Anda di halaman 1dari 7

Perbandingan Pelembagaan Partai Islam di Kota Palembang

(Studi Kasus: Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Persatuan Pembangunan pada
Pemilihan Umum 2019)

Oleh: Yong Irwana Indrajaya

PENDAHULUAN
Penyelenggaraan Pemilihan Umum yang dilaksanakan pada 2019 silam masih
meninggalkan beberapa permasalahan, salah satunya yang terjadi di partai dengan latar belakang
Islam yang terdapat di Kota Palembang. Mayoritas partai Islam yang terdapat di Kota Palembang
seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan
Sejahteran (PKS) mengalami peningkatan perolehan suara di daerah konstituennya. Di sisi lain,
terdapat partai Islam yang mengalami degradasi jumlah suara hingga kehilangan posisi di
legislatif daerah seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang hanya mendapatkan
perolehan satu perwakilan di legislatif. Hal tersebut menurun apabila dibandingkan dengan
Pemilihan Umum 2014 dimana PPP memperoleh dua perwakilan di Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kota Palembang.
Melalui perspektif sosiologis, permasalahan ini dapat dikaji dengan mempertanyakan
pola pemilih yang relatif mendukung seorang calon berdasarkan partainya (party identification)
atau mendukung seorang calon dikarenakan nilai yang dimilikinya (figure identification). Partai-
partai yang akan dikaji memiliki kesamaan dari segi latar belakang, yaitu partai dengan latar
belakang Islam. Umumnya, partai dengan latar belakang Islam memiliki keunggulan tersendiri
secara Identifikasi partai. Sebagai contohnya, terdapat golongan yang merupakan simpatisan
tetap partai tertentu yang konsisten mendukung salah satu partai pada setiap Pemilu. Hal ini
tercermin dari kecenderungan Muhammadiyah yang mengafisilasikan kelompoknya dengan
PAN, kemudian warga Nahdliyin yang mengafiliasikan kelompoknya dengan PKB, PPP yang
memiliki beberapa Ormas Islam sebagai patronnya, hingga PKS yang memiliki basis pendukung
yang lebih moderat dari gerakan-gerakan yang ada di Kampus. Realita tersebut menekankan
bahwa baik party identification maupun figure identification dapat melengkapi satu sama lain
dalam kontestasi politik. Dimana kelemahan suatu partai dapat ditunjang dengan calon pemimpin
yang berkualitas dan sebaliknya. Kalau dua jenis identifikasi ini menghadapi terlalu banyak
kesulitan (partainya centang-perentang dan pemimpinnya tanpa integritas) besar
kemungkinan orang tidak mau memilih, partai Islam tersebut dan mulai berfikir untuk tidak
memilih atau golongan putih (golput).
Pelembagaan partai politik berlatar belakang Islam dapat berimplikasi kepada
meningkatnya performa suatu partai, tidak terkecuali pada kasus Pemilu 2019 yang
diselenggarakan di Kota Palembang. Perubahan suara yang signifikan pada Pemilu 2019
diantaranya tercipta akibat dari pelembagaan partai politik dengan latar belakang Islam. Salah
satu partai politik Islam yang meningkat dari segi perolehan suara adalah PKS, dimana PKS
mendapatkan lima kursi pada Pemilu tahun 2019 dari yang sebelumnya hanya tiga kursi pada
Pemilu tahun 2014. Akan tetapi, selain terdapat partai berlatar belakang Islam yang berhasil
menyukseskan pelembagaan partai dengan meningkatnya kursi mereka di legislatif terdapat pula
partai yang masih belum berhasil. Partai tersebut adalah PPP, dimana pada Pemilu tahun 2014
mendapatkan dua kursi dan pada Pemilu tahun 2019 Partai Persatuan Pembangunan hanya
mendapatkan satu kursi.
Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya, tulisan ini akan mengkaji lebih dalam
bagaimana proses pelembagaan Partai Keadilan Sejahteran (PKS) dan Partai Persatuan
Pembangunan di Kota Palembang yang memiliki hasil berbeda dalam pelaksanaan pelembagaan
partainya. Secara latar belakang keduanya memiliki persamaan ideologi yaitu partai berbasis
Islam namun memiliki perbedaan pandangan dan penempatan partai dalam pemerintahan. PKS
menempatkan partainya sebagai oposisi yang bertentangan dengan pemerintah, sementara PPP
