Anda di halaman 1dari 5

Nama: Brenatha Aksa Reski

Nim: EAA 116 189

A. Ciri-Ciri Hukum Islam

1. Merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam


2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari
iman/akidah dan kesusilaan/akhlak Islam;
3. Mempunyai dua istilah kunci, yakni: (a) Syariat, terdiri dari wahyu Allah
dan Sunnah Nabi Muhammad, dan (b) Fiqih, yaitu pemahaman dan hasil
pemahaman manusia tentang syariah
4. Terdiri dari dua bidang utama, yakni: (a) Ibadah, dan (b) Muamalah dalam
arti yang luas;
5. Strukturnya berlapis, terdiri dari: (a) Nas atau teks Alquran, (b) Sunnah
Nabi Muhammad; (c) hasil ijtihad manusia yang memenuhi syarat tentang
wahyu dan sunnah, (d) Pelaksanaannya dalam praktik berupa keputusan
hakim dan amalan-amalan umat islam dalam masyarakat (untuk fiqih)
6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala;
7. Dapat dibagi menjadi: (a) hukum taklifi yakni al ahkam al khamsah, (b)
hukum wadh’i yang mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau
terwujudnya hubungan hukum
8. Hukum Islam berwatak universal, berlaku abadi untuk umat Islam di mana
pun mereka berada, tidak terbatas pada umat Islam di suatu tempat,
negara, atau suatu masa saja;
9. Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, jasmani
dan rohani, serta memelihara kemulian manusia dan kemanusiaan secara
keseluruhan;
10. Pelaksanaannya dalam praktik digerakan oleh iman (akidah) dan akhlak
umat Islam
CIRI KHUSUS HUKUM ISLAM

Fiqih Islam memiliki ciri-ciri khas yang menyebabkan hukum Islam


berbada dengan hukum positif (hukum yang tidak bersumber pada agama)
diantara ciri-ciri khas tersebut adalah :
1. Kewahyuan dasar-dasarnya yang umum
2. Pendasaran ketentuan dalam hukum Islam dengan akhlaq dan agama
3. Rangkapnya balasan
4. Sifat Collectivisme hukum Islam
Ciri-ciri hukum islam yang relevan disini adalah hukum islam itu sendiri.

B. Tujuan Hukum Islam

Secara umum yaitu kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat
kelak, dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah/menolak
yang mudarat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.

Seorang tokoh Islam yang bernama Abu Ishaq al Shatibi telah merumuskan lima
tujuan hukum islam yaitu :

1. Agama, yang merupakan tujuan hukum Islam yang pertama, karena agama
merupakan pedoman hidup manusia.
2. Jiwa, merupakan tujuan hukum islam yang kedua, karena hukum Islam wajib
memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.
3. Akal, merupakan hal yang sangat penting dalam hukum islam, karena dengan
mempergunakan akal, manusia akan dapat berfikir tentang Allah, alam
semesta, dan dirinya sendiri.
4. Keturunan, yaitu bertujuan agar kemurnian darah dapat dijaga dan
kelanjutan umat manusia dapat diteruskan.
5. Harta, merupakan tujuan hukum Islam yang terakhir yang merupakan
pemberian Tuhan kepada manusia, agar manusia dapat mempertahankan
hidup dan melangsungkan kehidupannya
Tujuan hukum Islam dapat dilihat dari dua segi, yaitu:

1) Segi pembuat hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya.

Kalau dilihat dari pembuat hukum Islam, tujuan hukum Islam adalah:

 Untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer


(daruriyyat), sekunder (hajjiyat), dan tersier (tahsiniyyat);
 Untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-
hari;
 Supaya dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar, manusia
wajib meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum Islam
dengan mempelajari usulul fiqih yakni dasar pembentukan dan
pemahaman hukum Islam sebagai metodologinya.

2) Segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam itu

Kalau dilihat dari segi pelaku hukum Islam, yakni manusia sendiri, tujuan hukum
Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera.

Jika diteliti semua fan dari penjelasan-penjelasan Ushul Figh yang merupakan
asas 11 ukumnya, semua ajaran hukumnya mengarah pada tiga aspek dasar, yaitu
Pertama mendidik perorangan dan pribadi supaya menjadi sumber kebaikan buat
masyarakat dan jama'ah, dan jnganlah pribadi (perorangan) Itu menjadi sumber
malapetaka buat masyarakat.3 Hal ini dapat dilihat pada ajaran-ajaran akhlak dan
ibadat, terutama ibadat yang empat. Shalat dengan selurh haiah, kaifiyat dan cara-
caranya serta berkumpul manusia untuk mclaksanakannya adalah merupakan
pusat pendidikan pribadi dan jama demikian halnya puasa dan haji dimana dalam
jiwa ibadat ini mengandung unsur-unsur ikatan Kemasyarakatan atas dasar tali
kasih yang lebih jelas. Lebih Lebih lagi zakat terdapat di dalamnya unsureunsur
ikatan masyarakat yang lebih dalam lagi. Kedua: Syariat ini bertujuan untuk
menegakkan keadilan, baik keadilan dalam jama'ah Islamiyah alas dasar jalinan
aqidah dan sosial maupun kcadilan dengan non muslim atas dasar hubungan
sosial.4 Sebagaimana tercantum dalam finnan Allah SWT. Q.S. Al-Maidah (5): 8
sebagai berikut: "...Dan jangwilah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa...5 Kemudian dalam syari'at Islam adalah sasaran utama
dalam setiap segi dan aspek ajaran syariatnya baik yang berhubungan dengan
hukum-hukum mu'amalat qadla' dan scbagainya. Dan arah utama dari keadilan Ini
adalah dengan menempatkan semua manusia sama dihadapkan hukum dengm
tidak membedakan kaya dan miskin, lemah dan kuat serta tingkatan-tingkatan
yang dicenninkan manusia satu sama lainnya.

Tujuan hukum Islam, seperti diuraikan di atas, sangat jelas, yaitu


memperhatikan maslahat daruriyat atau kebutuhan bakiki manusia, dan tujuan
menetapkan hokum Islam adalah untuk menjamin maslahat daruriyat dengan
mewujudkan dan memeliharanya. Pemeliharaan maslahat daruriyat, menurut
Abdul Wahhab Khalaf, dijamin dengan dibolehkannya melakukan perbuatan-
perbuatan yang terlarang, karena adanya faktor keterpaksaan atau dasar
pertimbangan akibat yang ditimbulkan oleh sikap dan tindakan (Khalaf, tt, h.20l).
Tujuan hukum Islam,selain untuk memelihara lima hal yang hakiki (dharuriyat),
juga dimaksudkan untuk menghilangkan kesukaran dan kesulitan dalam rangka
mencapai tujuan yang dibutuhkan oleh manusia, dan tidak menimbulkan dampak
yang membahayakan atau merusakkan kehidupannya (Abdul Wahhab Khalaf, tt,
h.200). Tujuan jenis ini, menumt ulama Ushul Fiqih, termasuk dalam kategori
"maslahat haijiyat" (sekunder). Penetapan hokum untuk merealisasi maslahat ini
adalah berdasarkan pertimbangan pengutamaan kemudahan dan kelapangan
tercapainya maslahat dhamriyat. Misalnya, kebebasan memeluk agama,
kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan bertempat tinggal, kebebasan
memiliki harta. Islam mengakui eksistensi manusia sebagai makhluk yang bebas
dan bertanggungjawab. Adanya tanggung jawab menuntut adanya kebebasan,
sebab tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan. Sebaliknya,
kebebasan tanpa tanggung jawab berarti tidak manusiawi atau tidak bermorat
Oleh karena ito kebebasan dalam hal beragama adalah kebebasan yang
bertanggung jawab kepada Tuhan. Secara eksternal hokum Islam memberi
kebebasan kepada umat manusia untuk memilih agama yang diyakininya. Secara
internal hukum Islam memberi kebebasan kepada setiap muslim untuk
melaksanakan kewajibankewajiban keagamaan selama tidak sampai
menghilangkan .maslahat dharuriyat, dan pelaksanaan kebebasan ini tidak sampai
mengganggu kebebasan orang lain. Hukum Islam yang dibangun di ·atas landasan
nilainilai moral, yaitu nilai moral ketuhanan dan nilai moral kemanusiaan seperti
ini tidak akan . mempersulit dan mempersempit kehidupan manusia, bahkan akan
mengantarkan kehidupan manusia yang bahagia di dunia dan di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai