Anda di halaman 1dari 31

Makalah Hukum HAM dan Demokrasi Menurut Islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal.
Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh
diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan
kehormatanmu haram atas kamu." .[2] Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh
hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu
tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak
hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi
melindungi hak-hak ini.
Umat Islam seringkali kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang sama,
demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum diterima secara bulat.
Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa reserve, sementara yang lain, justeru bersikap
ekstrem. Menolak bahkan mengharamkannya sama sekali. Tak sedikit sebenarnya yang tidak
bersikap sebagaimana keduanya. Artinya, banyak yang tidak mau bersikap apapun.Kondisi ini
dipicu dengan banyak dari kalangan umat Islam sendiri yang kurang memahami bagaimana
Islam memandang demokrasi. Di bawah ini, ada tulisan menarik tentang demokrasi dalam
perspektif Islam.
Untuk itu, kami akan membahas mengenai bagaimana sebenarnya HAM dan Demokrasi
menurut ajaran islam.

1.2 Rumusan Masalah

Masih banyak masyarakat islam yang belum mengerti bagaimana sebenarnya hak asasi
dan demokrasi yang diajarkan islam.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah kami yaitu:
-

Agar masyarakat islam mengetahui bagaimana sebenarnya hak asasi menurut ajaran agama
islam.

agar masyarakat islam mengetahui bagaimana hokum demokrasi menurut islam.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam


Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku
manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh
penguasa. Bentuknya bisa berupa hukum yang tidak tertulis, seperti hukum adat, bisa juga
berupa hukum tertulis dalam peraturan perundangan-undangan. Hukum sengaja dibuat oleh
manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda.
Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama
Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum
tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam masyarakat,
tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya
sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia
dengan benda alam sekitarnya.
2.2 Ruang Lingkup Hukum Islam

Hukum islam baik dalam pengertian syaariatr maupun fikih di bagi menjadi dua baagian
besar, yaitu: Ibadah (mahdhah) dan muamalah (ghairu mahdhah).
1) Ibadah (mahdhah) adalah tata cara dan upacara yang wajib dilakukan oleh seoraang muslim dalam
menjalankan hubingan kepada Allah, seperti shalat, membayar zakat, menjalankan ibadah haji.
Tata caara dan upacara ini tetap, tidak ditambah-tambah maupun dikurangi. Ketentuannya telah
di atur dengan pasti oleh Allah dan dijelaskan oleh RasulNya. Dengan demikian tidak mungkin
ada proses yang membawa perubahan dan perombakan secaara asasi mengenai hukum, susunan,
cara dan tata cara beribadat. Yang mungkin berubah hanyalah penggunaan aalat-alat modern
dalam pelaksanaannya.
2)

Muamalah (ghairu mahdhah) dal.a pengertian yang luas adalah ketetapan Allah yang
berhubungan dengan kehidupan sosial manusia walaupun ketetapan tersebut terbatas pada
pokok-pokok saja. Karena itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtihad manusia yang
memenuhi syarat melakukan usaha itu.
Bagian- bagian hukum islam adalah:

a)

Munakahat (hukum yang mengatur sesuatau yang berhubunngan dengan perkawinan, perceraian
dan akibat-akibatnya.)
Wirasah (hukum yang mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris,

b)

harta warisan daan cara pembagian waarisan)


c) Muamalat (hukum yang mengatur masalah kebendaan daan hak-hak atas benda, tata hubungan
manusia dalam persoalan jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan lain-lain)
d) Jinayat (hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman
baik dalam jarimah hudud atau tindak pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumnya
dalam al quran daan sunah nabi maupun dalam jarimah tazir atau perbuatan yang bentuk dan
batas hukumnya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bbagi pelakunya)
e) Al-ahkam as-sulthaniyah (hukum yang mengatur soal-soal yang berhubungan dengan kepala
f)

negara, pemerintahan pusat maupun daerah, tentara, pajak daan sebagainya)


Siyar (hukum yang mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama

dan negara lain)


g) Mukhassamat (hukumyang mengatur tentang peradilan, kehakiman, dan hukum acara)
Sistematika hukum islam daapat dikemukakan sebagai berikut:
Al-ahkam asy-syakhsiyah (hukum peronrangan
Al-ahkam al-maadaniyah (hukum kebendaan)
Al-ahkam al-murafaat (hukum acara perdata, pidana, dan peradilan tata usaha)

Al ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara)


Al-ahkam ad-dauliyah (hukum internasional)
Al-ahkam al-iqtishadiyah wa-almaliyah (hukum ekonomi dan keuangan)
2.3 Sumber Hukum Islam
Di dalam hukum islam rujukan-rujukan dan dalil telah ditentukan sedemikian rupa oleh
syariat, mulai dari sumber yang pokok maupun yang bersifaat alternatif. Sumber tertib hukum
Islaam ini secara umumnya dapat dipahami dalam firaaman Allah dalam QS. An-nisa: 59,
wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilalh RasulNyadaan ulil amri di
antara kamu. Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia pada Allah
(al quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benar-benar bberiman kapada Allah dan hari akhir.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik (akibatnya).
Dari ayat tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa umat islam dalam menjalankan
hokum agamanya harus didasarkan urutan:
1) Selalu menataati Allah dan mengindahkan seluruh ketentuan yang berlaku dalam alquran.
2) Menaati Rasulullah dengan memahami seluruh sunnah-sunnahnya
3) Menaati ulil amri (lembaga yang menguasai urusan umat islam.
4) Mengenbalikan kepada alquran dan sunah jika terjadi perbedaan dalam menetapkan hukum
Secara lebih teknis umat islam dalam berhukum harus memperhatikan sumber tertib
hukum:
1) Al Quran
2) Sunah atau hadits Rasul
3)

Keputusan penguasa; khalifah (ekseklutif), ahlul hallli wal aqdi (legislatif), amupun qadli
(yudikatif) baik secara individu maupun masing- masing konsensus kolektif (ijma)

4)

Mencari ketentuan ataupun sinyalemen yang ada dalam al quran kemmbali jika terjadi
kontroversi dalam memahami ketentuan hukum.
Dengan komposisi itu pula hukum islam dapat diklasifikaasikan menjadi dua jenis:

1) Dalil Naqli yaitu Al Quran dan as sunah


2) Dalil Aqli yaitu pemikiran akal manusia.
2.4 Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakkan Hukum Islam

Hukum islam ada dua sifat, yaitu:

Al- tsabat (stabil), hukumislam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah sepanjang masa
At-tathawwur (berkembang),hukum islam tidak kaku dalam berbagai konddisi dan situasi sosial.
Dilihat dari sketsa historis, hukum islam masuk ke indonesia bersama masuknya islam ke
Indonesia pada abad ke 1 hijriyah atau 7/8 masehi. Sedangkan hukum barat bary diperkenalkan
VOC awal abad 17 masehi. Sebalum islam masuk indonesia, rakyat indonesia menganut hukum
adat yang bermacam-macam sistemnya dan sangat majemuk sifatnya. Namun setelah islam
datang dan menjadi agama resmi di berbagai kerajaan nusantara, maka hukum islam pun munjadi
hukum resmi kerajaan-kerajaan tersebut dan tersebar manjadi hukum yang berlaku dalam
masyarakat.
Secara yuridis formal, keberadaan negara kesatuan indonesia adalah diawali pada saat
proklamasi 17 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945 kemudian diakui berlakunya
Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat itulah keinginan para pemimpin islam untuk kembali
menjalankan hukum islam baggi umat islam berkobar, setelah seacra tidak langsung hukum
islam dikebiri melalui teori receptie.
Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadarn berhukum islam untuk pertama
kali pada zaman kemeerdekaan adalah di dalam Piagam Jakarta 22 juni 1945 , yang di dalam
dasar ketuhanan diikuti dengan pernyataan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya. Tetapi dengan pertimbangan untuk persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia akhirnya mengalami perubahan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang rumusan sila
pertamanya menjadi ketuhanan yang maha esa.
Meskipun demikian, dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan, hukumislam
telah benar-benar memperoleh tempat yang wajar secara kontitusional yuridik.
Dengan demikian kontribusi umat islam dalam petrumusan dan penegakan hukum sangat
besar. Ada pun upaya yang harus dilakukan untuk penegakan hukum dalam praktek
bermasyarakat dan bernegara yaitu melalui proses kultural dan dakwah. Apabila islam telah
menjadikan

suatu

keebijakan

sebagai

kultur

dalam

masyarakat,

maka

sebagai

konsekuensinyahukum harus ditegakkan. Bila perlu law inforcement dalam penegakkan


hukum islam dengan hukum positif yaitu melalui perjuangan legislasi. Sehingga dalam
perjaalananya suatu ketentuan yang wajib menurut islam menjadi waajib pula menurut
perundangan.

2.5 Fungsi Kubuh Islam Dalam Kehidupan Masyarakat dan HAM Menurut Islam
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia membutuhkan
pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam memperoleh kemajuan dan
dinamika kehidupannya. Setiapa individu dan kelompok sosial memiliki kjepentingan. Namun
demikan kepentingan itu tidak selalu sama satu saama lain, bahkan mungkin bertentangan. Hal
itu mengandung poteensi terjanya benturaan daan konflik. Maka hal itu membutuhkan aturan
main. Agar kepentingan individu dapaat dicapai secara adil, maka dibutuhjkan penegakkan
aturan main tersebut. Aturan main itulah yang kemudian disebutdenngan hukum islam yang dan
menjadi pedomaan setiap pemeeluknya.
Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:
a.
b.
c.

Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber kebaikan,


Menegakkan keadilan (iqamat al-adl),
Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah).
Oreintasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka pendek dalam
kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di akherat yang kekal
abadi, baik yang berupa hukum- hukum untuk menggapai kebaikan dan kesempurnaan hidup
(jalbu al manafi), maupun pencegahan kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (daru almafasid). Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara Allah dengan
makhluknya. Maupun kepentingan orientasi hukum itu sendiri.
Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu:

1)

Fungsi ibaadah. Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: Dan tidak aku ciptakan jin dan
manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu. Maka dengan daalil ini fungsi ibadah tampak

2)

palilng menonjol dibandingkan dengan fungsi lainnya.


Fungsi amr makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan kemungkaran). Maka
setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi membentuk mannusia yang yang

3)

dapat menjadi teladan kebaikan dan pencegah kemungkaran.


Fungsi zawajir (penjeraan). Aadanya sanksi dalam hukum islam yang bukan hanya sanksi
hukuman dunia, tetapi juga dengan aancaman siksa akhirat dimaksudkaan agar manusia dapat

jera dan takut melakukan kejahatan.


4) Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat). Ketentuan hukum
sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan untuk menakut-nakuti masyarakat saja,
akan tetapi juga untuk rehaabilitasi dan pengorganisasian umat mrnjadi leboh baik. Dalam
literatur ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi enginering social.

Keempat fungsi hukumtersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hukum
tertentu tetapi saatu deengan yang lain juga saling terkait.
Adapun HAM menurut Islam yaitu :
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal.
Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh
diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan
kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja menahan
diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan
menjamin hak-hak ini.
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu
tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak
hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi
melindungi hak-hak ini. Dari sinilah kaum muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orangorang yang tidak mau membayar zakat.
Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran terhadap hak-hak ini dari pihak individu.
Sebab pemerintah mempunyai tuga sosial yang apabila tidak dilaksanakan berarti tidak berhak
untuk tetap memerintah. Allah berfirman:
"Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya di muka bumi, niscaya mereka
menegakkan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat maruf dan mencegah perbuatan
munkar. Dan kepada Allah-lah kembali semua urusan."
(QS. 22: 4)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut kami dapat menarik kesimpulan :

Kontribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum sangat besar. Ada pun upaya
yang harus dilakukan untuk penegakan hukum dalam praktek bermasyarakat dan bernegara yaitu
melalui proses kultural dan dakwah. Apabila islam telah menjadikan suatu keebijakan sebagai
kultur dalam masyarakat, maka sebagai konsekuensinyahukum harus ditegakkan. Bila perlu law
inforcement dalam penegakkan hukum islam dengan hukum positif yaitu melalui perjuangan
legislasi. Sehingga dalam perjaalananya suatu ketentuan yang wajib menurut islam menjadi

waajib pula menurut perundangan.


Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab
seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan.
Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram
atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh

hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
Demokrasi menurut islam yaitu meminta pendapat dan mencari kebenaran.

3.2 Saran
Adapun saran kami sebagai penyusun, yaitu untuk semua masyarakat islam agar selalu
berpegang teguh terhadap syariat islam dan al-quran. Karena dengan kita selalu berpegang
teguh terhadap syariat islam dan al-quran, insyaallah jalan hidup kita bisa jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/7/cn/19725
http://anismart.blogspot.com/2009/05/hukum-ham-dan-demokrasi-dalam-islam.htm
http://harwanmakalah.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html

Mata kuliah Hukum dan HAM


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum, HAM, dan Demokrasi Dalam islam berisi tentang penjelasan
konsep-konsep hukum islam, HAM menurut islam dan demokrasi dalam Islam
meliputi

prinsip

bermusyawarah

dan

prinsip

dalam

ijma.

