Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan
segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa
dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa
akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia
harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat
berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan
melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan
Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan
Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah).
Sebagian dari hukum Islam terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah
khusus maupun ibadah umum. Sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah,
Idjma, dan Qisas. Hukum Islam dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang
telah tertanam Aqidah atau keimanan (Rachmawati, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hukum Islam itu sendiri?
2. Bagaimana ruang lingkup yang ada di Indonesia?
3. Apa saja ciri-ciri dari hukum Islam?
4. Apa tujuan dari hukum Islam?
5. Apa saja sumber-sumber hukum Islam?
6. Apa saja asas-asas hukum Islam
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pend. Agama Islam dan dapat mengetahui lebih jauh mengenai
hukum Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI HUKUM ISLAM
Kata hukum secara etimologi berasal dari bahada Arab, yaitu ‫ ح ك م‬yang
mengandung makna mencegah atau menolak, yaitu mencegah ketidakadilan,
mencegah kezaliman, mencegah penganiayaan dan menolak bentuk kemafsadatan
lainnya (Ali, 2010). Sedangkan kata Islam memiliki arti kepatuhan atau
penyerahan diri. Kepatuhan atau penyerahan diri yang dimaksud disini adalah
kepada Allah. Penyerahan diri kepada Allah itu disebut “muslim”. Dan menurut
Quran, seorang muslim ialah seseorang yang mengadakan perdamaian dengan
Allah dan sesama manusia.
Bagi seorang muslim untuk melaksanakan kepatuhan atau penyerahan diri
kepada Allah itu tidak semata-mata memohon perlindungan supaya diterima
dirinya oleh Allah melainkan mematuhi dan menaati segala kehendak Allah.
Dimana hal itu merupakan keseluruhan perintah-Nya. Seluruh perintah sebagai
satu kesatuan yang terdiri atas bermacam-macam perintah merupakan hal-hal
yang perlu dilakukan atau yang perlu dijauhi. Dan setiap peritah itu dinamakan
“Hukm” (jamaknya ahkam) yang lazim di dalam bahasa Indonesia dinamakan
ketentuan, keputusan, undang-undang, atau peraturan. Hal inilah yang dinamakan
“Hukum”.
Apabila dilihat dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan perintah Allah yang wajib ditaati oleh
seorang muslim (Djamali, 1997).
2.2 RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM
Jika kita bandingkan hukum Islam bidang muamalah ini dengan hukum barat
yang membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan hukum publik,
maka sama halnya dengan hukum adat di tanah air kita, hukum Islam tidak
membedakan (dengan tajam) antara hukum perdata dengan hukum publik
disebabkan karena menurut sistem hukum Islam pada hukum perdata terdapat
segi-segi publik ada segi-segi perdatanya.

2
Itulah sebabnya maka dalam hukum Islam tidak dibedakan kedua bidang
hukum itu. Yang disebutkan adalah bagian-bagian nya seperti misalnya, (1)
munahakat, (2) wirasah, (3) muamalat dalam arti khusus, (4) jinayat, (5) al-ahkam
as-sulthaniyah, (6) siyar, dan (7) mukhasamat.
Kalau bagian-bagian hukum Islam itu disusun menurut sistematik hukum
barat yang membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik seperti yang
diajarkan dalam pengantar ilmu hukum di tanah air kita, dimana susunan hukum
muamalah dalam arti luas itu adalah sebagai berikut:
Hukum perdata Islam adalah (1) munahakat mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya; (2) wirasah
mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta
peninggalan serta pembagian warisan. Hukum kewarisan Islam ini disebut juga
hukum fara’id; (3) muamalat dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan
hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual-beli, sewa menyewa,
pinjam meminjam, perserikatan, dan sebagainya.
Hukum publik Islam adalah (1) jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai
perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarinah hudud
maupun dalam jarimah ta’zir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah perbuatan
pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumannya dalam Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad (hudud jamak dari hadd= batas). Jarimah ta’zir adalah
perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya ditentukan oleh
penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya (ta’zir= ajaran atau pengajaran); (5) al-
ahkam as-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan kepala
nagara, pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun daerah, tentara, pajak dan
sebagainya; (6) siyar mengatur segala urusan perang dan damai, tata hubungan
dengan pemeluk agama dan negara lain; (7) mukhasamat mengatur soal peradilan,
kehakiman, dan hukum acara.
Jika bagian-bagian hukum Islam bidang muamalah dalam arti luas tersebut di
atas dibandingkan dengan susunan hukum barat seperti yang telah menjadi tradisi
diajarkan dalam pegantar Ilmu Hukum di tanah air kita, maka butir (1) dapat
disamakan dengan hukum perkawinan, butir (2) dengan hukum kewarisan, butir

3
(3) dengan hukum benda dan hukum perjanjian, perdata khusus, butir (4) dengan
hukum pidana, butir (5) dengan hukum ketatanegaraan yakni tata negara dan
administrasi negara, butir (6) dengan hukum internasional, dan butir (7) dengan
hukum acara.
2.3 CIRI – CIRI HUKUM ISLAM
Berdasarkan ruang lingkup hukum islam yang telah dijabarkan diatas, dapat
diketahui bahwa ciri-ciri hukum Islam itu sendiri adalah sebagai berikut (Ali,
2010)
1) Hukum Islam adalah bagian dan bersumber dari ajaran agama Islam.
2) Hukum Islam mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan
dengan iman dan kesusilaan atau akhlak islam.
3) Hukum Islam mempunyai istilah kunci, yakni syariah dan fikih.
4) Hukum Islam terdiri atas dua bidang utama, yakni hukum ibadah dann hukum
muamalah alam arti yang luas.
5) Hukum Islam mempunyai struktur yang berlapis-lapis seperti yang akan
diuraikan dalam bentuk bagan tangga bertingkat.
6) Hukum Islam mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala.
7) Hukum Islam dapat dibagi menjadi 2, yakni hukum taklifi atau hukum taklif
dan hukum wadh’i.
2.4 TUJUAN HUKUM ISLAM
Secara umum, tujuan dari hukum Islam itu sendiri adalah untuk kemaslahatan
manusia seluruhnya, baik kemaslahatan di dunia, maupun kemaslahatan di hari
yang baqa (kekal) nanti. Sebagaimana yang ada dalam Al-Quran Surah Al-
Anbiya’ ayat 107.
َ‫س ْلنَاكَ إِ اَّل َرحْ َمةً ِل ْلعَالَ ِمين‬
َ ‫َو َما أ َ ْر‬
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Begitu juga dengan apa yang telah dirumuskan oleh Abu Ishaq Al-Shatibi
mengenai lima tujuan hukum Islam, yakni:
1. Memelihara agama
2. Memelihara jiwa

4
3. Memelihara akal
4. Memelihara keturunan
5. Memelihara harta
Di dalam ilmu kepustakaan, kelima tujuan hukum Islam di atas disebut Al-
Maqasid Al-Khamsah atau Al-Maqasid Al-Shari’ah.
Tujuan hukum Islam tersebut dapat dilihat dari dua segi, yakni pembuat
hukum Islam (Allah dan Rasul-Nya) dan pelaku hukum Islam. Apabila dilihat dari
pembuat hukum Islam tujuan hukum Islam itu adalah sebagai berikut.
1) Untuk memelihara keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder,
dan tersier, yang dimana dalam kepustakaan hukum Islam masing-masing disebut
dengan istilah daruriyyat, hajjiyat dan tahsniyyat. Kebutuhan primer adalah
kebutuhan utama yang harus dilindungi dan dipelihara sebaik-baiknya oleh hukum
Islam agar kemaslahatan hidup manusia benar-benar terwujud. Kebutuhan
sekunder adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai kehidupan primer,
seperti kemerdekaan, persamaan, dan sebagainya, yang bersifat menunjang
eksistensi kebutuhan primer. Kebutuhan tersier adalah kebutuhan hidup manusia
selain yang bersifat primer dan sekunder itu yang perlu diadakan dan dipelihara
untuk kebaikan hidup manusia dalam masyarakat, misalnya sandang, pangan,
perumahan dan lain-lain.
2) Tujuan hukum Islam adalah untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia
dalam kehidupannya sehari-hari.
3) Agar dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar, manusia wajib
meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum Islam dengan
mempelajari Ushul Fiqh yakni dasar pembentukan dan pemahaman hukum Islam
sebagai metodologinya.
Disamping itu dari segi pelaku hukum Islam yakni manusia sendiri, tujuan
hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera.
Caranya adalah, dengan mengambil yang bermanfaat, mencegah atau menolak
yang mudarat bagi kehidupan. Dengan kata lain tujuan hakiki hukum Isalm, jika
dirumuskan secara umum adalah tercapainya keridhoan Allah dalam kehidupan
manusia di bumi ini dan di akhirat kelak.

