Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yong Irwana Indrajaya

NIM : 195120600111040

Pendidikan dan Komunikasi Birokrasi dalam Pandemi Covid-19

A. Pandemi dan Implikasinya terhadap Kehidupan

Corona Virus Disease atau yang biasa disebut dengan Covid-19 merupakan perbincangan
hangat akhir-akhir ini. Bagaimana tidak, World Health Organization (WHO) menggolongkan
virus Covid-19 sebagai pandemi atau suatu wabah penyakit yang menjangkiti banyak negara
di dunia. Kejadian ini membawa dampak yang signifkan terhadap dunia, segala aspek dalam
kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, hingga kehidupan sehari-hari. Metode penyebaran
virus Covid-19 yang begitu cepat sehingga menjadi salah satu fokus utama berbagai pihak
dalam menyikapinya. Menurut WHO, virus Covid-19 menyebar dari orang ke orang melalui
tetesan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang batuk atau
menghembuskan nafas, tetesan ini kemudian jatuh ke benda yang disentuh oleh orang lain
dan Orang tersebut kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut (Arif Budiansyah,2020).

Sejak kasus positif pertama diumumkan di Indonesia pada 2 Maret 2020 silam, berbagai
pihak termasuk pemerintah. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan telah mengupayakan
pencegahan penyebaran virus Covid-19. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
sejak awal Maret 2020 antara lain, pembatasan hubungan sosial (Social distancing),
himbauan untuk bekerja dari rumah (work from home), penutupan tempat-tempat wisata
atau tempat yang dapat menjadi titik kumpul (gathering point). Hingga pada akhir Maret
2020 pemerintah mengeluarkan kebijakan social distancing dan physical distancing skala
besar dengan ketentuan khusus yang disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Implementasi kebijakan tersebut tentu saja berimplikasi terhadap banyak aspek kehidupan
termasuk penyesuaian sistem pendidikan.

B. Penyesuaian Sistem Pendidikan dalam Pandemi

Pemberlakuan social distancing dan physical distancing memaksa lembaga pendidikan


untuk melaksanakan pelayanan pendidikan secara daring. Hal tersebut sesuai dengan
instruksi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang tertuang dalam
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang “Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19)” berikut,

 Pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar


yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian
kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan,
 Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain
mengenai pandemi Covid-19,
 Aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan
kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses atau
fasilitas belajar di rumah.

Selain sistem pembelajaran jarak jauh langkah lain yang ditempuh Kemendikbud untuk
menyesuaikan dengan protokol yang berlaku adalah penghapusan Ujian Nasional di tingkat
SMP dan SMA untuk tahun ini. Kebijakan yang diambil oleh kemendikbud didasari oleh
validitas empirik dengan menimbang baik buruknya terlebih dahulu didasari pada
pengetahuan yang ada.

Sistem pembelajaran jarak jauh memang bukanlah hal yang asing di Indonesia melainkan
sudah diterapkan sejak beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, sebagian besar pihak
termasuk lembaga pendidikan belum siap melaksanaan pembelajaran jarak jauh. Hal ini
disebabkan oleh tenaga pendidik dan peserta didik yang belum siap secara teknis maupun
non teknis. Bagai pisau bermata dua, terdapat pihak yang pro dan kontra terhadap
kebijakan pembelajaran jarak jauh ini.

Dinamika yang dialami oleh tenaga dan peserta didik yang memaksa mereka untuk
belajar di rumah melalui aplikasi tertentu, mewajibkan berlangsungnya pembelajaraan
secara daring, bahkan bimbingan dan seminar yang dilakukan secara daring dapat
mempercepat penerapan pendidikan era revolusi industri 4.0. Baik peserta didik maupun
tenaga pendidik dipaksa untuk setidaknya memahami dasar-dasar penggunaan teknologi
digital. Tidak hanya itu, peserta didik juga diharuskan untuk memiliki pemahaman untuk
mengeksplor teknologi dan informasi dalam mengerjakan tugas daringnya. Namun, disisi
lain banyak pihak yang merasakan bahwa sistem pembelajaran daring tidak efektif.
Argumentasi yang disampaikan umumnya berkaitan dengan kurangnya bimbingan terhadap
peserta didik karena banyak dari orang tua murid yang tidak bisa mengajari materi tertentu.
Selain itu terdapat hambatan-hambatan teknis seperti jaringan/sinyal internet yang
bermasalah dan teknologi yang dimiliki kurang memadai.

C. Konsep dan Alur Birokrasi pada Institusi Pendidikan

Secara umum, proses belajar mengajar merupakan Value Rational Action atau aktifitas
yang berdasar pada tata nilai yang jelas dan memiliki orientasi pada tujuan yang diyakini
dapat tercapai (Martini, 2012:33). Proses belajar-mengajar tentu memiliki alasan yang kuat
untuk tetap berlangsung disegala kondisi maupun situasi karena, keberlangsungan proses
belajar-mengajar merupakan hal yang esensial dikala pandemi seperti ini. Menurut Weber
proses ini dinamakan sebagai Process of Rationalization atau suatu aktifitas manusia yang
dilatarbelakangi motivasi tertentu yang rasional. Oleh karena itu, sebagai pemegang otoritas
tertinggi di bidang pendidikan Kemendikbud mengeluarkan kebijakan-kebijakan demi
menjamin keberlangsungan proses pendidikan di Indonesia selama pandemi.

Dalam menggulirkan kebijakan tersebut, Kemendikbud sebagai suatu lembaga birokrasi


memiliki alur dan wewenang yang jelas dalam koordinasinya dengan lembaga-lembaga
pendidikan. Pada kasus ini, Kemendikbud mengaplikasikan salah satu teori yang
dikembangkan oleh Max Weber yaitu, Teori Rational Administrative Model. Model ini
menyatakan bahwa birokrasi yang ideal adalah birokrasi yang berdasarkan pada sistem
peraturan yang rasional, dan tidak berdasarkan pada paternalisme kekuasaan dan kharisma.
Dalam model birokrasi ini, birokrasi harus dapat terbentuk secara rasional sebagai suatu
organisasi sosial yang dapat diandalkan, terukur, dapat diprediksikan, dan efisien.
Penciptaan birokrasi secara rasional ini merupakan tuntutan demokratisasi yang
mensyaratkan diimplementasikannya law enforcement dan legalisme formal dalam tugas-
tugas penyelenggaraan negara (Martini, 2012:17). Dalam koordinasi yang terjadi secara
hierarkis antara Kemendikbud dengan lembaga-lembaga pendidikan merupakan cerminan
berjalannya sistem birokrasi dengan baik.

Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai proses


pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah
(departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Koordinasi antar lembaga sendiri baik dari Kemendikbud kepada
lembaga pendidikan ataupun sebaliknya merupakan cerminan alur birokrasi yang baik. Salah
satu contoh komunikasi yang baik antar lembaga ini terjadi di Universitas Brawijaya.

D. Penyesuaian Sistem Pendidikan di Universitas Brawijaya

Dalam menanggapi kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, Universitas


Brawijaya sebagai lembaga pendidikan setidaknya telah mengeluarkan tiga edaran berkaitan
dengan Pandemi Covid-19. Pada Surat Edaran Rektor Nomor 3071/UN.10/HK.05.4/2020
tentang “Peningkatan Tindakan Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)”
berisi point-point yang mewajibkan seluruh kegiatan perkuliahan dilakukan secara daring
hingga akhir semester genap tahun akademik 2019/2020 melalui aplikasi daring. Langkah ini
ditempuh oleh Universitas Brawijaya dalam menyikapi peraturan pemerintah dan kebijakan
Kemendikbud dalam menanggulangi penyebaran Virus Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Budiansyah, A. (2020, Maret 16). Apa Itu Virus Corona dan Cirinya Menurut Situs WHO.
Diakses Maret 18, 2020, dari
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200316135138-37-145175/apa-itu-virus-
corona-dan-cirinya-menurut-situs-who

Handoko, T. H. (2003). Pengantar Manajemen, Yogyakarta: BPFE.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang
.Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus
Disease (COVID-19). https://jdih.kemdikbud.go.id/

Martini, R. (2012). Birokrasi dan Politik. Semarang: Undip Press.

Universitas Brawijaya. Surat Edaran Rektor Nomor 3071/UN.10/HK.05.4/2020 tentang


Peningkatan Tindakan Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).
https://ub.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai