Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan Sistem Pemerintahan Presidensial Indonesia dengan Amerika Serikat

Indonesia merupakan negara yang menerapkan sistem negara hukum (rechstaat) hal
ini telah diatur secara konstitusional dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) yang menyebutkan,
“Indonesia adalah negara hukum”. Hal ini mengkonsepsikan makna dari posisi dan
kedudukan hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang begitu sentral dalam
rangka mengatur kehidupan demi meraih tujuan-tujuan negara. Menurut Immanuel Kant
salah satu dari prinsip negara hukum ialah “Pemerintahan berdasarkan hukum”, yang berarti
dalam negara hukum setiap warga negara berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan. Hak berpartisipasi masyarakat juga diatur dalam
konstitusi, UUD 1945 Pasal 27 Ayat (1) yang berbunyi, “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”.

Selain menggunakan sistem negara hukum, Indonesia juga menerapkan bentuk


pemerintahan demokrasi pancasila. Unsur dan asas demokrasi tersebut berusaha diwujudkan
oleh pemerintah melalui prinsip-prinsip, antara lain: adanya sistem dan prosedur pemilihan
pejabat publik yang bersifat langsung, umum, bebas, jujur, dan adil yang dilakukan melalui
mekanisme Pemilihan Umum (Pemilu) secara berkala. Kemudian, pemerintah bertanggung
jawab secara transparan dan menerapkan konsep akuntabilitas terhadap masyarakat dan
masyarakat diperbolehkan untuk memberikan kritik sebagai sarana partisipasi dan
mengontrol pemerintah. Kebebasan berpendapat dan menyatakaan pendapat yang diikuti oleh
kebebasan pers dalam menyebarkan informasi untuk masyarakat. Pemerintah juga dapat
melakukan transparansi seperti mempublikasikan Rancangan Undang-Undang (RUU) demi
menstimulasi partisipasi masyarakat secara aktif.

Dalam sistem pemerintahannya Indonesia menerapkan sistem presidensial. Sistem ini


disepakati oleh para pendiri bangsa (founding fathers) pada sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diselenggarakan pada 29 Mei s.d. 1 Juni
dan 10 Juli s.d. 17 juli 1945. Sistem pemerintahan presidensiil memiliki ciri khas, yaitu
pemerintahan dikepalai oleh seorang presiden yang memiliki kedudukan sebagai kepala
pemerintahan sekaligus kepala negara. Pelaksanaan sistem pemerintahan presidensiil, sang
presiden memiliki asisten dalam menjalankan pemerintahan dan undang-undang yaitu
menteri. Para menteri yang ditunjuk oleh presiden bertanggung jawab langsung kepada
presiden. Indonesia menerapkan trias politica menurut Montesquieu yang mengklasifikasikan
kekuasaan negara ke dalam tiga cabang, yaitu: kekuasaan legislatif sebagai pembuat undang-
undang; kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan undang-undang; dan kekuasaan untuk
menghakimi atau yudikatif.1

Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sesuai yang tertuang di


dalam konstitusi terdapat pembagian tugas. Pembagian tugas ini terbagi kepada lembaga-
lembaga negara dalam hal ini terdapat enam lembaga negara yang secara sinergis
menjalankan roda pemerintahan. Lembaga negara yang pertama adalah Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), BPK adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem pemerintahan
indonesia yang memiliki tugas pokok dan fungsi serta wewenang dalam memerikas dan
bertanggung jawab kepada keuangan negara. Pembentukan BPK sesuai dengan Pasal 23 Ayat
(5) Tahun 1945 yang menetapkan bahwa dalam rangka memeriksa tanggung jawab yang
berkaitan dengan keuangan negara dibutuhkan suatu lembaga yang memiliki dasar hukum.
Kemudian lembaga berikutnya adalah, presiden. Sebagai lembaga negara presiden memegang
kekuasaan pemerintahan atas UUD 1945, Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan
bersenjata,, dan dapat mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR.
Lembaga negara berikutnya adalah Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) , Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan fungsionaris lembaga
legislatif. Lembaga legislatif pada umumnya memiliki fungsi yang sama yaitu, fungsi
legislasi atau perancangan undang-undang. Berikutnya lembaga yudikatif yang terdiri dari
Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY). Ketiga
lembaga yudikatif ini bertugas mengawasi dan memastikan berjalannya perundang-undangan
dan konstitusi di Indonesia.

Ditinjau dari sistem parlemennya Indonesia menerapkan sistem bikameral atau


parlemen dua kamar atau dua kamar. Dua lembaga yang dimaksud adalah Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pengertian tinggi dan rendah dalam
identifikasi kamar bukan merupakan identifikasi terhadap hubungan hierarkis, yang kamar
satu lebih tinggi dari kamar yang lain. Masing-masing kamar dalam parlemen tersebut
mewakili kepentingan kelompok tertentu.2 Dewan perwakilan daerah yang berjumlah empat
orang menjadi representasi dari provinsi tempat seorang dewan mencalonkan diri dan bekerja

1
Montesquieu, C. de S., Nugent, T., & Neumann, F. L. (1975). The spirit of the laws. New York: Hafner Press.

2
Widayati, W. (2015). Sistem Parlemen Berdasarkan Konstitusi Indonesia. Masalah-Masalah Hukum,
44(4),.2015.415-42
sesuai kepentingan provinsi tersebut. Sementara, dewan perwakilan rakyat merupakan
representasi dari seluruh rakyat Indonesia dan berpusat di pusat pemerintahan.

Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang menggunakan sistem


pemerintahan presidensial dengan presiden sebagai kepala pemerintahan seperti halnya
sistem pemerintahan yang diterapkan di Indonesia. Selain kedua negara memiliki persamaan
dalam sistem pemerintahan, baik Amerika Serikat maupun Indonesia keduanya sama-sama
menganut paham demokrasi. Kedua negara tersebut juga menerapkan sistem bikameral atau
sistem dua kamar lembaga. Namun, dari kemiripan tersebut tidak serta merta segala
sistematika dan kelembagaannya sama.

Perbedaan antara Amerika Serikat dengan Indonesia terlihat ketika persamaan dari
kedua negara dijabarkan. Perbedaan pertama, paham demokrasi Amerika Serikat dan
Indonesia memiliki prinsip yang sama yaitu, “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.” Namun
terdapat perbedaan landasan berdemokrasi antara keduanya. Demokrasi Amerika Serikat
merupakan demokras liberal, dalam artian sistem politik dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh
rakyat dengan menjunjung tinggi kebebasan individu yang diatur dalam konstitusi. Berbeda
halnya dengan Indonesia, Indonesia menerapkan sistem demokrasi pancasila. Demokrasi
pancasila memiliki makna bahwa demokrasi dilaksanakan dengan batasan sila yang terdapat
di dalam pancasila yaitu, Ketuhanan yang maha esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Antara Amerika Serikat dengan Indonesia tentunya memiliki perbedaan dalam


pemerintahannya terlepas dari sistem pemerintahan yang serupa. Perbedaan pertama antara
kedua negara adalah dalam segi legislasi. Walaupun keduanya menggunakan sistem
bikameral namun terdapat sedikit perbedaan. Jika Indonesia lembaganya adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) maka Amerika juga memiliki House of Representatives. House of
Representatives memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) yang tidak jauh berbeda dari
DPR, yang membedakan keduanya adalah masa jabatan House of Representatives adalah dua
tahun, sedangkan DPR lima tahun dan jumlah kursi untuk House of Representatives dibagi
sesuai jumlah penduduk tiap negara bagian. Kemudian ada United States Senate,yang
memiliki kemiripan dengan Dewan Perwakilan Daerah dari segi tugas dan fungsi. Namun,
yang membedakan keduanya adalah United States Senate berjumlah dua orang tiap negara
bagian dan menjabat selama enam tahun, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah berjumlah
dua orang tiap provinsi dan menjabat selama lima tahun.

Pada dasarnya, setiap negara memiliki implementasi pemerintahan yang berbeda-


beda, perbedaan itu didasari pada sejarah dan kultur yang berkembang di negara tersebut.
Tidak ada yang lebih baik atau yang lebih buruk antara satu dengan yang lain, karena dalam
penerapan suatu sistem dalam pemerintahan kembali lagi kepada kondisi sosial, tingkat
pendidikan, serta budaya dalam masyarakat. Begitupula dengan demokrasi yang memiliki
perbedaan dihampir setiap negara di dunia. Hendaknya sebagai akademisi kita
membandingkan dan mengkaji perbedaan-perbedaan tersebut dengan tujuan akademik dan
bukan untuk menjatuhkan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA

Montesquieu, C. de S., Nugent, T., & Neumann, F. L. (1975). The spirit of the laws. New
York: Hafner Press.

Widayati, W. (2015). Sistem Parlemen Berdasarkan Konstitusi Indonesia. Masalah-Masalah


Hukum, 44(4),.2015.415-42

Anda mungkin juga menyukai