Anda di halaman 1dari 5

HUKUM ISLAM

 Pengertian Hukum Islam

Hukum islam adalah hukum yang berdasarkan pada ajaran agama islam, atau sering disebut
sebagai syariat islam. Syariat Islam menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan
Allah SWT untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan
kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan amaliyah.Syariat Islam menurut
bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk menuju kepada Allah Ta’ala.

 Sumber Hukum-Hukum Islam

Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan untuk
diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan-
permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali membuat pemikiran umat
Muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah diperlukan sumber hukum Islam
sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:

1.Al-Quran

Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran, sebuah kitab suci umat Muslim yang
diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Quran
memuat kandungan-kandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan,
hikmah dan sebagainya. Al-Quran menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia
menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang ber akhlak mulia. Maka dari itulah,
ayat-ayat Al-Quran menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu syariat.

2.Al-Hadist

Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala sesuatu yang berlandaskan
pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist
terkandung aturan-aturan yang merinci segala aturan yang masih global dalam Al-quran. Kata
hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka dapat
berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Rasulullah
SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum Islam.

3.Ijma’

Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah atas sebuah
perkara dalam agama.” Dan ijma’ yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di
zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin). Karena setelah
zaman mereka para ulama telah berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin
banyak,sehingga tak dapat dipastikan bahwa semua ulama telah bersepakat.

4.Qiyas

Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Quran, Al-Hadits dan Ijma’ adalah Qiyas. Qiyas
berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya dalam Al quran ataupun hadis dengan
cara membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak diketahui hukumnya
tersebut.Artinya jika suatu nash telah menunjukkan hukum mengenai suatu kasus dalam agama
Islam dan telah diketahui melalui salah satu metode untuk mengetahui permasalahan hukum
tersebut, kemudian ada kasus lainnya yang sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam
suatu hal itu juga, maka hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang ada
nashnya.

 Ruang Lingkup Hukum Islam

Ruang Lingkup Hukum Islam adalah objek kajian hukum Islam atau bidang-bidang hukum yang
menjadi bagian dari hukum Islam. Ruang lingkup hukum Islam diklasifikasi ke dalam dua
kelompok besar, yaitu:1) hukum yang berkaitan dengan persoalan ibadah, dan 2) hukum yang
berkaitan dengan persoalan kemasyarakatan. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut.

1) Hukum ibadah adalah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu
iman, shalat, zakat, puasa, dan haji.

2) Hukum kemasyarakatan, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya
yang memuat: muamalah, munakahat, dan ukubat.

a. Muamalah mengatur tentang harta benda (hak, obligasi, kontrak, seperti jual beli, sewa
menyewa, pembelian, pinjaman, titipan, pengalihan utang, syarikat dagang, dan lain-lain).

b. Munakahat, yaitu hukum yang mengatur tentang perkawinan dan perceraian serta akibatnya
seperti iddah, nasab, nafkah, hak curatele, waris, dan lain-lain. Hukum dimaksud biasa disebut
hukum keluarga dalam bahasa Arab disebut Al-Ahwal Al-Syakhsiyah. Cakupan hukum dimaksud
biasa disebut hukum perdata.

c. Ukubat atau Jinayat, yaitu hukum yang mengatur tentang pidana seperti mencuri, berzina,
mabuk, menuduh berzina, pembunuhan serta akibat-akibatnya. Selain bagian-bagian tersebut,
ada bagian lain yaitu (a) mukhasamat, (b) siyar, (c) ahkam as-sulthaniyah. Hal ini akan dijelaskan
sebagai berikut:
- Mukhasamat, yaiu hukum yang mengatur tentang peradilan: pengaduan dan pembuktian,
yaitu hal-hal yang berkaitan dengan hukum acara perdata dan hukum acara pidana

- Siyar, yaitu hukum yang mengatur mengenai urusan jihad dan/atau perang, harta rampasan
perang, perdamaian, perhubungan dengan Agama lain, dan negara lain.

- Ahkam As-Sulthaniyah, yaitu hukum yang membicarakan persoalan hubungan dengan kepala
negara, kementerian, gubernur, tentara, dan pajak.

 Fungsi hukum islam

 Fungsi Ibadah

Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam adalah
ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah yang
sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.

 Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan kehidupan umat
manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Sebagai contoh,
proses pengharaman riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan penetapan
hukum (Allah) dengan subyek dan obyek hukum (perbuatan mukallaf). Penetap hukum tidak
pernah mengubah atau memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya. Riba atau
khamar tidak diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap. Ketika suatu hukum lahir, yang
terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan
kesadaran penuh. Penetap hukum sangat mengetahui bahwa cukup riskan kalau riba dan
khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat pecandu riba dan khamar. Secara langsung,
akibat buruk riba dan khamar memang hanya menimpa pelakunya. Namun secara tidak
langsung, lingkungannya ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena itu, kita dapat
memahami, fungsi kontrol yang dilakukan lewat tahapan pengharaman riba dan khamar. Fungsi
ini dapat disebut amar ma’ruf nahi munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum Islam,
yakni mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, baik di dunia maupun
di akhirat kelak.

 Fungsi Zawajir

Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai dengan ancaman
hukum atau sanksi hukum. Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana terhadap jiwa/
badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian , perzinaan, qadhaf, hirabah, dan
riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana tersebut. Adanya
sanksi hukum mencerminkan fungsi hokum Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi
warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang membahayakan. Fungsi
hukum Islam ini dapat dinamakan dengan Zawajir.

 Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah

Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan
memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman,
dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan yang cukup rinci dan
mendetail sebagaimana terlihat dalam hukum yang berkenaan dengan masalah yang lain, yakni
masalah muamalah, yang pada umumnya hukum Islam dalam masalah ini hanya menetapkan
aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya. Perinciannya diserahkan kepada para ahli dan pihak-
pihak yang berkompeten pada bidang masing-masing, dengan tetap memperhatikan dan
berpegang teguh pada aturan pokok dan nilai dasar tersebut. Fungsi ini disebut dengan
Tandhim wa ishlah al-ummah.

 AKTUALISASI HUKUM ISLAM DI INDONESIA (Idealitas dan Realitas Hukum Pidana Islam)

A. Idealitas terhadap Legislasi Hukum Islam di Indonesia


Pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam di Indonesia menyebabkan hukum Islam
berpeluang untuk eksis dan diterapkan dalam sistem hukum nasional Indonesia melalui proses
legislasi.Peluang legislasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;
a.Faktor Sejarah
b. Faktor Penduduk
c. Faktor Yuridis
d. Faktor Konstitusional
e. Faktor Politik
f. Faktor Ilmiah

B. Realitas Legislasi/ Formalisasi Hukum Islam di Indonesia


Sebagai salah satu sumber hukum yang berlaku dalam sistem hukum nasional Indonesia, maka
kedudukan hukum Islam sebagai salah satu sumber hukum menghadapi tantangan dalam upaya
legislasi hukum Islam di Indonesia. Tantangan itu tidak hanya dari internal masyarakat Islam
sendiri tetapi juga datang dari eksternal
hukum Islam. Untuk lebih jelasnya, tantangan aktualisasi hukum Islam di Indoensia dapat
ditemukan dari beberapa realitas antara lain;
a. Tantangan Struktural
b. Tantangan Substansial
c. Tantangan Kultural

C. Formalisasi Hukum Islam di Indonesia


1. Realisasi Materi Hukum Islam
Materi hukum Islam yang telah berhasil diberlakukan secara formal melalaui proses legislasi
dalam bentuk UndangUndang, Peraturan Pemerintah, dan Instruksi Presiden. Undang-undang
tersebut adalah:
a) Undang-Undang Perkawinan
b) Undang-Undang Peradilan Agama
c) Kompilasi Hukum Islam (KHI)
d) Rumusan Undang-Undang Peradilan Anak
e) Undang-Undang Penyelenggaraan Ibadah Haji
f) Undang-Undang Pengelolaan Zakat
g) RUU Nanggroe Aceh,

 Konsep Hak Asasi Manusia Menurut Islam

Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal.
Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh
diabaikan. Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan
mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.

 Rumusan Hak Asasi Manusia dalam Islam

1. Hak-hak Alamiah

a. Hak Hidup

b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi

c. Hak Bekerja

2. Hak Hidup

a. Hak Pemilikan

b. Hak Berkeluarga

c. Hak Keamanan

d. Hak Keadilan

e. Hak Saling Membela dan Mendukung

f. Hak Keadilan dan Persamaan

Anda mungkin juga menyukai