HAM

dan

Demokrasi

merupakan

konsepsi

kemanusiaan

dan relasi

sosial

yang

dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. HAM


dan demokrasi juga dapat dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia untuk
mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya, sebab hingga saat
ini hanya konsepsi HAM dan demokrasilah yang terbukti paling mengakui
dan menjamin harkat kemanusiaan.Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa dengan seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai
manusia. Hak-hak inilah yang kemudian disebut dengan hak asasi manusia,
yaitu hak yang diperoleh sejak kelahirannya sebagai manusia yang
merupakan karunia Sang Pencipta.
Karena setiap manusia diciptakan kedudukannya sederajat dengan
hak-hak yang sama, maka prinsip persamaan dan kesederajatan merupakan
hal utama dalam interaksi sosial. Namun kenyataan menunjukan bahwa
manusia selalu hidup dalam komunitas sosial untuk dapat menjaga derajat
kemanusiaan dan mencapai tujuannya. Hal ini tidak mungkin dapat
dilakukan secara individual. Akibatnya, muncul struktur sosial. Dibutuhkan
kekuasaan untuk menjalankan organisasi sosial tersebut.
B.
1.
2.
3.
4.
5.

RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian Hukum dalam islam ?
Berapakah sumber hukum islam?
Apakah tujuan hukum islam?
Apa pengertian Hak Asazi Manusia ?
Apa perbedaan HAM dalam pandangan Islam dan Barat?
PEMBAHASAN

A. Pengertiam Hukum Dalam Islam


Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyuNya yang kini terdapat dalam Al Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad
sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik
dalam kitab-kitab hadits. Terdapat perbedaan pendapat antara ulama ushul
fiqh dan ulama fiqh dalam memberikan pengertian hukum syari karena
berbedanya sisi pandang mereka. Ulama fiqh berpendapat bahwa hukum

adalah akibat yang ditimbulkan oleh tuntutan yaitu wajib, sunnah, haram,
makruh dan mubah. Sedangkan ulama ushul fiqh mengatakan bahwa yang
disebut hukum adalah dalil itu sendiri. Mereka membagi hukum tersebut
kepada dua bagian besar yaitu hukum taklifi dan hukum wadhi. Hukum
taklifi berbentuk tuntutan dan pilihan yang disebut dengan wajib, sunnat,
haram, makruh dan mubah.
Dan hukum wadhi terbagi kepada lima macam yaitu sabab, syarat, mani,
shah dan bathal. Masyarakat Indonesia disamping memakai istilah hukum
Islam juga menggunakan istilah lain seperti syariat Islam, atau fiqh Islam.
Istilah-istilah tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan. Syariat Islam
sering dipergunakan untuk ilmu syariat dan fiqh Islam dipergunakan istilah
hukum fiqh atau kadang-kadang hukum Islam, yang jelas antara yang satu
dengan yang lain saling terkait.[1]
B. Sumber Hukum dalam Islam
Ada 2 sumber hukum dalam islam yaitu :[2]
1. Al-Quran sebagai sumber hukum
2. Definisi: al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad
dalam bahasa

Arab yang berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai

pedoman bagi umat Islam.


Tiga Fungsi: sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang berupa:
a.

doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di


dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syariat,
metafisika tentang Tuhan dan kosmologi alam, dan penjelasan tentang

b.
c.
3.
a.

sejarah dan eksistensi manusia.


Ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi,kaum
Mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.
Penjelasan Al-Quran:
Ijmali (global): yaitu penjelasan yang masih memerlukan penjelasan lebih

b.

lanjut dalam pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat


Tafshili (rinci): yaitu keterangannya jelas dan sempurna, seperti masalah
akidah, hukum waris dan sebagainya.

c.

Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum: berdasarkan kandungan ayat,


jika mengandung ketetapan hukum maka disebut dengan ayat hukum dan

dapat menjadi dalil fiqh. Dalalah atau petunjuk al-Quran dibagi dua:
1. Qaty (definitive text): lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidak
bisa dipahami dengan makna lainnya. Lafal ini tidak membutuhkan ijtihad
dan takwil.
2. Zanny (speculative text): lafal yang mengandung pengertian lebih dari satu
dan memungkinkan untuk ditakwil, dan dapat menerima ijtihad.
4. Hadis sebagai sumber Hukum:
Definisi: Hadis adalah penuturan sahabat tentang Rasulullah baik
mengenai perkataan, perbuatan, dan taqrirnya.
Keshahihan Hadis: Hadis yang dapat digunakan sebagai sumber adalah
hadis yang sahih dan hasan. Hadis dhaif tidak dapat dipakai sebagai sumber
hukum. Sebagian ulama membolehkan menggunakan hadis dhaif sebagai
dalil dengan syarat:
1. Kedhaifanya tidak terlalu lemah
2. Memiliki beberapa jalur sanad
3. Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum sunnah atau
makruh.
Penentuan

kesahihan

hadis

dibuat

oleh

ulama

sehingga

terjadi

perbedaan pendapat.
C. Tujuan Hukum Islam
Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul
mashaalihi

(mencegah

terjadinya

kerusakan

dan

mendatangkan

kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima tujuan hukum islam:


1.

[3]
Memelihara agama
Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh
martabatnyadapat terangkat lebih tinggi dan martabat makhluk lain
danmemenuhi hajat jiwanya. Agama islam memberi perlindungan kepada
pemeluk agam lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya.

2.

Memelihara jiwa

Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib


memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.
Islam melarang pembunuhan sebagai penghilangan jiwa manusia dan
melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
mempertahankan kemaslahatannya hidupnya (Qs.6:51,17:33)
3.

Memelihara akal
Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal
mempunyai peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia.
Seseorang tidak akan dapat menjalankan hukum islam dengan baik dan
benar tanpa mempergunakan akal sehat. (QS.5:90)

4.

Memelihara keturunan
Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat
penting. Karena itu, meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang
sah menurut ketentuan Yang ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah dan
dilarang melakukan perzinahaan.(qs4:23)

5.

Memlihara harta
Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada
manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai
khalifah di bumi dilindungi haknya untuk memperoleh harta dengan caracara yang halal, sah menurut hukum dan benar menurut aturan moral. Jadi
huku slam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
itu sendiri, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri,
haaji, dan tahsini).

D. Hak asasi manusia


Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan
yang maha pencipta(hak-hak yang bersifat kodrati.) oleh karena itu, tidak
ada kekuasaan apapun yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian, bukan
berarti manusia daengan hak-haknya dapat berbuat semauny, sebab apabila
seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikatagorikan memperkosa atau

merampas

hak

asasi

orang

lain,

harus

mempertangung

jawabkan

perbuatanya.[4]
Hak asasi yang dimiliki oleh manusia telah dideklerasikan oleh ajaran
islam jauh sebelum masyarakat(Barat) mengenalnya, melalui berbagai ayat
Al-Quran misalnya manusia tidak dibedakan berdasarkan warna kulitnya,
rasnya tingkat sosialnya. Allah menjamin dan memberi kebebasan pada
manusia untuk hidup dan merasakan kenikmatan dari kehidupan, bekerja
dan menikmati hasil usahanya, memilih agama yang diyakininya.
1. Musyawarah
Kedaulatan mutlak dan Keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep
tauhid dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep kilafah
memberikan kerangka yang dengannya para cendikiawan belakangan ini
mengembangkan teori politik tertentu yang dapat dianggap demokratis.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual
islam, bayak perhatian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah
sosial

dan

politik.