5
1) Memelihara Agama
Pemeliharan agama merupakan tujuan pertama hukum Islam. Sebabnya
adalah karena agama merupakan pedoman hidup manusia, dan didalam Agama
Islam selain komponen-komponen aqidah yang merupakan sikap hidup seorang
muslim, terdapat juga syariat yang merupakan sikap hidup seorang muslim baik
dalam berhubungan dengan Tuhannya maupun dalam berhubungan dengan
manusia lain dan benda dalam masyarakat. Karena itulah maka hukum Islam
wajib melindungi agama yang dianut oleh seseorang dan menjamin kemerdekaan
setiap orang untuk beribadah menurut keyakinannya.
2) Memelihara Jiwa
Untuk tujuan ini, Islam melarang pembunuhan dan pelaku pembunuhan
diancam dengan hukuman Qisas (pembalasan yang setimbang), sehingga dengan
demikian diharapkan agar orang sebelum melakukan pembunuhan, berpikir
panjang karena apabila orang yang dibunuh itu mati, maka si pembunuh juga akan
mati atau jika orang yang dibunih itu tidak mati tetap hanya cedera, maka si
pelakunya juga akan cedera.
3) Memelihara Akal
Manusia adalah makhluk Allah Swt. Ada dua hal yang membedakan manusia
dengan makhluk lain. Pertama, Allah Swt telah menjadikan manusia dalam bentuk
yang paling baik, di bandingkan dengan bentuk makhluk-makhluk lain dari
berbagai makhluk lain. Akan tetapi bentuk yang indah itu tidak ada gunanya,
kalau tidak ada hal yang kedua, yaitu akal. Jadi, akal paling penting dalam
pandangan Islam. Oleh karena itu Allah Swt selalu memuji orang yang berakal.
4) Memelihara Keturunan
Untuk ini islam mengatur pernikahan dan mengharamkan zina, menetapkan
siapa-siapa yang tidak boleh dikawini, bagaimana cara-cara perkawinan itu
dilakukan dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi, sehingga perkawinan itu
dianggap sah dan pencampuran antara dua manusia yang belainan jenis itu tidak
dianggap sah dan menjadi keturunan sah dari ayahnya. Malahan tidak melarang
itu saja, tetapi juga melarang hal-hal yang dapat membawa kepada zina.