merupakan partai yang mendukung pemerintah. Lebih lanjut, terdapat perbedaan lain diantaranya
dimana PKS menganut ajaran Islam konservatif seperti halnya gerakan Ikhwanul Muslimin yang
berada di Kairo, Mesir. Sementara PPP mengimplementasikan Islam yang lebih moderat dan
nasionalis.
PENJELASAN KONSEPTUAL
Randall dan Svarsand (2002) merumuskan 4 dimensi pokok yang dapat digunakan dalam
melakukan analisis proses pelembagaan partai politik: dimensi kesisteman, dimensi identitas
nilai, dimensi otonomi dan dimensi citra publik. Dimensi yang pertama yaitu kesisteman
merujuk kepada suatu aspek internal suatu partai yang meliputi struktur organisasi dan sumber
daya manusia. Lebih lanjut, dimensi ini mendefinisikan kegunaan dan fungsi dari suatu partai
politik yang terdiri atas fungsi sosialisasi politik, kaderisasi politik, partisipasi politik, pengarah
kepentingan, komunikasi politik, hingga pengendalian dan kontrol politik.
Dimensi berikutnya adalah dimensi identitas nilai (value infusion). Berbeda dari dimensi
sebelumnya yaitu dimensi kesisteman merujuk kepada hasil dari keterkaitan antara aspek internal
dengan struktur, dimensi ini berfokus kepada keterkaitan antara aspek internal dengan kultural
dari suatu partai. Dimensi ini erat kaitannya dengan posisi suatu partai dari masyarakat
berdasarkan ideologi yang dianutnya. Oleh karena itu, dimensi ini dapat digunakan untuk
mengkaji keterikatan suatu partai dengan kelompok sosial tertentu yang ada di dalam
masyarakat. Lebih lanjut, hubungan yang tercipta dari partai ke kadernya bersifat instrumentalis
atau berdasarkan pada materi dan secara ideologis.
Dimensi ketiga yaitu dimensi otonomi, dimensi ini merujuk kepada otonomi dari partai
dalam mengambil keputusan. Seperti halnya dimensi-dimensi lainnya, dimensi otonomi memiliki
dua aspek pembentuk yang melatar belakanginya. Berbeda dengan dimensi identitas nilai,
dimensi ini hadir sebagai irisan dari apsek eksternal dengan struktural dimana dimensi
sebelumnya merupakan dimensi yang terdiri atas aspek internal dan struktural. Adapun indikator
yang mengindikasikan berhasilnya dimensi ini adalah hubungan eksternal partai dengan
pemangku kepentingan lainnya. Pemangku kepentingan tersebut antara lain: pengusaha;
pemerintah; organisasi masyarakat; dan masyarakat. Pola relasi antara partai dengan pihak
eksternal umumnya bersifat dependensi dan terdapat salah satu pihak yang mendominasi
hubungan tersebut.
Dimensi keempat yang dikemukakan oleh Randall dan Svarsand adalah dimensi citra
publik atau reification. Lebih lanjut, dimensi ini merupakan hasil irisan antara dua aspek tingkat
lanjut yaitu aspek eksternal dan kultur. Dapat dipahami bahwa aspek ini merupakan perpaduan
antara dimensi otonomi dengan dimensi identitas nilai, dimana suatu partai politik melakukan
hubungan dengan pihak eksternal dengan membawa identitasnya. Adapun indikator yang
mengindikasikan berjalannya dimensi ini adalah gambaran publik terhadap citra partai politik
tertentu dan stereotip yang mengikutnya. Misalnya, terdapat partai yang mengedepankan
nasionalisme dan kerakyataan maka berdasarkan citra tersebut publik mengingat partai tersebut
sebagai partai nasionalis kerakyatan.
PEMBAHASAN
a. Pelembagaan Partai Politik Islam di Kota Palembang
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bagaimana proses pelembagaan partai politik
dengan latar belakang Islam yang ada di Kota Palembang terkhususnya PKS dan PPP menurut
empat dimensi yang dikemukakan oleh Randall dan Svasand. Adapun tulisan ini akan mengkaji
setiap dimensi yang terdapat yaitu dimensi sistem (systemness), dimensi identitas nilai (value
infusion), otonomi spartai dalam proses pembuatan dan pengambilan keputusan (decisional
autonomy), dan dimensi citra publik terhadap partai tersebut (reification).
Dewan Pimpinan Daerah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Palembang melaksanakan
demokrasi di dalam partai, selalu berpedoman pada mekanisme prosedural yang ada. Hal ini
dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada semua anggota dan manajemen untuk
berpartisipasi dalam setiap keputusan. Tidak hanya dalam penerapan aturan partai, tetapi dalam
semua proses pembuatan kebijakan.
Oleh karena itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di kota Palembang sendiri
mengutamakan proses musyawarah ketika menyusun aturan dan merumuskan kebijakan tertentu.
Menurut prosedur yang ada, beberapa kebijakan dapat ditentukan oleh kader dan perangkat
daerah sendiri, dan beberapa harus mendapat persetujuan dan persetujuan di tingkat yang lebih
tinggi (dalam hal ini otoritas eksekutif provinsi dan nasional).
b. Proses Pelembagaan Partai Politik Islam
Jika kebijakan yang akan diputuskan tidak terlalu mendesak dan strategis, Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) di Palembang biasanya mengadakan rapat pimpinan, misalnya untuk menunjuk
kepanitiaan partai. Untuk menjamin proses demokrasi di dalam partai, selalu diupayakan untuk
mengadakan rapat konsolidasi bulanan di kantor pemerintahan daerah di tingkat kota. Untuk
kebijakan yang bersifat strategis dan mendesak, seperti penetapan daftar calon legislatif,
pengangkatan pimpinan fraksi dan panitia di DPRD, dan Penggantian Antar Waktu (PAW), dan
penetapan calon kepala daerah, biasanya melalui rapat paripurna penuh atau umum. Hasilnya
kemudian dikirim ke tingkat yang lebih tinggi untuk disetujui. Namun, dalam keadaan tertentu,
ketika merumuskan kebijakan apa pun, perlu mempertimbangkan pandangan dan usulan para
pemimpin partai.
AD/ART menyebutkan bahwa struktur kepengurusan partai dalam pasal ini dilengkapi
dengan dewan penasehat partai, meskipun bukan berarti dewan penasehat ini memiliki
kekuasaan utama pembuat kebijakan, tetapi terbatas pada pengusulan. Dewan Pimpinan Daerah
Provinsi dan Pusat masih cenderung mencampuri kebijakan tertentu yang diambil oleh pimpinan
kota dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sedang berkembang di Palembang. Karena
praktik saat ini di dalam partai, perlu untuk berkonsultasi dengan beberapa politisi strategis atau
melaporkannya ke tingkat yang lebih tinggi untuk persetujuan dan persetujuan. Baik dalam
penetapan daftar calon anggota legislatif, penetapan pimpinan fraksi di Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, maupun dalam penggantian sementara, ataupun dalam penetapan calon kepala
daerah dan persetujuan, jika sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam prosedur organisasi.
Apalagi, segelintir elite partai terus mendominasi pelaksanaan undang-undang dan kebijakan,
terutama dalam hal kepemimpinan partai. Meski mekanisme konsultasi tetap didukung,
kepentingan elite partai masih sering dikaitkan dengan kebijakan tertentu. Apalagi keterlibatan
dan pendelegasian wewenang kepada berbagai pengurus yang belum ada.
Jadi pimpinan yang ada terkadang hanya menerima instruksi saat mengambil keputusan.
Artinya, pedoman yang ada belum dioptimalkan untuk inovasi perangkat lunak di bidangnya
masing-masing. Di jantung PKS adalah demokrasi internal yang disebut undang-undang
pengelolaan majelis dalam hal pengambilan keputusan, serta PKS yang terdiri dari dewan dewan,
dewan eksekutif pusat, dewan penasihat, dewan daerah, dan sebuah dewan daerah. Bagaimana
jadinya di tubuh PKS, ketika terjadi bentrok antara Sohibul Iman (presiden PKS) dan Fahri
Hamzah (wakil presiden DPR-RI 2014-2019), dikeluarkan dari struktur partai PKS ketika
masyarakat didirikan organisasi Garbi (Gerakan Arah Baru Indonesia), kemudian direorganisasi
menjadi Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Partai Gelora Indonesia), dan juga mempengaruhi
DPD PKS Palembang, dengan beberapa anggota struktur utama PKS bergabung ke Partai Gelora
Indonesia seperti kepala departemen pengembangan personalia PKS, pindah ke Partai Gelora
Indonesia.

c. Kaderisasi dan Pelembagaan Partai


Kriteria pengangkatan anggota dan pengurus internal diatur oleh AD/ART partai. Pria
dan wanita pada tahun 1706. Jumlah gubernur dari Partai Yudisial yang berkembang pesat di
Palembang selama periode 2010-2015. Terdiri dari ketua, wakil presiden, presiden dan
bendahara dan dibagi menjadi delapan bidang: bidang kebangkitan dan bidang masyarakat.
Pengembangan, penelitian dan olahraga, pemuda dan profesi, perempuan, pengembangan
ekonomi kewirausahaan, lembaga sosial, kebijakan publik. Partai Keadilan Sejahtera adalah
partai eksekutif dan inti kekuasaan partai terletak pada pejabat eksekutifnya. Menurut Pasal 9
Bab IV AD-ART PKS, semua warga negara Indonesia dapat menjadi anggota partai sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
Partai Keadilan Sejahtera yang berkembang dengan pesat di Palembang antara tahun
2010-2015 ini memiliki 121 pimpinan, antara lain 6 anggota Dewan Pertimbangan Daerah, 7
anggota Dewan Syariah Daerah, dan 109 daerah. Ini termasuk komite administrasi dan 7
departemen dan 12 departemen. Keadilan dan kemakmuran dan 16 pusat data sudah mapan,
namun struktur DPR belum terbentuk. PKS mempertahankan pengurus dengan menjaga
hubungan dengan anggota dan empati. Artinya, sesuai dengan anggaran rumah tangga
(AD/ART) berikut, mereka menjaga hubungan dengan layanan suportif (saling mendukung
dengan memberikan materi) seperti acara membaca rutin mingguan yang disebut liqo atau
khalaqohdan, hingga pengembangan karir dan pelatihan dari perspektif pemimpin partai.
Randall dan Swasand (2002) mengemukakan bahwa pengenalan nilai mengacu pada
keadaan di mana anggota partai dan anggota dalam suatu partai dapat mengidentifikasi dan
berpartisipasi dalam partai tersebut. Landasan yang jelas bagi keberhasilan suatu partai dalam
membangun nilai-nilai idealis dan identitas gerakan di antara para anggotanya mempengaruhi
kepatuhan para pendukungnya untuk memperjuangkan partainya. Anggota-anggota ini selalu
berjuang sesuai dengan identitas, ideologi, dan platform partai. Konsekuensi selanjutnya dari
perkembangan nilai juga mempengaruhi jangkauan pandangan dan sikap terhadap diri sendiri
dan lingkungan. Suatu partai dianggap terlembaga jika memiliki basis pendukung yang loyal,
dan dukungan anggotanya bukan merupakan faktor penting dan diperhitungkan karena arah
politiknya mengikuti idealisme dan platform partai.
KESIMPULAN
Berdasarkan problematika dan dinamika pelembagaan partai politik dengan latar
belakang Islam terkhususnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) yang terdapat di Kota Palembang yang telah dikaji pada bagian
sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Palembang
Implementasi dan pelembagaan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Palembang
dapat diklasifikasikan memenuhi empat dimensi utama yang dikemukakan oleh Randall dan
Svasand yaitu dimensi sistem (systemness), dimensi identitas nilai (value infusion), otonomi
spartai dalam proses pembuatan dan pengambilan keputusan (decisional autonomy), dan dimensi
citra publik terhadap partai tersebut (reification). Hal tersebut tercermin dari keberhasilan PKS
dalam mempertahankan citranya dalam masyarakat dan menjaga perolehan suara dan kursinya
dalam Pemilu terlepas dari konflik internal yang dialaminya. PKS dapat mempertahankan proses
kaderisasinya secara baik mulai dari tingkat terbawah hingga teratas partai, baik kaderisasi untuk
pengurus partai ataupun calon legislatifnya.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kota Palembang
Berbeda dengan pelembagaan yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di
Kota Palembang, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) belum terimplementasi dengan baik.
Keempat dimensi pelembagaan yang dikemukakan oleh Randall dan Svasand masih belum dapat
diterapkan dengan baik. Pernyataan tersebut dibuktikan dari menurunya antusiasme pendukung
PPP yang tercermin dari konflik internal yang melahirkan dualisme di dalam partai hingga
berkurangnya kursi PPP di legislatif. Akan tetapi, PPP masih menjalankan proses kaderisasi
dengan baik untuk pengurus ataupun calon legislatif.
DAFTAR PUSTAKA

Putra, A. P., Norhuda, N., & Adytyas, N. O. (2021). Institusionalisasi Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Kota Palembang. Ampera: A
Research Journal on Politics and Islamic Civilization, 2(1), 25-39.
Randall, Vicky dan Lars, Svasand. (2002). Party Institutionalisation in New
Democracies. Party Politics, 34 (1)
Rozak, M. (2016). Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera (Studi Etnografi
Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan).
Setiadi, F. (2019). Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Kendal tahun
2014-2019 (Doctoral dissertation, UIN Walisongo).
Suryana, N., Ardiansyah, A. G., & Manan, F. (2020). Pelembagaan Partai Politik: Studi
Pada Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Bandung Tahun 2019. Jurnal Civic Hukum, 5(1),
52-61.

Anda mungkin juga menyukai