Demokrasi

islam

dianggap

sebagai

sistem

yang

mengukuhkan konsep-konsep islami yang sudah lama berakar, yaitu


musyawarah, konsensus (ijma) dan ijtihad. Masalah musyawarah ini dengan
jelas telah disebutkan dalam QS. 42:28, yang berisi perintah kepada para
pemimpin dalam kedudukan apapun untuk menyelesaikan urusan mereka
yang dipimpinnya dengan cara bermusyawarah. Dengan, demikian, tidak
akan terjadi kesewenang-wenangan dari seorang pemimpi terhadap rakyat
yang dipimpinnya.
2. Konsensus Atau Ijma
Disamping musyawarah, ada hal lain yang sangat penting dalam
masalah

demokrasi,

yakni

consensus

atau

ijma.

Konsep

consensus

memberikan dasar bagi penerima system yang mengakui suara mayoritas.


Selain syura dan ijma ada konsep yang sangat penting dalam proses
demokrasi islam, yaitu ijtihad. Ini merupakan langkah kunci menuju
penerapan perintah Allah, berkaitan debgan tempat dan waktu.
Dalam pengertian politik murni, Muhammad iqbal dalam tulisanya
menegaskan tentang hubungan anatara consensus, demokratisasi, dan
ijtihad, bahwa tumbuhnya semangat legislatif di Negara Negara muslim

merupakan langkah awal yang besar. Pengalihan wewenang ijtihad dan


individu-individu berbagai madzab kepada suatu majelis legislatif muslim
yang dalam kondisi kemajemukan madzabmerupakan satu-satunya bentuk
ijma yang dapat diterima di zaman modern, akan terjamin kontribusi dalam
pembahasan hukum dari kalangan rakyat yang memliki wawasan yang
tajam.[5]
E. HAM dalam pandangan Islam dan Barat
Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui
wahyu-Nya, dalam Al-Quran dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai
rasulnya melalui sunah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam alquran dan

hadist.[6] HAM terbagi menjadi 2 HAM Menurut barat dan

menurut islam.
HAM barat bersifat anthroposentris: segala sesuatu berpusat pada
manusia sehingga menempatkan manusia sebagai tolak ukur segala
sesuatu. HAM islam bersifat theosentris: segala sesuatu berpusat pada Allah.
Dalam konsep demokrasi modern, kedaulatan rakyat merupakan inti dari
demokrasi sedang demokrasi islam meyakini bahwa kedaulatan Allah-lah
yang menjadi inti dari demokrasi.[7]
KESIMPULAN
1.

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya
yang kini terdapat dalam Al Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad
sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik

dalam kitab-kitab hadits.


2. Sumber hukum islam adalah Al-Quran, As-Sunnah, Ijma, Qiyas
3.
Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul
mashaalihi

(mencegah

terjadinya

kerusakan

dan

mendatangkan

kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima tujuan hukum islam.


4. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang
maha pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati), oleh karena itu, tidak ada
kekuasaan apapun yang dapat mencabutnya.

5. Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyuNya, dalam Al-Quran dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai Rasul Nya
melalui sunah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam Al-Quran dan
Hadits
PUSTAKA

Terjemah AL-QURAN
Husain, syekh syaukat, 1991, Hak asasi manusia dalam islam, Jakarta.

Gema Insani perss


Lopa, Baharuddin, 1999. Al Quran dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT.

Dana Bakti Prima Yasa.


Ilyas, Muhtarom, 2009. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia.
Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia
2004

Husain, syekh syaukat, 1991, Hak asasi manusia dalam islam, Jakarta. Gema Insani perss
ibid
ibid
Lopa, Baharuddin, 1999. Al Quran dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT. Dana Bakti
Prima Yasa.
[5] Muhammad iqbal, 1968:173
[6] ibid
[7] Husain, syekh syaukat, 1991, Hak asasi manusia dalam islam, Jakarta. Gema Insani perss
Label: AGAMA, UMUM
[1]
[2]
[3]
[4]

http://serbamakalah.blogspot.com/2013/03/hukum-ham-dan-demokrasi-dalamislam_6683.html

Home Kumpulan Makalah Pendidikan Agama Islam MAKALAH HUKUM, HAM DAN
DEMOKRASI DALAM ISLAM

MAKALAH HUKUM, HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM


Tugasku4u | Kumpulan Tugas | Diposkan oleh Irfandi Rahman

MAKALAH HUKUM, HAM DAN DEMOKRASI DALAM


ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Hukum, HAM dan
Demokrasi Dalam Islam. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Negeri Makassar.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan
makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Makassar, Mei 2011

Tim Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.
C.

Rumusan

Masalah
Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
1. HUKUM
A. Pengertian Hukum Islam
B. Ruang Lingkup Hukum Islam
C. Tujuan Hukum Islam
D. Sumber Hukum Islam
E. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam
F. Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Masyarakat
2. HAK ASASI MANUSIA MENURUT ISLAM
A. Pengertian Hak Asasi Manusia
B. Hak-Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat
3. DEMOKRASI DALAM ISLAM
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam pikiran kita adalah peraturanperaturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu
masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan oleh penguasa atau manusia itu sendiri
seperti:
1) Hukum adat
2) Hukum pidana dan sebagainya.
Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum islam tidak hanya merupakan hasil
pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu tempat pada suatu

massa tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyunya yang terdapat dalam AlQuran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai rasulnya melalui sunnah beliau
yang terhimpun dalam kitab hadits. Dasar inilah yang membedakan hukum Islam
secara fundamental dengan hukum yang lain.
Adapun konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah.
Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan
benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam
bermasyarakat, dan hubungan manusia dengan benda serta alam sekitarnya.
Kita berlanjut ke Hak asasi manusia dalam Islam, HAM dalam Islam berbeda dengan
hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan
kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw
pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas
kamu." Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap
individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan nonmuslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara
diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini.
Umat Islam seringkali kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang sama,
demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum diterima
secara bulat. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa reserve, sementara
yang lain, justeru bersikap ekstrem. Menolak bahkan mengharamkannya sama sekali.
Tak sedikit sebenarnya yang tidak bersikap sebagaimana keduanya. Artinya, banyak
yang tidak mau bersikap apapun. Kondisi ini dipicu dengan banyak dari kalangan umat
Islam sendiri yang kurang memahami bagaimana Islam memandang demokrasi. Di
bawah ini, ada tulisan menarik tentang demokrasi dalam perspektif Islam. Untuk itu,
kami akan membahas mengenai bagaimana sebenarnya Hukum, HAM dan Demokrasi
menurut ajaran islam.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ruang lingkup hukum Islam sebagai bagian dari Agama Islam di
Indonesia ?
2. Bagaimana hak-hak asasi manusia menurut pandangan dalam Islam dan pandangan
Barat ?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi dalam Islam ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ruang lingkup hukum Islam sebagai bagian dari Agama Islam di
Indonesia
2. Untuk memahami hak-hak asasi manusia menurut pandangan dalam Islam dan
pandangan Barat
3. Untuk mengetahui pelaksanaan demokrasi dalam Islam

BAB II
PEMBAHASAN
1. HUKUM ISLAM
A. Pengertian Hukum Islam
Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah
laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan
cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya bisa berupa hukum yang tidak
tertulis, seperti hukum adat, bisa juga berupa hukum tertulis dalam peraturan
perundangan-undangan. Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur
hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda.
Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh
Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia
lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya.