6
5) Memelihara Harta Benda dan Kehormatan
Meskipun pada hakekatnya semua harta benda itu kepunyaan Allah, namun
Islam juga mengakui hak pribadi seseorang. Oleh karena manusia itu manusia
snagt tamak kepada harta benda, sehingga mau mengusahakannya dengan jalan
apapun, maka Islam mengatur supaya jangan sampai terjadi bentrokan antara satu
sama lain. Untuk ini Islam mensyariatkan peraturan-peraturan mengenai
muamalah seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai menggadai, dan sebagainya,
serta melarang penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang yang merusak barang
orang lain untuk membayarnya, harta yang dirusak oleh anak-anak yang dibawah
tanggungannya, bahkan yang dirusak oleh binatang peliharaannya sekalipun
(Hariswandi, 2011).
2.5 SUMBER – SUMBER HUKUM ISLAM
Sumber adalah asal sesuatu. Sumber hukum Islam adalah asal (tempat
pengambilan) hukum Islam. Dalam kepustakaan hukum Islam di Indonesia,
sumber hukum Islam, kadang-kadang disebut dalil hukum Islam atau asas hukum
Islam atau dasar hukum Islam. Allah telah menentukan sendiri sumber hukum
Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim (Ali, 2010). Adapun sumber hukum
Islam adalah sebagai berikut (Djamali, 1997)
1) Al-Quran
Al-Quran adalah kitab suci agama Islam, isinya berupa kumpula wahyu Allah
yang diterima oleh Nabi Muhammad Rasul Allah melalui perantara malaikat
Jibril. Sebagai asas dan sumber hukum Islam yang utama dan pertama Al-Quran
itu diturunkan Allah utuk menjadi petunjuk dan pengajaran bagi seluruh umat
manusia.
2) Sunnah
Sunnah adalah cara-cara hidup Nabi Muhammad sehari-hari. Dan cara-cara
hidup ini menyangkut mengenai perkataan sebagai ucapannya (sunnah al-qaul
disebut juga sunnah al-qauliyah), perbuatannya (sunnah al-fi’il disebut juga
sunnah fi’liyah), dan keadaan diam (sunnah as-sukut disebut juga sunnah
taqririyah) nabi.

7
Sunnah nabi sebagai sumber hukum kedua bagi hukum Islam setelah Al-
Quran yang urutannya itu tidak dibuat oleh manusia tetapi memang dinyatakan
secara tegas di dalam Al-Quran sendiri. Sebagaimana yang ada dalam Al-Quran
Surah Al-Hasyr ayat 7.
‫س ِبي ِل ك َْي‬
‫ين َواب ِْن ال ا‬ َ ‫سو ِل َو ِلذِي ا ْلقُ ْر َب ٰى َوا ْليَتَا َم ٰى َوا ْل َم‬
ِ ‫سا ِك‬ ‫سو ِل ِه ِم ْن أ َ ْه ِل ا ْلقُ َر ٰى فَ ِللا ِه َو ِل ا‬
ُ ‫لر‬ ُ ‫ع َل ٰى َر‬ ‫َما أَفَا َء ا‬
َ ُ‫َّللا‬
‫شدِي ُد‬ ‫ع ْنهُ فَا ْنت َ ُهوا ۚ َواتاقُوا ا‬
‫َّللاَ ۖ إِنا ا‬
َ َ‫َّللا‬ َ ‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما َنهَا ُك ْم‬ ُ ‫الر‬ ‫اء ِم ْن ُك ْم ۚ َو َما آتَا ُك ُم ا‬ ِ َ‫ََّل يَكُونَ دُولَةً بَ ْينَ ْاْلَ ْغنِي‬
ِ ‫ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬
Harta rampasan fa’i yang diberikan Allah kepadda Rasul-Nya (yang berasal)
dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul),
anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan untuk orang-orang yang dalam
perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja
di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepaa Allah.
Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya..
3) Idjma
Idjma adalah kebulatan pendapat para ulama besar pada suatu masa dalam
merumuskan suatu yang baru sebagai hukum Islam. Yang dimana apabila telah
ada idjma maka harus ditaati, karena hukum baru itu merupakan perkembangan
hukum yang sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat. Dan dalam
merumuskan hukum baru tersebut serta kemudian memperoleh konsensus
sebagai:
a. Idjma qauly kalau konsensus seorang ulama besar dilakukan secara aktif
dengan lisan terhadap pendapat seorang ulama tentang perumusan hukum
baru yang telah diketahui oleh umum.
b. Idjma sukuti kalau konsensus terhadap pendapat hukum baru dilakukan secara
diam (tidak memberikan tanggapan).
Sebagaimana yang ada dalam Al-Quran Surah An-Nisa ayat 59.
َ ‫سو َل َوأُو ِلي ْاْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَ ِإ ْن ت َ َن‬
‫از ْعت ُ ْم ِفي ش َْيءٍ فَ ُردُّو ُه ِإ َلى ا‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫الر‬‫َّللاَ َوأَ ِطيعُوا ا‬ ‫َيا أ َ ُّيهَا ا ال ِذينَ آ َمنُوا أ َ ِطيعُوا ا‬
ً ‫سنُ تَأْ ِو‬
‫يل‬ َ ْ‫اَّللِ َوا ْليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر ۚ ٰذَ ِلكَ َخي ٌْر َوأَح‬
‫سو ِل إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ت ُؤْ ِمنُونَ ِب ا‬
ُ ‫الر‬
‫َو ا‬
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan Rasul (Muhammad), dan
ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda

8
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
4) Qiyas
Pengertian Qiyas dapat dilihat dari 2 egi, yakni:
a. Menurut logika, qiyas artinya mengambil suatu kesimpulan khusus dari dua
kesimpulan umum sebelumnya .
b. Menurut hukum Islam, qiyas artinya menetapkan suatu hukum dari masalah
baru yang belum pernah disebutkan hukumnya dengan memperhatikan
masalah lama yang sudah ada hukumnya yang mempunyai kesamaan pada
segi alasan dari masalah baru itu.
Sebagaimana yang ada dalam Al-Quran Surah Al-Hasyr ayat 2.
‫ب ِم ْن ِديَ ِار ِه ْم ِْل َ او ِل ا ْل َحش ِْر ۚ َما َظنَ ْنت ُ ْم أَ ْن يَ ْخ ُر ُجوا ۖ َو َظ ُّنوا أ َنا ُه ْم‬ِ ‫ه َُو الاذِي أ َ ْخ َر َج الا ِذينَ َكفَ ُروا ِم ْن أ َ ْه ِل ا ْل ِكتَا‬
‫ب ۚ يُ ْخ ِربُونَ بُيُوتَ ُه ْم‬ ُّ ‫ف فِي قُلُوبِ ِه ُم‬
َ ‫الر ْع‬ َ َ‫سبُوا ۖ َوقَذ‬ ِ َ ‫ْث لَ ْم يَحْ ت‬
ُ ‫َّللاُ ِم ْن َحي‬‫َّللاِ فَأَتَا ُه ُم ا‬
‫صونُ ُه ْم ِمنَ ا‬ ُ ‫َمانِعَت ُ ُه ْم ُح‬
ِ‫ِيه ْم َوأ َ ْيدِي ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ َفا ْعتَبِ ُروا يَا أُو ِلي ْاْلَ ْبصَار‬
ِ ‫بِأ َ ْيد‬
Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-
kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka,
bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka
dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; maka Allah mendatangkan
kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan
Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-
rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin.
Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang
mempunyai wawasan.
2.6 ASAS HUKUM ISLAM
Asas adalah kebenaran yang tumpuan berpikir atau berpedapat. Selain itu,
juga dapat diartikan sebagai alas atau landasan. Oleh karena itu, bila kata asas
dihubungkan dengan kata hukum sehingga menjadi asas hukum berarti kebenaran
yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan dalam mengemukakan
suatu argumentasi, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Adapun
beberapa asas hukum Islam adalah sebagai berikut (Ali, 2010)

9
1) Asas Umum
Asas umum hukum islam adalah asas hukum yang meliputi semua bidang dan
lapangan hukum islam, yakni sebagai berikut:
a. Asas Keadilan
Asas keadilan adalah asas yang penting dan mencakup semua asas dalam
bidang hukum Islam. Akibat dari pentingnya asas dimaksud, sehingga Allah SWT
mengungkapkan di dalam Al-Quran lebih dari 1000 kali, terbanyak disebut setelah
kata Allah dan ilmu pengetahuan. Dalam Al-Quran Surah Shad ayat 26, Allah
memerintahkan penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di bumi untuk
menyelenggarakan hukum sebaik-baiknya, berlaku adil terhadap semua manusia,
tanpa memandang kedudukan, asal usul, keyakinan yang dianut oleh pencari
keadilan. Berdasarkan ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keadilan adalah
asas, yang mendasari proses dan sasaran hukum Islam.
2) Asas Hukum Pidana
Asas hukum Islam pidana adalah asas-asas hukum yang mendasari
pelaksanaan hukum pidana Islam, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Asas Legalitas
Asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran dan
tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang mengaturnya. Asas legalitas
ini telah ada dalam hukum Islam sejak Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW.
b. Asas Larangan Memindahkan Kesalahan kepada Orang Lain
Asas ini adalah asas yang menyatakan bahwa setiap perbuatan manusia, baik
perbuatan yang baik maupun perbuatan yang jahat akan mendapatkan imbalan
yang setimpal.
c. Asas Praduga Tak Bersalah
sAsas praduga tak bersalah adalah asas yang mendasari bahwa seseorang
yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum
hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan dengan tegas
kesalahannya.
s

10
3) Asas Hukum Perdata
Asas hukum perdata Islam adalah asas-asas hukum yang mendasari
pelaksanaan hukum perdata Islam, diantaranya:
a. Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan adalah asas hubungan perdata yang disandarkan pada
hormat-menghormati, kasih-mengasih, sserta tolong-menolong dalam mencapai
kebaikan.
b. Asas Kebolehan atau Mubah
Asas kebolehan atau mubah adalah asas yang membolehkan melakuka semua
kegiatan hubungan perdata sepanjang tidak ada larangan, baik di dalam Al-Quran
maupun di dalam Al-Hadits Nabi Muhammad SAW.
c. Asas Kebajikan
Asas kebajikan adalah asas yang mengandung pengertian bahwa setiap
hubungan keperdataan mendatangkan kebajikan kepada kedua belah pihak dan
pihak lainnya dalam masyarakat.
d. Asas Kemaslahatan Hidup
Asas kemaslahatan hidup adalah asas yang mendasari segala sesuatu
pekerjaan yang mendatangkan kebaikan, berguna, bermanfaat kepada kehidupan
pribadi manusia dan kehidupan sosial kemasyarakatan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum Islam adalah keseluruhan ketentuan perintah Allah yang wajib ditaati
oleh seorang muslim dengan mengikuti ketetapan- Nya dalam Al-Qur’an dan
sunnah Nabi Muhammad, sehingga kita mendapat ridho dan surga- Nya, juga agar
dijauhkan dari kemurkaan Allah. Hukum Islam mempunyai peranan dan fungsi
untuk mengatur dan menata kehidupan manusia, mengarahkan kepada jalan
kebenaran yang diridhai oleh Allah swt. Tujuan hukumIslam adalah mengatur dan
menata kehidupan untuk kebahagian dan untuk kemaslahatan manusia seluruhnya,
baik kemaslahatan di dunia, maupun kemaslahatan di hari yang baqa (kekal) nanti.
Dimana hukum Islam itu sendiri harus dijalankan sebagai suatu pedoman hidup
yang hakiki dan sebagai aturan perundang-undangan yang maha lengkap,
mengantar manusia ke pintu kebajikan dan menutup pintu kesesatan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. (2010). Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Jakarta:
Siar Grafika.
Djamali, R. A. (1997). Hukum Islam. Bandung: Mandar Maju.
Hariswandi. (2011, Oktober 19). Tujuan Hukum Islam. Retrieved Desember 6,
2019, from Hariswandi: https://hariswandi.wordpress.com/2011/10/19/tujuan-
hukum-islam/
Rachmawati, K. D. (2016, November 16). Makalah Pendidikan Agama Islam -
Syariat Islam. Retrieved September 7, 2019, from Slide Share:
https://www.slideshare.net/kartikadwirachmawati/makalah-pendidikan-
agama-islam-syariat-islam

13

Anda mungkin juga menyukai