Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERBANDINGAN HUKUM

Tentang:
“COMMAN LAW SYSTEM”

Dosen pembimbing : Dr. wenly R.J Lolong, S.H., M.H, C.L.A.

Disusun oleh : Sriyana Septiyaningsih Tomboelu (18602014)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PRODI ILMU HUKUM

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di dunia ini terdapat berbagai macam sistem hukum yang diterapkan
oleh berbagai negara, namun di kalangan civitas akademik kita hanya
diakrabkan dengan 2 (dua) sistem hukum yang banyak mempengaruhi
sistem hukum sebagian besar negara-negara di dunia.
Sistem hukum tersebut adalah sistem hukum eropa kontinental dan
sistem hukum anglo saxon. Istilah “common law” berasal dari bahasa
Perancis “commune –ley” (dari Lat: communis lex) yang merujuk pada adat
kebiasaan (custom) di Inggris yang tak tertulis dan yang melalui keputusan
keputusan hakim dijadikan berkekuatan hukum. Common law system
(anglo-saxon) khususnya di Indonesia, 1kedudukannya dapat ditelusuri di
dalam sumber hukum di Indonesia, diantaranya yurisprudensi dan
kebiasaan.

B. RUMUSAN MSALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Common Law ?
2. Bagaimana sejarah Common Law ?
3. Apa saja karakteristik Common Law?
4. Apa saja yang menjadi sumber Hukum Common Law ?

1
Muhammad Dzikirullah H. Noho,2020, mendudukan common law system dan
civil law system melalui Sudut pandang hukum progresif di Indonesia,diponegoro
semarang,16 juni 2021 00:52
https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN COMMON LAW


Nama lain dari sistem hukum Anglo-Saxon adalah “Anglo
Amerika” atau Common Law”. Merupakan sistem hukum yang berasal dari
Inggris yang kemudian menyebar ke Amerika Serikat dan negara- negara
bekas jajahannya. Kata “Anglo Saxon” berasal dari nama bangsa yaitu
bangsa Angel-Sakson yang pernah menyerang sekaligus menjajah Inggris
yang kemudian ditaklukan oleh Hertog Normandia, William. William
mempertahankan hukum kebiasaan masyarakat pribumi dengan
memasukkannya juga unsur-unsur hukum yang berasal dari sistem hukum
Eropa Kontinental.
Sistem hukum anglo saxon merupakan suatu sistem hukum yang
didasarkan pada yurispudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu
yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem
Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan,
hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat.
Pembentukan hukum melalui lembaga peradilan dengan sistem
jurisprudensi dianggap lebih baik.2
B. SEJARAH PERKEMBANGAN COMMON LAW
Sebelum terjadinya resepsio hukum Romawi pada abab ke 13 oleh
Eropa Kontinental, di lnggeris telah dikembangkan suatu sistem peradilan
nasional yang sentralisitik dan bekerja secara efektif menerapkan hukum
hukum kebiasaan di lnggeris.