B. Ruang Lingkup Hukum Islam


Hukum islam baik dalam pengertian syaariatr maupun fikih di bagi menjadi dua bagian
besar, yaitu:

1. Ibadah (mahdhah)
Adalah tata cara dan upacara yang wajib dilakukan oleh seoraang muslim dalam
menjalankan hubingan kepada Allah, seperti shalat, membayar zakat, menjalankan
ibadah haji. Tata caara dan upacara ini tetap, tidak ditambah-tambah maupun dikurangi.
Ketentuannya telah di atur dengan pasti oleh Allah dan dijelaskan oleh RasulNya.
Dengan demikian tidak mungkin ada proses yang membawa perubahan dan
perombakan secaara asasi mengenai hukum, susunan dan tata cara beribadat. Yang
mungkin berubah hanyalah penggunaan aalat-alat modern dalam pelaksanaannya.

2. Muamalah (ghairu mahdhah)


Adalah ketetapan Allah yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia walaupun
ketetapan tersebut terbatas pada pokok-pokok saja. Karena itu sifatnya terbuka untuk
dikembangkan melalui ijtihad manusia yang memenuhi syarat melakukan usaha itu.

Bagian - Bagian Hukum Islam


a) Munakahat
Hukum yang mengatur sesuatau yang berhubunngan dengan perkawinan, perceraian
dan akibat-akibatnya.
b) Wirasah
Hukum yang mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris,
harta warisan daan cara pembagian waarisan.
c) Muamalat
Hukum yang mengatur masalah kebendaan daan hak-hak atas benda, tata hubungan
manusia dalam persoalan jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan
lain-lain.
d) Jinayat
Hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman
baik dalam jarimah hudud atau tindak pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas
hukumnya dalam al quran daan sunah nabi maupun dalam jarimah tazir atau
perbuatan yang bentuk dan batas hukumnya ditentukan oleh penguasa sebagai
pelajaran bagi pelakunya.
e) Al-ahkam as-sulthaniyah
Hukum yang mengatur soal-soal yang berhubungan dengan kepala negara,
pemerintahan pusat maupun daerah, tentara, pajak daan sebagainya.
f) Siyar
Hukum yang mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk
agama dan negara lain
g) Mukhassamat
Hukum yang mengatur tentang peradilan, kehakiman, dan hukum acara
Sistematika hukum islam daapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Al-ahkam asy-syakhsiyah (hukum peronrangan
2. Al-ahkam al-maadaniyah (hukum kebendaan)
3. Al-ahkam al-murafaat (hukum acara perdata, pidana, dan peradilan tata usaha)
4. Al ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara)
5. Al-ahkam ad-dauliyah (hukum internasional)
6. Al-ahkam al-iqtishadiyah wa-almaliyah (hukum ekonomi dan keuangan)

C. Tujuan Hukum Islam


Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul mashaalihi
(mencegah terjadinya kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan). Abu Ishaq AsSathibi merumuskan lima tujuan hukum islam:

1. Memelihara agama

Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh martabatnyadapat
terangkat lebih tinggi dan martabat makhluk lain danmemenuhi hajat jiwanya. Agama
islam memberi perlindungan kepada pemeluk agam lain untuk menjalankan agama
sesuai dengan keyakinannya.

2. Memelihara jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib memelihara hak
manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Islam melarang
pembunuhan sebagai penghilangan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang
dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatannya hidupnya
(Qs.6:51,17:33)

3. Memelihara akal
Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal mempunyai
peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan
dapat menjalankan hukum islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal
sehat. (QS.5:90)

4. Memelihara keturunan
Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat penting. Karena itu,
meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan Yang
ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah dan dilarang melakukan perzinahaan. (Qs.4:23)

5. Memlihara harta
Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk
kelangsungan hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi
haknya untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan
benar menurut aturan moral. Jadi huku slam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun
tersier (dloruri, haaji, dan tahsini).

D. Sumber Hukum Islam


Di dalam hukum islam rujukan-rujukan dan dalil telah ditentukan sedemikian rupa oleh
syariat, mulai dari sumber yang pokok maupun yang bersifat alternatif. Sumber tertib
hukum Islam ini secara umumnya dapat dipahami dalam firman Allah dalam QS. Annisa: 59:
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri di
antara kamu. Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia
pada Allah (al quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benar-benar beriman kapada
Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik (akibatnya)".
(QS. An-nisa: 59)

Dari ayat tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa umat islam dalam menjalankan
hukum agamanya harus didasarkan urutan:
1) Selalu menataati Allah dan mengindahkan seluruh ketentuan yang berlaku dalam
alquran.
2) Menaati Rasulullah dengan memahami seluruh sunnah-sunnahnya
3) Menaati ulil amri (lembaga yang menguasai urusan umat islam).
4) Mengenbalikan kepada alquran dan sunah jika terjadi perbedaan dalam menetapkan
hukum
Secara lebih teknis umat islam dalam berhukum harus memperhatikan sumber tertib
hukum:
1) Al Quran
2) Sunah atau hadits Rasul
3) Keputusan penguasa; khalifah (ekseklutif), ahlul hallli walaqdi (legislatif), amupun
qadli (yudikatif) baik secara individu maupun masing- masing konsensus kolektif (ijma)
4) Mencari ketentuan ataupun sinyalemen yang ada dalam al quran kemmbali jika
terjadi kontroversi dalam memahami ketentuan hukum.
Dengan komposisi itu pula hukum islam dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis:
1) Dalil Naqli yaitu Al Quran dan as sunah
2) Dalil Aqli yaitu pemikiran akal manusia.

E. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan


Penegakan Hukum Islam
Hukum islam ada dua sifat, yaitu:
1. Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah
sepanjang masa
2. At-tathawwur (berkembang), hukum islam tidak kaku dalam berbagai kondisi dan
situasi sosial.
Dilihat dari sketsa historis, hukum islam masuk ke indonesia bersama masuknya islam
ke Indonesia pada abad ke 1 hijriyah atau 7/8 masehi. Sedangkan hukum barat baru
diperkenalkan VOC awal abad 17 masehi. Sebalum islam masuk Indonesia, rakyat
Indonesia menganut hukum adat yang bermacam-macam sistemnya dan sangat
majemuk sifatnya. Namun setelah islam datang dan menjadi agama resmi di berbagai
kerajaan nusantara, maka hukum islam pun munjadi hukum resmi kerajaan-kerajaan
tersebut dan tersebar menjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Secara yuridis formal, keberadaan negara kesatuan Indonesia adalah diawali pada saat
proklamasi 17 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945 kemudian diakui
berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat itulah keinginan para pemimpin
islam untuk kembali menjalankan hukum islam bagi umat islam berkobar.
Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadaran berhukum islam untuk
pertama kali pada zaman kemeerdekaan adalah di dalam Piagam Jakarta 22 juni 1945 ,

yang di dalam dasar ketuhanan diikuti dengan pernyataan dengan kewajiban


menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya. Tetapi dengan pertimbangan
untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akhirnya mengalami perubahan pada
tanggal 18 Agustus 1945 yang rumusan sila pertamanya menjadi ketuhanan yang
maha esa.
Meskipun demikian, dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan, hukum
islam telah benar-benar memperoleh tempat yang wajar secara kontitusional yuridis.
Dengan demikian kontribusi umat islam dalam petrumusan dan penegakan hukum
sangat besar. Adapun upaya yang harus dilakukan untuk penegakan hukum dalam
praktek bermasyarakat dan bernegara yaitu melalui proses kultural dan dakwah.
Apabila islam telah menjadikan suatu keebijakan sebagai kultur dalam masyarakat,
maka sebagai konsekuensinyahukum harus ditegakkan. Bila perlu law inforcement
dalam penegakkan hukum islam dengan hukum positif yaitu melalui perjuangan
legislasi. Sehingga dalam perjaalananya suatu ketentuan yang wajib menurut islam
menjadi wajib pula menurut perundangan.

F. Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Masyarakat


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia membutuhkan
pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam memperoleh kemajuan
dan dinamika kehidupannya. Setiap individu dan kelompok sosial memiliki kepentingan.
Namun demikan kepentingan itu tidak selalu sama satu saama lain, bahkan mungkin
bertentangan. Hal itu mengandung potensi terjanya benturan daan konflik. Maka hal itu
membutuhkan aturan main. Agar kepentingan individu dapat dicapai secara adil, maka
dibutuhkan penegakan aturan main tersebut. Aturan main itulah yang kemudian disebut
dengan hukum islam yang dan menjadi pedoman setiap pemeluknya.
Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:
a. Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber kebaikan,
b. Menegakkan keadilan (iqamat al-adl),
c. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah).
Oreintasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka pendek dalam
kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di akherat yang
kekal abadi, baik yang berupa hukum-hukum untuk menggapai kebaikan dan
kesempurnaan hidup (jalbu al manafi), maupun pencegahan kejahatan dan kerusakan
dalam kehidupan (daru al-mafasid). Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan
hubungan antara Allah dengan makhluknya maupun kepentingan orientasi hukum itu
sendiri.
Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu:
1) Fungsi ibadah
Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: "Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepadaKu". Maka dengan daalil ini fungsi ibadah tampak
palilng menonjol dibandingkan dengan fungsi lainnya.

2) Fungsi amr makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan


kemungkaran).
Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi membentuk
mannusia yang yang dapat menjadi teladan kebaikan dan pencegah kemungkaran.
3) Fungsi zawajir (penjeraan)
Adanya sanksi dalam hukum islam yang bukan hanya sanksi hukuman dunia, tetapi
juga dengan ancaman siksa akhirat dimaksudkan agar manusia dapat jera dan takut
melakukan kejahatan.
4) Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat)
Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan untuk
menakut-nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga untuk rehaabilitasi dan
pengorganisasian umat mrnjadi leboh baik. Dalam literatur ilmu hukum hal ini dikenal
dengan istilah fungsi enginering social.
Keempat fungsi hukum tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang
hukum tertentu tetapi satu dengan yang lain juga saling terkait.

2. HAK ASASI MANUSIA MENURUT ISLAM


A. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia
semenjak ia berada dalam kandungan sampai meninggal dunia yang harus mendapat
perlindungan. Istilah HAM menurut Tolchach Mansoer mulai populer sejak lahirnya
Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember 1948. Walaupun ide HAM
sudah timbul pada abad ke 17 dan ke 18 sebagai reaksi terhadap keabsolutan raja-raja
dan kaum feodal di zaman itu. Ide hak asasi manusia juga terdapat dalam Islam. Hal ini
dapat dilihat dalam ajaran tauhid. Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia
dilihat dari sudut pandangan Barat dan Islam.
Hak asasi manusia menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat antroposentris
artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat
dipentingkan. Sedangkan dalam Islam hak-hak asasi manusia bersifat teosentris artinya
segala sesuatu berpusat pada Tuhan. Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan.
Dalam hubungan ini A.K Brohi menyatakan: Berbeda dengan pendekatan Barat,
strategi Islam sangat mementingkan penghargaan kepada hak-hak asasi dan
kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran
keagamaan yang terpatri di dalam hati, pikiran dan jiwa penganut-penganutnya.
Perspekitf Islam sungguh-sungguh bersifat teosentris.
Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang menjadi
tolok ukur segala sesuatu, maka di dalam Islam melalui firman-Nya, Allahlah yang
menjadi tolok ukur sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk mengabdi
kepada-Nya.

Oleh karena itu dalam Islam hak-hak asasi manusia tidak hanya menekankan kepada
hak-hak manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi oleh kewajiban asasi untuk
mengabdi hanya kepada Allah sebagai penciptanya. Aspek khas dalam konsep HAM
Islami adalah tidak adanya orang lain yang dapat memaafkan pelanggaran hak-hak jika
pelanggaran itu terjadi atas seseorang yang harus dipenuhi haknya. Bahkan suatu
negara Islam pun tidak dapat memaafkan pelanggaran hak-hak yang dimiliki
seseorang. Negara harus terikat memberikan hukuman kepada pelanggar HAM dan
memberikan bantuan kepada pihak yang dilanggar HAM nya, kecuali pihak yang
dilanggar HAM nya telah memaafkan pelanggar HAM tersebut.
Prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Rights
diungkap dalam berbagai ayat antara lain :

1. Martabat manusia
Dalam Al Quran disebutkan bahwa manusia mempunyai kedudukan atau martabat
yang tinggi. Kemulian martabat yang dimiliki manusia itu sama sekali tidak ada pada
makhluk lain. Martabat yang tinggi yang dianugerahkan Allah kepada manusia, pada
hakekatnya merupakan fitrah yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia.
Q.S Al Isra (17) ayat 70. Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anakanak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan
Q.S Al Maidah (5) ayat 32. Artinya : Barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya
Mengenai martabat manusia ini telah digariskan dalam Universal declaration of Human
Rights dalam Pasal 1 dan Pasal 3.
Pasal 1 menyebutkan, ...Semua makhluk manusia dilahirkan merdeka dan
mempunyai hak-hak serta maratabat yang sama
Pasal 3 menyebutkan, ...Setiap orang berhak untuk hidup, berhak akan kemerdekaan
dan jaminan pribadi...

