik haji) dimaksudkan:
1. Membersihkan jiwa manusia dan mempertemukan dirinya dengan Tuhan.
Tujuan ini menyangkut kesehatan rohani;
2. Kesehatan jasmani;
3. Kebaikan individu dan masyarakat dan pelbagai seginya.
Sedangkan mengenai ruang lingkup hukum Islam sendiri mengatur
perikehidupan manusia secara menyeluruh, mencakup segala macam
aspeknya. Hubungan manusia dengan Allah diatur dalam bidang ibadat dan
hubungan manusia dengan sesamanya diatur dalam bidang muamalat dalam
arti luas, baik yang bersifat perorangan maupun bersifat umum, misalnya
perkawinan, pewarisan, hukum perjanjian, ketatanegaraan, kepidanaan,
peradilan, dan seterusnya. Dengan demikian dalam hukum Islam dikenal
klasifikasi tersendiri, yaitu hukum privat Islam, hukum publik Islam dan
hukum ibadat. Adapun beberapa aspek hukum Islam ke dalam tujuh bidang,
yaitu:
1) Hukum-hukum yang berhubungan dengan peribadatan kepada Allah,
seperti shalat, puasa, haji, bersuci dari hadas dan sebagainya. Kelompok
hukum ini disebut Hukum Ibadat.
2) Hukum-hukum yang berhubungan dengan tata kehidupan keluarga,
seperti: perkawinan, perceraian, hubungan keturunan, nafkah keluarga,
kewajiban anak terhadap orang tua dan sebagainya. Kelompok hukum
ini disebut Hukum Keluarga (al-Ahwal Asy-Syakhshiyyah).
3) Hukum-hukum yang berhubungan dengan pergaulan hidup dalam
masyarakat mengenai kebendaan dan hak-hak serta penyelesaian
persengketaan-persengketaan, seperti perjanjian jual beli, sewa-
menyewa, utang-piutang, gadai, hibah, dan sebagainya. Kelompok
hukum ini disebut Hukum Muamalat.
4) Hukum yang berhubungan dengan tata kehidupan bernegara, seperti
hubungan penguasa dengan rakyat, pengangkatan kepala negara, hak
dan kewajiban penguasa dan rakyat timbal balik dan sebagainya.
Kelompok hukum ini disebut Al-Ahkam as-Sulthaniyah atau as-Siyasah
as-Syar‟iah, yang yang mencakup hal-hal yang dibahas dalam Hukum
Tata Negara Pemerintahan sebagaimana dikenal dewasa ini.
5) Hukum-hukum yang berhubungan dengan kepidanaan, seperti macam-
macam perbuatan pidana dan ancaman pidana. Kelompok hukum ini
disebut al-„Uqubat, dan sering disebut juga al-JinAyat (Hukum Pidana).
6) Hukum-hukum yang mengatur hubungan antara negara Islam dengan
negara-negara lain, yang terdiri dari aturan-aturan hubungan pada waktu
damai dan pada waktu perang. Kelompok hukum ini disebut as-Sair
(Hukum Antar Negara).
7) Hukum-hukum yang berhubungan dengan budi pekerti, kepatutan, nilai
baik dan buruk seperti: mengeratkan hubungan persaudaraan, makan
minum dengan tangan kanan, mendamaikan orang yang berselisih dan
sebagainya. Kelompok hukum ini disebut al-Adab (Hukum Sopan
Santun). Kelompok terakhir dalam praktik tidak menjadi materi
pelajaran hukum Islam, tetapi merupakan materi akhlak.

5. Kemukakan dan jelaskan sumber-sumber hukum Islam secara lengkap.


Jawaban: Hukum Islam memiliki 4 sumber utama yakni,
1) Al-Qur'an, dimanaAl Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW. Tulisannya berbahasa Arab dengan
perantaraan Malaikat Jibril. Al Quran juga merupakan hujjah atau
argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan
risalah kerasulan dan pedoman hidup bagi manusia serta hukum-hukum
yang wajib dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup
di dunia dan akhirat serta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2) Hadits, Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta
mengakui bahwa sabda, perbuatan dan persetujuam Rasulullah
Muhammad SAW tersebut adalah sumber hukum Islam yang kedua
sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang
memerintahkan untuk mentaati Rasulullah SAW seperti firman Allah
SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 32. Al Hadits sebagai sumber hukum
yang kedua berfungsi sebagai penguat, sebagai pemberi keterangan,
sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat hukum baru yang
ketentuannya tidak ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum yang
ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ada kalanya atas petunjuk
(ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal dari ijtihad.
3) Ijma, Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al
Quran dan sunah Rasul. Dalam moraref atau portal akademik
Kementerian Agama bertajuk Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma
sebagai Sumber Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan
perkembangan Hukum Islam Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma'
adalah salah satu metode dalam menetapkan hukum atas segala
permasalahan yang tidak didapatkan di dalam Al-Quran dan Sunnah.
Sumber hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era
globalisasi dan teknologi modern.
4) Qiyas, merupakan bentuk sistematis dan yang telah berkembang fari
ra'yu yang memainkan peran yang amat penting. Sebelumnya dalam
kerangka teori hukum Islam Al- Syafi'i, qiyas menduduki tempat
terakhir karena ia memandang qiyas lebih lemah dari pada ijma.

6. Jelaskan perlunya ijtihad dan sebutkan jenis-jenisnya dalam hukum Islam


dan bagaimana menerapkan ijtihad itu dalam pengembangan hukum Islam.
Jawaban: Ijtihad merupakan upaya sekuat tenaga yang dilakukan oleh
ulama yang kompeten dan kapabel dengan menggunakan nalarnya untuk
menemukan hukum atas problema baru tanpa meninggalkan nilai-nilai yang
terdapat dalam sumber utama hukum Islam. Ijtihad dibutuhkan pada setiap
zaman maka pada zaman modern inilah ijtihad paling dibutuhkan sebab
berubahnya keadaan kehidupan setelah adanya revolusi teknologi maka
merupakan keharusan untuk membuka kembali pintu ijtihad yang memang
sebenarnya tidak pernah ditutup. Ijtihad zaman modern haruslah mengarah
kepada masalah-masalah yang baru dan problematika kekinian, untuk
mencari solusi masalah tersebut menurut Al-Qur’an dan sunnah. Adapun
macam-macam bentuk ijtihad sebagai sebuah metode atau cara untuk
menghasilkan sebuah hukum dalam agama Islam, ijtihad dibagi sebagai
berikut:
a) Ijma’, merupakan bentuk ijtihad yang berasal dari kesepakatan para
ulama ahli ijtihad dalam memutuskan suatu hukum (perkara) dalam
agama Islam.
b) Qiyas, merupakan bentuk ijtihad di mana mempersamakan masalah baru
yang tidak terdapat di dalam Al-Qur'an maupun hadis dengan perkara
yang sudah ada hukumnya di Al-Qur'an dan hadis lantaran adanya
kesamaan sifat dan karakternya.
c) Maslahah Mursalah, merupakan bentuk ijtihad yang menetapkan hukum
bergantung kepada kemanfaatan suatu perbuatan dan tujuan hakiki-
universal terhadap syariat Islam.
Dalam menghadapi pengaruh modernitas yang telah merasuk kedalam setiap
sendi kehidupan masyarakat Islam, jelas bahwa upaya pengembangan
hukum Islam sangat diperlukan. Yusuf al-Qardhawy secara tegas
mengungkapkan bahwa semenjak terjadinya perubahan pesat dalam segala
lini kehidupan dan perkembangan sosial sebagai hasil dampak dari revolusi
industri, maka ijtihad (jika dikatakan dibutuhkan di setiap zaman) pada
zaman modern ini lebih dibutuhkan dibandingkan pada zaman-zaman
sebelumnya. Menurutnya, adalah suatu kebutuhan yang mendesak pada masa
sekarang ini untuk membuka kembali pintu ijtihad. Pintu intihad ini, lanjut
Qardhawy, dibukakan oleh Rasulullah saw, maka tiada seorang pun yang
berhak menutupnya selain beliau. Hal ini mengandung pengertian bahwa
setiap orang Islam bertugas tidak hanya membuka pintu intihad tersebut
melainkan harus benar-benar melaksanakan ijtihad tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam menghadapi modernitas sebagai tantangan
terberat bagi siapa saja, Islam harus memiliki watak ganda; pada satu sisi,
sebagai perwujudan hukum Tuhan ia harus mampu mengakomodasi atau
bersikap akomodatif terhadap tuntutan zaman. Watak pertama menuntutnya
untuk mampu membentuk tata kehidupan masyarakat. Watak kedua
menuntutnya untuk dapat dipengaruhi masyarakat supaya tidak ketinggalan
zaman.

7. Jelaskan apa yang menjadi perbedaan antara hukum Islam dengan sistem
hukum lainnya.
Jawaban: Pada hakikatnya hukum Islam tidak dapat dianalogikan dengan
hukum konvensional, dimana hukum Islam merupakan produk Sang
Pencipta, sedangkan hukum konvensional hasil pemikiran manusia, yang
menjadi perbedaan paling mendasar antara hukum Islam dan hukum
konvensional adalah sumber hukumnya. Hukum konvensional bersumber
dari hasil pemikiran manusia yang ditetapkan untuk memenuhi segala
kebutuhan mereka yang bersifat temporal. Hukum ini juga dibuat dengan
kemampuan akal manusia yang memiliki keterbatasan dan kekurangan untuk
memahami perkara gaib dan menghukumi perkara yang belum terjadi.
Sedangkan hukum Islam bersumber dari Allah SWT. Sejak diturunkan,
hukum Islam mempunyai teori hukum yang terbaru yang baru dicapai oleh
hukum konvensional akhir-akhir ini, padahal hukum konvensional lebih tua
dari hkum Islam. Lebih dari itu, hukum Islam lebih banyak mencapai sesuatu
yang tidak dapat dicapai oleh hukum konvensional. Hukum konvensional
tentunya sarat dengan perubahan dan pergantian atau yang dinamakan
dengan perkembangan (evolusi) seiring dengan perkembangan masyarakat,
tingkatan, kedudukan, dan situasi mereka. Adapun hukum Islam yang
merupakan ciptaan Allah SWT merepresentasikan sifat kekuasaan,
kesempurnaan, keagungan, dan pengetahuan-Nya yang mengetahui hal-hal
yang telah terjadi dan akan terjadi di masa mendatang, ketetapannya tidak
akan berubah hingga kapan pun dan dimana pun

8. Jelaskan dan berikan contoh hukum Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Jawaban:
Islam rahmatan lil alamin terdiri dari dua kata, yakni rahmat yang berarti
kasih sayang, dan lil alamin yang berarti seluruh alam. Sederhananya, Islam
rahmatan lil alamin adalah konsep abstrak yang mengembangkan pola
hubungan antar manusia yang pluralis, humanis, dialogis, dan toleran. Selain
itu, konsep ini mengembangkan pemanfaatan dan pengelolaan alam dengan
rasa kasih sayang. Dengan maksud bahwa Islam rahmatan lil alamin adalah
Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Adapun yang menjadi
contoh Islam rahmatan lil alamin adalah guru atau dosen sebagai sumber
belajar bagi para siswa dan mahasiswanya.

Anda mungkin juga menyukai