2
Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,
Bandung, Alumni, hlm. 73 diakses 15 juni 2021 23:30
https://media.neliti.com/media/publications/132702-ID-sistem-hukum-dan-posisi-
hukum-indonesia.pdf
Pada tahun 1006, terjadi invasi oleh bangsa Normandia dengan
membawa sekelompok administrator yang cakap dalam menjalankan tugas
yang diberikan kepadanya oleh mereka yang berkuasa (memiliki kekuasaan
politik berdasarkan dengan hak penaklukan (Arthur dan James, 1977:12).
Dalam tradisi feodal di kala itu, lnggeris merupakan suatu Fief.
Yakni negeri yang dapat diwarisi dari seorang tuan tanah sebagai imbalan
atau kompensasi atas pengabdian kepada tuan tanah.
Pada keadaan demikian, harus ada suatu kekuasaan yang kuat, dapat
bekerja efektif dan terpusat yang dapat diterima oleh warga masyarakat di
bagian-bagian wilayah negeri secara keseluruhan.
Atas dasar pijakan berpikir demikian itu, maka Raja-Raja lnggeris
memandang perlu dalam rangka mempertahankan kewenangan dan
kepentingannya dalam memerintah untuk membentuk badan-badan yang
dapat melanggengkan kekuasaaanya.
Salah satu badan yang paling penting untuk mempertahankan dan
memperkuat kelanggengan kekuasaan pusat pemerintahan yang
dikendalikan oleh Raja adalah Pengadilan Kerajaan. Hal ini dilakukan oleh
Raja Wiiliem dan para penggantinya kemudian.
Raja Henry I pada abad XII, telah mengirim utusannya ke wilayah-
wilayah negeri kekuasaannya untuk mengadili perkara di Pengadilan-
Pengadilan local.
Sebelum berakhirnya abad XII, Pengadilan Kerajaan bersama
dengan Pengadilan-Pengadilan local merupakan institusi politik yang paling
kuat dan disegani di lnggeris. Pengadilan Kerajaan dikelola oleh pejabat-
pejabat yang diangkat oleh kerajaan yang sudah terlatih, dimana secara
teratur mendatangi setiap bagian dari wilayah-wilayah negeri kerajaan.
Masa kekuasaan Pemerintahan Raja Henry 11, lnggeris melakukan
reformasi dan strukturisasi peradilan dan hukum proseduralnya. Reformasi
tersebut, melahirkan perubahan yang berarti di bidang peradilan, yakni
diaturnya dasar-dasar bagi hakim kerajaan dan kompetensinya dalam
mengadili perkara-perkara.
Reformasi hukum yang dilakukan lnggeris dibawah Raja Henry II,
dikatakan sangat pesat, oleh karena Raja Henry melihat bahwa sarana
terbaik untuk mempertahankan kekuasaan politik agar tetap eksis di kala itu
adalah dengan pengadilan yang professional, dengan hakim-hakim kerajaan
yang mampu bekerja dibawah kendali feodal.
Lebih lanjut Friedman, menggambarkan bahwa : Hukum Amerika
pada masa Kolonial lnggeris di Amerika dapat dipahami dengan
mengibaratkan sebuah kapal yang ditumpangi oleh sekelompok mahasiswa
dari berbagai suku dan bangsa tengah terdampar di suatu pulau yang sepi.
Para penumpang Itu untuk tetap survive terpaksa membangun sebuah
masyarakat baru sebagai suatu comunitas yang baru dihadapi.
Maka mereka kemudian membentuk semacam pemerintahan baru
dan menciptakan sistem hukum yang tentunya berbeda dengan sistern yang
mereka tinggalkan dari tempat asalnya. Dalam kondisi demikian, beberapa
substansi hukum tidak begitu diperlukan, misalnya hukum tentang
lalulintas. Sebliknya, mereka justeru menetapkan aturan-aturan baru yang
dibutuhkan dalam kehidupan barunya itu. Demikian pula tentang ideology
mempunyai peran penting oleh karena mereka berasal dari berbagai suku,
ras dan keyakinan keagamaan (Friedman, 1984,lbid).
Memasuki abad XVIII wilayah-wilayah jajahan Kerajaan lnggeris
telah memperlakukan hukum lnggeris sebagai model hukumnya. Hal itu
disebabkan oleh karena pihak lnggeris memaksakan berlakunya hukum
mereka di wilayah taklukannya.
Kerajaan lnggeris telah berupaya memperlakukan tanah wilayah
jajahannya sebagai bagian imperium lnggeris. Lnggeris leluasa menetapkan
pajak-pajak baru dan membentuk pengadilan-pengadilan baru yang
keseluruhannya bertindak selaku imperialis. Keadaan demikian, ternyata
melahirkan reaksi keras dari negeri jajahan, dengan bangkit rnelakukan
perlawanan terhadap lnggeris, sehingga pecahlah Revolusi, yang
menghasilkan antara lain dalam sejarah, yaitu lahirnya
Amerika sebagai sebuah negara merdeka yang berdaulat.
Kemerdekaan Amerika bukan berarti serta merta terlepas dari sistem hukum
lnggeris, akan tetapi hal itu relative berlanjut sampai akhirnya terdapat
modifikasi-modifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Negeri-negeri jajajahan tidak pernah mempublikasikanbuku-buku
hukum pribumi. Semua buku hukum (treatises) secara substansial adalah
hukum lnggeris. Yang ingin belajar tentang hukum mempelajarinya dari
buku-buku hukum lnggeris, dimana buku-buku ini menggunakan bahasa
lnggeris dan membahas tentang hukum lnggeris, bukannya hukum Amerika.
Berhubung karena itulah, tidak dapat dinafikan jika sistem hukum
Anglo Amerika masuk ke dalam keluarga hukum Common Law System
sebagaimana halnya dengan bekas negeri-negeri jajahan lnggeris lainnya.
Namun demikian, sesuai fakta historisnyaAmerika Serikat sebagai
negara merdeka, bahkan lebih berkembang dari pada lnggeris sebagai negeri
induknya, baik dari segi politik maupun sosial ekonomi, sehingga Amerika
mulai mengembangkan karakteristik hukumnya sendiri yang berbeda disana
sini dengan lnggeris, meskipun tetap dikatakan dalam ikatan keluarga
hukum yang sama. 3

C. KARAKTERISTIK COMMON LAW


Pada Common Law System juga ditemukan mempunyai tiga karakteristik,
sebagai berikut :
1. Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum Utama
Dianutnya yurisprudensi sebagai sumber hukum utama dalam
Common Law merupakan produk dari perkembangan hukum
lnggeris yang luput dari pengaruh Hukum Roman.
Menurut Philip S. James (1985:16), ada dua alasan mengapa
yurisprudensi dianut dalam sistem Common Law, yaitu :
a. Alasan Psikologis

3
Dr. Nurul Qamar, SH. MH,2010, Perbandingan Sistem Hukum dan
Peradilan,makasar,15 juli 2021 23:18
http://www.pusdikmin.com/perpus/file/Buku-Perbandingan-Sistem-Hukum-dan-
Peradilan-2010.pdf
b. Alasan Praktis.
2. Dianutnya Doktrin Stare Decisis/SistemPrecedent
Karakteristik kedua Common Law System, adalah adanya doktrin
Stare Decisis. Yang juga biasa disebut Precedent. Di Indonesia
dikenal dengan istilah preseden. Doktrin tersebut, secara substansial
mengandung makna bahwa hakim terikat untuk mengikuti dan atau
menerapkan putusan pengadilan terdahulu baik yang ia buat sendiri
atau oleh pendahulunya untuk kasus serupa.
3. Adversary System Dalam Proses Peradilan
Karakteristik yang ketiga pada Common Law, adalah adanya
adversary system. Dalam sistem ini kedua belah pihak yang
bersengketa masing-masing menggunakan lawyernya berhadapan di
depan hakim. Para pihak masing-masing menyusun strategi
sedemikian rupa dan mengemukakan dalildalil dan alat-alat bukti
sebanyak-banyaknya di Pengadilan. Jadi yang berperkara
merupakan lawan antar satu dengan yang lainnya yang dipanglimai
oleh lawyersnya masing-masing.
D. SUMBER HUKUM COMMON LAW
1. Putusan–putusan hakim/putusan pengadilan atau yurisprudensi
(judicial decisions). Putusan-putusan hakim mewujudkan kepastian
hukum, maka melalui putusan-putusan hakim itu prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah hukum dibentuk dan mengikat umum.
2. Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan hukum tertulis yang berupa
undang-undang dan peraturan administrasi negara diakui juga,
kerena pada dasarnya terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis
tersebut bersumber dari putusan pengadilan.4

4
indraprastabagus,2016,makalah sistem hukum common law,16 uli 2021 01:40
https://indraprastabagus.wordpress.com/2016/10/12/makalah-sistem-hukum-
common-law/
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem hukum anglo saxon merupakan suatu sistem hukum yang
didasarkan pada yurispudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu
yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem
Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan,
hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat.
Pembentukan hukum melalui lembaga peradilan dengan sistem
jurisprudensi dianggap lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL
Muhammad Dzikirullah H. Noho,2020, mendudukan common law system dan civil
law system melalui Sudut pandang hukum progresif di
Indonesia,diponegoro semarang,16 juni 2021 00:52
https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online
Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,
Bandung, Alumni, hlm. 73 diakses 15 juni 2021 23:30
https://media.neliti.com/media/publications/132702-ID-sistem-hukum-
dan-posisi-hukum-indonesia.pdf
indraprastabagus,2016,makalah sistem hukum common law,16 uli 2021 01:40
https://indraprastabagus.wordpress.com/2016/10/12/makalah-sistem-
hukum-common-law/
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/Justitia/article/view/1329
http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/840
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Article-11226-5_0047.pdf
https://www.google.com/search?q=PERBANDINGAN+CIVIL+LAW+SYSTEM
+JURNAL
BUKU
Dr. Nurul Qamar, SH. MH,2010, Perbandingan Sistem Hukum dan
Peradilan,makasar,15 juli 2021 23:18
http://www.pusdikmin.com/perpus/file/Buku-Perbandingan-Sistem-
Hukum-dan-Peradilan-2010.pdf
https://layanan.hukum.uns.ac.id/kepeg/buku/agusriwanto/article/view_2/002.pdf
http://eprints.ulm.ac.id/9202/1/Buku_Pengantar%20Perbandingan%20Sistem%20
Hukum.pdf
http://www.pusdikmin.com/perpus/file/Buku-Perbandingan-Sistem-Hukum-dan-
Peradilan-2010.pdf

Anda mungkin juga menyukai