2. Persamaan
Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba Allah. Hanya
satu ukuran yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dari yang lain, yakni
ketaqwaannya.
Q.S Al Hujurat (49) ayat 13. Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari jenis laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Prinsip persamaan ini dalam Universal Declaration of Human Rights terdapat dalam
Pasal 6 dan Pasal 7.
Pasal 6 menyebutkan, ...Setiap orang berhak mendapat pengakuan di mana saja
sebagai seorang pribadi di muka hukum...
Pasal 7 menyebutkan, ...Semua orang sama di muka hukum dan berhak atas
perlindungan yang sama di muka hukum tanpa perbedaan

3. Kebebasan menyatakan pendapat


Al Quran memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal pikiran
mereka terutama untuk menyatakan pendapat mereka yang benar. Perintah ini secara
khusus ditujukan kepada manusia yang beriman agar berani menyatakan kebenaran.
Agama Islam sangat menghargai akal pikiran. Oleh karena itu, setiap manusia sesuai
dengan martabat dan fitrahnya sebagai makhluk yang berfikir mempunyai hak untuk
menyatakan pendapatnya dengan bebas, asal tidak bertentangan dengan prinsipprinsip Islam dan dapat dipertanggungjawabkan.
Q.S Ali Imran (3) ayat 110. Artinya : ...Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar
Hak untuk menyatakan pendapat dengan bebas dinyatakan dalam Universal
Declaration of Human Rights Pasal 19 ...Semua orang berhak atas kemerdekaan
mempunyai dan melahirkan pendapat

4. Kebebasan beragama
Prinsip kebebasan beragama ini dengan jelas disebutkan dalam Al Quran surat AlBaqarah (2) ayat 256. Artinya : Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam
Dan Q.S Al Kafirun (109) ayat 6. Artinya : Untukmulah agamamu dan untukkulah
agamaku.
Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa agama Islam sangat menjunjung tinggi
kebebasan beragama. Hal ini sejalan dengan Pasal 18 dari Universal Declaration of
Human Rights, yang menyatakan ...Setiap orang mempunyai hak untuk merdeka
berfikir, berperasaan, dan beragama

5. Hak jaminan sosial


Di dalam Al Quran banyak dijumpai ayat-ayat yang menjamin tingkat dan kualitas hidup
bagi seluruh masyarakat. Ajaran tersebut antara lain adalah kehidupan fakir miskin
harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang punya. Kekayaan tidak
boleh dinikmati dan hanya berputar di antara orang-orang yang kaya saja. Seperti
dinyatakan Allah dalam Al Quran surat Az-Zariyat (51) ayat 19. Artinya: Dan pada
harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang
tidak meminta.
Q.S Al Maarij (70) ayat 24. Artinya : Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia
bagian tertentu.

Dalam Al Quran juga disebutkan dengan jelas perintah bagi umat Islam untuk
menunaikan zakat. Tujuan zakat antara lain adalah untuk melenyapkan kemiskinan dan
menciptakan pemerataan pendapatan bagi segenap anggota masyarakat. Apabila
jaminan sosial yang ada dalam Al Quran diperhatikan dengan jelas sesuai dengan
Pasal 22 dari Universal Declaration of Human Rights, yang menyebutkan Sebagai
anggota masyarakat, setiap orang mempunyai hak atas jaminan sosial

6. Hak atas harta benda


Dalam hukum Islam hak milik seseorang sangat dijunjung tinggi. Sesuai dengan harkat
dan martabat, jaminan dan perlindungan terhadap milik seseorang merupakan
kewajiban penguasa. Oleh karena itu, siapapun juga bahkan penguasa sekalipun, tidak
diperbolehkan merampas hak milik orang lain, kecuali untuk kepentingan umum,
menurut tatacara yang telah ditentukan lebih dahulu. Allah telah memberikan sanksi
yang berat terhadap mereka yang telah merampas hak orang lain, sebagaimana
dinyatakan dalam surat Al-Maidah (5) ayat 38. Artinya : Laki-laki yang mecuri dan
perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah
Hal ini sesuai dengan Pasal 17 dari Universal Declaration of Human Rights
menyebutkan:
Ayat (1) Setiap orang berhak mempunyai hak milik, baik sendiri maupun bersama
orang lain.
Ayat (2) Tidak seorangpun hak miliknya boleh dirampas dengan sewenang-wenang.

B. Hak-Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam


dan Barat
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak dasar
yang disebut hak asasi. Dengan hak asasi tersebut, manusia dapat mengembangkan
diri pribadi, peranan dan sumbangsinya bagi kesejahteraan hidup manusia. Hak Asasi
Manusia (HAM) sebagai suatu hak dasar yang melekat pada diri setiap manusia.
Dilihat dari sejarahnya, umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya
HAM dimulai dengan lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris yang
mencanangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolut, menjadi dibatasi
kekuasannya dan mulai dapat dimintai pertanggung jawabannya di muka hukum.
Selanjutnya diikuti dengan lahirnya Bill of Right di Inggris tahun 1689 dengan adigium
bahwa manusia sama di muka hukum. Perkembangan HAM selanjutnya ditandai
munculnya The American Declaration of Independence, The French Declaration tahun
1789 dan terakhir lahirnya rumusan HAM yang bersifat universal yang dikenal dengan
The Universal Declaration Of Human Rights tahun 1948 disahkan langsung oleh PBB.
Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut pandangan
barat dan Islam. Hak Asasi Manusia menurut pemikiran barat semata-mata bersifat
antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia, sehingga manusia

