Ponorogo (ponorogo.bawaslu.go.id) Dalam Tadarus Pengawasan Bawaslu RI (5/5), Sri Budi Eko
Wardani dari Universitas Indonesia mengemukakan bahwa kampanye Pilkada masih acap kali
diwarnai dengan hal-hal yang mengarah pada sikap primordialisme yang mengedepankan kesamaan
etnis, suku dan agama, menurutnya hal tersebut dapat mengancam dan membahayakan
keberagaman sebagai bangsa.
“Permasalahan-permasalahan seperti ditemukannya konten yang mengandung unsur SARA yang
kerap terjadi dalam Pilkada ataupun Pemilu sudah mendekati level yang serius yang mampu
mempengaruhi indeks kerawanan Pemilu disejumlah daerah serta memicu tren rentan pada tindak
kerawanan.” Ungkapnya di akun youtube Bawaslu RI.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan banyaknya ulasan mengenai pilkada langsung yang perlu untuk
dievaluasi, diantaranya mengenai pandangan yang lebih melihat pilkada dari sisi penggunaan dana,
yang mengkerdilkan partisipasi politik yang sudah terbangun saat ini.
“Ada dua tujuan pilkada langsung, yang pertama bertujuan membangun tata kelola politik yang lebih
demoktaris yaitu mengacu pada relasi antara kandidat dengan pemilih pada masa pra-pemilu-
pemilu-pasca pemilu sehingga terbangunnya akuntabilitas politik. Serta yang kedua perubahan tata
kelola pemerintahan (Good Governounce) dan Pemerintahan yan demokratis (Democratic
Governounce).” Katanya.
Disisi lain Sri Budi Eko Wardani juga mengungkapkan juga terdapat Isu krusial yang berpengaruh
besar adalah dalam praktik kampanye yang didominasi oleh kepentingan kandidat yang bersifat
sporadis dan transaksional.
Untuk itu mbak dhani (sapaan akrabnya) menyarankan adanya pendidikan politik oleh
Penyelenggara Pemilihan dalam memaksimalkan kegiatan kampanye pilkada yang lebih patisipatik.
Kelembagaan Partai Politik Dan Pengawasan Pemilu
Sementara Ferry Daud Liando dari Universitas Sam Ratulangi saat membawakan tema “Kelembagaan
Partai Politik dan Pengawasan Pemilu” dalam kesempatan yang sama mengungkapkan aktor-aktor
pemerintahan merupakan instrument yang penting dalam menentukan perkembangan dan inovasi
pemerintahan suatu daerah.
Untuk itu menurutnya dalam dalam poses pemilihan calon Kepala Daerah tersebut diperlukan
peraturan Pemilihan yang lebih ketat serta Partai Politik lebih professional dan selektif dalam
merekrut calon pengurus dan kader partai,
“Sudah terbuka kah partai politik dalam melakukan penjaringan, dan apakah partai politik
melakukan rekrutmen sudah sesuai dengan peran dan fungsi kaderisasi.” Kata Ferry.
Ferry pun merekomendasikan beberapa catatan diantaranya revisi terhadap Undang-undang Partai
Politik. “Revisi materi dalam UU partai politik dalam hal ini lebih ditekankan pada fungsi parpol dan
pengadaan sanksi bagi parpol yang tidak melakukan fungsi parpol.” Terangnya.
Dirinya juga menyarankan pada pembenahan dan penguatan kelembagaan partai politik, melakukan
program akreditasi kepada parpol dalam meyakinkan kinerjanya serta jika memungkinkan UU Parpol
dapat diintegrasikan ke dalam UU Pemilihan Umum.
Editor : Adetyas, Foto : Muchtar.