sangat dipentingkan. Sedangkan ditilik dari sudut pandang Islam berisfat teosentris,
artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan, sehingga Tuhan sangat dipentingkan.
Pemikiran Barat menempatkan manusia pada psosisi bahwa manusialah yang menjadi
tolok ukur segala sesuatu, maka di dalam Islam melalui firman-Nya, Allahlah yang
menjadi tolok ukur segala sesuatu, sedangkan manusia letak perbedaan yang
fundamental antara hak-hak asasi menurut pola pemikiran Barat dengan hak-hak asasi
menurut pola ajaran Islam.
Dalam konsep Islam seseorang hanya mempunyai kewajiban-kewajiban atau tugastugas kepada Allah, karena ia harus mematuhi hukum-Nya. Namun secara paradoks, di
dalam tugas-tugas inilah terletak semua hak dan kemerdekaannya. Manusia diciptakan
oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam AlQuran surat Al-Zariyat ayat 56, artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Dari ketentuan ayat di atas, menunjukan manusia mempunyai kewajiban mengikuti
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Kewajiban yang diperintahkan kepada
umat manusia dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
1) huququllah (hak-hak Allah) yaitu kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah
yang diwujudkan dalam sebuah ritual ibadah
2) huququlibad (hak-hak manusia) merupakan kewajiban-kewaajiban manusia
terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-mahkluk Allah lainnya.
Hak Asasi Manusia dijamin oleh agama Islam bagi manusia dikalsifikasikan kedalam
dua kategori yaitu :
1) HAM dasar yang telah diletakkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia;
2) HAM yang dianugerahkan oleh Islam bagi kelompok masyarakat yang berbeda
dalam situasi tertentu. Status, posisi, dan lain-lain yang mereka miliki. Hak-hak khusus
bagi non muslim, kaum wanita, buruh/pekerja, anak-anak, dan lainnya seperti hak
hidup, hak-hak milik, perlindungan kehormatan, keamanan, kesucian kehidupan pribadi
dan sebagainya.
The Universal Declaration Of Human Rights di dunia mengikat semua bangsa, untuk
menghargai Hak Asasi Manusia, meski faktanya dunia barat cukup banyak
melanggarnya. Dengan demikian para ahli hukum Islam mengemukakan Universal
Islamic Declaration Human Right, yang diangkat dari al-quran dan sunnah Islam terdiri
XXIII Bab dan 63 pasal yang meilputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia
antara lain :
(1) hak hidup
(2) hak untuk mendapatkan kebebasan
(3) hak atas persamaan kedudukan
(4) hak untuk mendapatkan keadilan
(5) hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan
(6) hak untuk mendapatkaan perlindungan dari penyiksaan
(7) hak untuk mendapatkan perlindungan atas kehormatan nama baik

(8) hak untuk bebas berpikir dan berbicara


(9) hak untuk bebas memilih agama
(10) hak untuk bebas berkumpul dan berorganisasi
(11) hak untuk mengatur tata kehidupan ekonomi
(12) hak atas jaminan sosial
(13) hak untuk bebas mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya
(14) hak-hak bagi wanita dalam kehidupan rumah tangga
(15) hak untuk mendapatkan pendidikan dan sebagainya.

3. DEMOKRASI DALAM ISLAM


Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, Demos berarti rakyat, dan kratein bermakna
kekuasaan. Karena kekuasaan itu ada di rakyat, maka rakyatlah yang berdaulat, oleh
karena itu demokrasi diartikan dengan kedaulatan rakyat.
Kedaulatan mutlak dan Ke-Esaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan
peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan kerangka yang
dengannya para cendekiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu
yang dapat dianggap demokratis. Di dalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan
terhadap kadaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat manusia, dan kewajiban
rakyat sebagai pengemban pemerintah.
Penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam, banyak
memberikan perhatian pada beberapa aspek khusus dari ranah social dan politik.
Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami
yang sudah lama berurat berakar yaitu:

1. Musyawarah (syura)
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia. Oleh
karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin terutama dalam
doktrin musyawarah. Hal ini disebabkan menurut ajaran Islam, setiap muslim yang
dewasa dan berakal sehat, baik pria mauoun wanita adalah khalifah Allah di bumi.
Dalam bidang politik, umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa
dan pendapat mereka harus diperhatikan dalam menangani masalah negara.
Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyyah, dalam
surat Al-syura ayat 3 :
Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(QS Asy-Syura :
38).

2. Persetujuan (ijma)
Ijma atau konsensus telah lama diterima sebagai konsep pengesahan resmi dalam
hukum Islam. Konsensus memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan

hukum Islam dan memberikan sumbangan pemikiran sangat besar pada korpus hukum
atau tafsir hukum.
Konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif bagi
demokrasi Islam modern. Konsep konsensus memberikan dasar bagi penerimaan
sistem yang mengakui suara mayoritas. Atas dasar inilah konsensus dapat menjadi
legitimasi sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam.

3. Penilaian interpretative yang mandiri (itjihad)


Upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat
atau waktu. Tuhan hanya mewahyukan prinsip-prinsip utama dan memberi manusia
kebebasan untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dengan arah yang sesuai dengan
semangat dan keadaan zamannya. Itjihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan
pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis, pendekatan kitalah yang
telah menjadi statis. Oleh karena itu sudah selayaknya dilakukan pemikiran ulang yang
mendasar untuk membuka jalan bagi munculnya eksplorasi, inovasi dan kreativitas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musyawarah, konsensus dan itjihad
merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi demokrasi Islam dalam
kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya.
Sehingga antara hukum, Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan tiga konsep
yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi adalah
adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Demokrasi
akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan
pemeunuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum ditegakkan, karena
Al-Quran sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam mengandung ajaran
tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam pengembangan sistem politik
Islam.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama, jiwa,
akal, keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada pemeliharaan agama,
menjamin, menjaga dan memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara kemurnian akal
sehat dan menjaga ketertiban keturunan manusia serta menjaga hak milik harta
kekayaan untuk kemaslahatan hidup umat manusia.
2. Hak Asasi Manusia menurut pemikiran barat semata-mata bersifat antroposentris,
artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia, sehingga manusia sangat

dipentingkan. Sedangkan ditilik dari sudut pandang Islam bersifat teosentris, artinya,
segala sesuatu berpusat kepada Tuhan, sehingga Tuhan sangat dipentingkan.
3. Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan tiga konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi
adalah adanya penegakan hukum dan perlindundgan Hak Asasi Manusia (HAM).
Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum
ditegakkan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Sebagai umat Islam hendaknya memahami hukum Islam dengan baik, karena hukum
ini mengatur berbagai kehidupan umat manusia untuk mencapai kemaslahatan.
2. Setiap manusia hendaknya menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia, karena hak ini
sebagai dasar yang melekat pada diri tiap manusia.
3. Dalam mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh, baik dibidang hukum, hak dan
kewajiban asasi manusia, serta kehidupan berdemokrasi hendaknya berdasarkan
prinsip-prinsip yang diajarkan Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Komopilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia Jakarta, Gema Insani Press, 1994.
Dahlan Idhamy, Karakteristik Hukum Islam, Jakarta, Media Sarana Press, 1987.
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001.
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004.
Hasby Asy-Shidiqiy, Falsafah Hukum Islam, Yogyakarta Bulan Bintang 1975.
Husain, syekh syaukat, Hak asasi manusia dalam islam, Jakarta. Gema Insani perss,
1991
Lopa, Baharuddin. Al Quran dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT. Dana Bakti
Prima Yasa, 1999
Ilyas, Muhtarom. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2009
Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004
http://tugasku-4u.blogspot.com/2013/07/makalah-hukum-ham-dan-demokrasidalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai