Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KAPITA SELEKTA PEMERINTAHAN

“STRATEGI KPU KABUPATEN MUARO JAMBI DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI


POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILU 2019”

Oleh:

M.DONI SAPUTRA
(105200024)

Dosen Pengampu:

SUHENDRA, S.T., M.Sc.

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SYAIFUDIN JAMBI

1444 H / 2023
BAB I

A. Latar belakang

Tipologi Partisipasi Politik


A.Rahman H.I (2007: 288) menyatakan bahwa secara umum tipologi partisipasi
sebagai kegiatan dibedakan menjadi:
1) Partisipasi aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input dan
output.
2) Partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output, dalam
arti hanya menaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan saja
setiap keputusan pemerintah,
3) Golongan putih (golput) atau kelompok pemilih yang apatis, karena
menganggap sistem politik yang ada menyimpang dari yang dicita-citakan.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa orientasi partisipasi politik aktif
terletak pada input dan output politik.

Sedangkan partsipasi pasif terletak pada outputnya saja. Selain itu juga ada
anggapan masyarakat dari sistem politik yang ada dinilai menyimpang dari
apa yang dicita-citakan sehingga lebih menjurus kedalam partisipasi politik
yang apatis. Pemberian suara dalam piwakotmerupakan salah satu wujud
partisipasi dalam politik yang terbiasa. Kegiatan ini walaupun hanya
pemberian suara, namun juga menyangkut semboyan yang diberikan dalam
kampanye, bekerja dalam membantu pemilihan, membantu tempat
pemungutan suara dan lain-lain. Partisipasi politik juga dapat dikategorikan
berdasarkan jumlah pelaku yaitu individual dan kolektif. Individual yakni
seseorang yang menulis surat berisi tuntutan atau keluhan kepada
pemerintah. (Rizal, 2020)

Bentuk Partisipasi Politik


Paige dalam Cholisin (2007:153) merujuk pada tinggi rendahnya kesadaran politik
dan kepercayaan pemerintah (sistem politik menjadi empat tipe yaitu partisipasi
aktif, partisipasi apatis, partisipasi militan radikal , dan partisipasi pasif. Partisipasi
aktif, yaitu apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada
pemerintah tinggi. Sebaliknya jika kesadaran politik dan kepercayaan kepada
pemerintah rendah maka partisipasi politiknya cenderung pasif-tertekan (apatis).
Partisipasi militan radikal terjadi apabila kesadaran politik tinggi tetap kepercayaan
kepada pemerintah sangat rendah. Dan apabila kesadaran politik sangat rendah
tetapi kepercayaan terhadap pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut
tidak aktif (pasif).
Pemilihan Umum (pemilu) merupakan suatu lembaga sekaligus praktik politik
yang memungkinkan untuk terbentuknya suatu pemerintahan perwakilan
(representative government). Pemilihan Umum juga disebut dengan arena ‘political
market’ yang berarti bahwa pemilu menjadi tempat individu/masyarakat untuk
berinteraksi dan melakukan kontrak sosial dengan para peserta pemilu. Secara
operasional para ahli memberikan pandangan yang berbeda-beda terhadap
pengertian dari pemilu ini. Hal tersebut terlihat dari definisi yang diungkapkan oleh
Umaruddin Masdar yang mengartikan pemilu dari sudut pandang teknis pelayanan
nya. Umarudiin Masdar mengungkapkan bahwa pengertian Pemilu adalah
pemberian suara oleh rakyat melalui pencoblosan tanda gambar untuk memilih
wakil-wakil rakyat. Lebih luas dari definisi tersebut, Andrew Reynolds menyatakan
bahwa pemilu adalah metode yang di dalam nya suara-suara yang di peroleh dalam
pemilihan diterjemahkan menjadi kursi-kursi yang dimenangkan dalam parlemen
oleh partai-partai dan para kandidat. (Ilham, 2015)

Penyelenggara pemilu harus independen dan bersifat netral serta tidak boleh
memihak. Penyelenggaraan pemilu yaitu lembaga yang menyelenggarakan pemilu
terdiri atas Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
sebagai suatu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsug oleh rakyat untuk memilih
gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tinggi rendah nya partisipasi politik adalah kesadaran politik dan
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah atau wakil rakyat. Kesadaran politik
adalah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Sikap dan
kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah
dapat dipercaya dan dipengaruhi atau tidak. Tinggi rendahnya kedua faktor tersebut
apabila masyarakat memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah
yang tinggi, partisipasi cenderung aktif. Sebaliknya jika kesadaran politik dan
kepercayaan kepada pemerintah rendah, partisipasi politik cenderung pasif (apatis).
(Subakti, 2010)

Kategori pemilih pemula adalah warga Negara yang baru pertama kali akan
menggunakan hak pilihnya didalam kegiatan pemilu, mereka bisa berasal dari Warga
Negara Indonesia (WNI) yang genap berusia 17 tahun atau belum 17 tahun tetapi
sudah pernah menikah, Dan tertulis di dalam Undang-Undang Republik IIndonesia
Nomor 7 Tahun 2017 pada pasal 348 bahwa pemilih yang berhak mengikuti
pemungutan suara di TPS meliputi :

a) Pemilik kartu tanda penduduk elektronik yang terdaftar pada daftar


pemilih tetap di TPS yang bersangkutan
b) Pemilik kartu tanda elektronik yang terdaftar pada daftar pemilih
tambahan
c) Pemilik kartu tanda penduduk elektroniik yang tidak terdaftar pada
daftar pemilih tetap dan daftar pemilih tambahan; dan
d) Penduduk yang telah memiliki hak pilih

Pemilih pemula pada pemilu adalah generasi baru pemilih dan memiliki sifat dan
karakter, latar belakang, pengalaman, tantangan berbeda dengan para pemilih di
generasi yang sudah pernah memiliki pengalaman memilih. Banyak diantara mereka
berasal dari kalangan pelajar. Kelompok ini sangat tersentuh kemajuan teknologi
informasi, merekam menggunakan alat-alat teknologi canggih dengan baik, mulai
dari telepon genggam, laptop dan barang elektronik lain nya yang dapat mengakses
internet. Mereka sangat terbuka untuk mempelajari hal-hal yang baru, krisis, dan
juga mandiri. Perbedaan sifat dan karakter, latar belakang, pengalaman dan
tantangan para pemilih pemula didalam pemilu perlu dipahami dengan baik,
terutama untuk mempersiapakan pemilih pemula yang cerdas, kritis dan
berorientasi masa depan. (Wardhani, 2018)

Pemilih pemula lebih mudah dipengaruhi oleh oknum yang memiliki


kepentingan-kepentingan tertentu. terutama oleh orang terdekat, seperti anggota
keluarga mulai dari orangtua hingga kerabat dan ini dapat juga disebabkan karena
masih kurangnya minat pemilih pemula untuk mengikuti penjelasan-penjelasan yang
disampaikan oleh KPU selaku penyelenggara untuk mendorong minat partisipasi
politik pemilih pemula. Karena jika tanpa pendidikan politik hal yang dikhawatirkan
adalah pemiih pemula tidak dapat membedakan berita berita yang mereka lihat di
media sosial itu fakta atau hanya hoax.

Kita tahu bahwa dikalangan masyarakat sekarang tidak bisa lepas


dariteknologi, informasi dan komunikasi maka karena itulah penyelenggara pemilu
sebaiknya memberikan perhatian lebih terhadap pemilih pemula dalam memberikan
pendidikan politik dengan cara memanfaatkan teknologi, informasi dan komunikasi
tersebut untuk meningkatkan partisipasi mereka dan tidak termasuk kedalam
pemilih golongan putih. Potensi masyarakat yang tidak memilih atau golput pada
pemilu 2019 diprediksi masih akan tinggi. Mereka yang tidak menggunakan haknya
untuk memilih diprediksi akan didominasi oleh pemilih pemula. selain tidak
mengenal tugas dan kewajiban wakil rakyat. Pemilih pemula juga dinilai tidak terlalu
mengerti pentingnya memilih pemimpin.

Perilaku pemilih pemula juga sangat mempengaruhi tinggi rendah nya partisipasi
politik pemilih pemula. Dalam kegiatan untuk menganalisis bagaimana perilaku
pemilih pemula terdapat 3 pendekatan yang dapat dipergunakan didalamnya, yaitu:

1. Pendekatan Sosiologis
Dasar dari pendekatan ini terdapat pada penjelasan mengenai karateristik-
karakteristik sosial layaknya pendidikan, pekerjaan, dan kelompok sosial layaknya
agama, wilayah, usia, jenis kelamin yang memiliki pengaruh dalam penentuan
perilaku dari para pemilih

2. Pendekatan Psiologis
Pendekatan psikologis yang sering disebut sebagai pendekatan michigan.
Pendekatan ini menempatkan individu sebagai pusat perhatian. Persepsi dan
penilaian pribadi terhadap kandidat atau partai politik dan tema-tema yang
diangkat (pengaruh jangka pendek) sangat berpengaruh atas pilihan politiknya
pada pemilu

3. Pendekatan Rasional
Pemilih yang rasional adalah hanya enuruti kepentingan dirinya sendiri kalaupun
tidak akan senantiasa mendahulukan kepentingannya sendiri diatas kepentingan
orang lain
Pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk
kalkulasi untung dan rugi. Yang dipertimbangkan tidak hanya “ongkos” memilih
dan kemungkinan suaranya dapat memengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi ini
digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih
sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah. Bagi pemilih, pertimbangan
untung dan rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai atau
kandidat yang dipilih, terutama untuk membuat keputusan apakah ikut memilih
atau tidak ikut memilih. (Maharani, 2019)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang diatas, maka dapat di identifikasikan permasalahan


sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi yang dilakukan komisi pemilihan umum Kabupaten Muaro


Jambi dalam meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula pada pemilu 2019 ?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Untuk menganalisis strategi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum


Kabupaten Muaro Jambi dalam meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula pada
pemilu 2019.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan pemahaman bagi


masyarakat luas tentang peningkatan partisipasi politik pemilih pemula pada
Pemilihan Umum.

2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan wawasan mengenai peran panitia


pemungutan suara (PPS) dan tokoh masyarakat dalam melakukan sosialisasi untuk
meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula pada pemilihan umum tahun 2019.

3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman untuk penelitian berikutnya yang
sejenis.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang bagaimana upaya Komisi pemilihan Umum Kabupaten Muaro
Jambi dalam meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula.

2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan memberikan wawasan dan


informasi tentang penting nya ikut dalam berpartisipasi pada pemilihan umum 2019.

3. Bagi instansi terkait Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Muaro Jambi, sebagai
upaya mengajak masyarakat berpartisipasi pada pemilihan umum secara langsung
melaui pendekatan pendidikan politik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peranan dan strategi KPU Kabupaten Muaro jambi dalam meningkatkan


partisipasi politik pemilih pemula.

Sebuah negara demokrasi, partisipasi merupakan sesuatu yang sangat


diperlukan dalam membangun sebuah pemerintahan yang akuntabel, transparan
dan responsive pada kebutuhan masyarakat. Jika sebuah partisipasi tidak ada pada
suatu negara, maka akan dapat menciptakan sebuah pemimpin yang otoriter serta
rentan akan korupsi yang merugikan masyarakat dan negara itu sendiri. Partisipasi
memberikan sebuah ruang bagi rakyat untuk menganalisa dan memahami hak
mereka sendiri serta hal yang mereka butuhkan, mengembangkan potensi dan
inisiaif lokal, dan membangun masyarakat yang mandiri.

Peran yang merupakan suatu komponen sebuah sistem dalam kehidupan


sosial yang mana dapat diartikan sebagai suatu pola yang dikehendaki dalam suatu
kegiatan yang mana seseorang atau lembaga memiliki sebuah posisi tertentu guna
melakukan hal tersebut. Dalam melaksanakan sebuah peran, jika terdapat suatu hal
yang tidak konsisten antara prilaku atau sikap dan juga tidakan, maka akan
mengakibatkan tidak terlaksananya peran tersebut dengan baik. (Syahri, 2018)

Mengenai peran KPU dalam melakukan sosialisasi dan pembentukan relawan


demokrasi dalam pelaksanaan pemilu di Muaro Jambi, dapat dilihat pada penjelasan
berikut:

1. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan suatu sebuah proses aktivitas belajar yang dilakukan


oleh seseorang untuk melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu berdasarkan pada
satu acuan yang diakui secara umum. Hal tersebut dilakukan agar dapat mencapai
salah satu tujuan sosialisasi itu sendiri yakni dapat meningkatkan partisipasi pemilih
dalam pemilihan. Terlebih dengan adanya pandemi yang melanda, tentu berbagai
keperluan harus disiapkan dan tahapan pelaksanaan pilkada juga sangat berbeda
sehingga peningkatan sosialisasi terhadap pilkada ini sangat perlu ditingkatkan agar
dapat menjadi lebih intens sehingga partisipasi pemilih menjadi menurun. Sosialisasi
pemilihan sendiri, memiliki beberapa tujuan yakni:

a) Memberikan informasi secara meluas kepada masyarakat tentang teknis dalam


pemilihan umum yang dilakukan.

b) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak


dan kewajiban dalam pemilihan serta memberikan pendidikan politik agar
tercapainya pemilu yang baik dan demokratis.

c) Meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilihan.


Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwasanya dalam melakukan
kegiatan sosialisasi, sebagai salah satu peran KPU Muaro Jambi dalam meningkatkan
partisipasi pemilu, KPU juga terjun langsung kelapangan namun dengan protokol
kesehatan dengan membentuk tim sosialisasi agar kegiatan yang dilakukan dapat
tersebar hingga ke pelosok daerah yang mana kegiatan tersebut dilakukan dengan
menggunakan protokol kesehatan sehingga penyebaran Covid-19 tidak menjadi
masalah baru dalam pelaksanaan pemilu.

Secara keseluruhan menurut analisis penulis sosialisasi sebagai salah satu


peran KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilu yang mana berbentuk interaksi
sosial kepada masyarakat agar dapat mengetahui cara dalam memberikan
pemahaman kepada masyarakat serta mengetahui sikap, reaksi dan umpan balik
masyarakat terhadap lingkungannya. Sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) kepadamasyarakat luas memiliki tujuan tertentu yakni agar
masyarakat dapat berpartisipasi dalam pemilihan umum yang akan dilakukan dengan
cara memberikan sejumlah informasi terkait dengan pemilihan umum baik jadwal
pelaksanaan, tahapan, teknis dan sebagainya serta memberikan informasi terkait
pentingnya pemilihan umum bagi satu wilayah kedepannya. Hal terseut dikarenakan
penggunaan hak pilih oleh masyarakat sangat menentukan terpilihnya satu
pemimpin diwilayahnya untuk 5 tahun kedepan sehingga masyarakat dapat
menentukan sendiri pemimpin yang ia inginkan selain itu juga memberikan
pendidikan politik bagi masyarakat agar dapat mewujudkan pemilihan yang
demokratis. Meski dilaksanakan di masa covid-19 serta partisipai pemilih yang juga
tentunya diharapkan meningkat. Hal tersebut tentu akan dapat dicapai jika pihak
yang memiliki wewenang melakukan perannya dengan baik dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat. Dan peran yang KPU dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dapat dikatakan terlaksana dengan cukup baik yang terbukti dengan
data peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemilihak kepala daerah di
Kabupaten Muaro Jambi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas pada penulisan ini maka dapat ditarik kesimpulan
yakni:

1. Peran KPU dalam peningkatan partisipasi pemilih pada pemilu 2019 di Muaro
Jambi yakni: a) Sosialisasi yang mana sosialisasi dilakukan dengan cara terjun
langsung ke masyarakat dengan menyampaikan materi mengenai pemilihan serta
informasi mengenai pemilihan dan pendidikan politik kepada masyarakat akan
pentingnya partisipasi mereka dalam pemilkada untuk daerah mereka. Selain
bertemu langsung dengan masyarakat, sosialisasi juga dilakukan dengan
memanfaatkan sosial media dan alat peraga lain seperti spanduk dan sebagainya.

B. Saran

Dari pembahasan diatas maka dalam makalah ini penulis mengemukakan


beberapa saran sebagai berikut berikut:

1. Bagi Masyarakat agar dapat lebih memahami arti penting dari keikutsertaan dalam
politik sebagai bagian dari demokrasi dan salah satu cara untuk dapat berpartisipasi
dalam memajukan daerah.

2. Bagi KPU agar meningkatkan tingkat sosialisasi yang lebih intens kepada daerah
daerah yang dinilai memiliki partisipasi yang buruk atau bahkan mengalami
penurunan dengan mengacu pada data partisipasi pilkada sebelumnya agar tingkat
partisipasi pemilih dapat menjadi lebih merata pada setiap pemilihannya.

3. Bagi akademis dan penelitian selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian


ini menjadi lebih luas baik dengan menambahkan variabel atau dengan mengulik
lebih dalam mengenai nilai sosialisasi ataupun cara dan tahapan dalam melakukan
sosialisasi pemilih pada pilkada. Penelitian ini juga dapat digunakan sebaga bahan
referensi ataupunn landasan dalam melakukan penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ilham, M. L. (2015). Partai Politik Dan Sistem Pemilihan Umum Di Indonesia, 51.

Maharani, D. (2019). Perilaku Pemilih Pemula Putus Sekolah Dalam Pemilihan Umum Tahun
2019, 7.

Rizal, A. D. (2020). Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu, 4.

Subakti, R. (2010). Memahami Ilmu Politik, 184.

Syahri, M. (2018). Peran Dan Wewenang Majelis Tuha Peut Dalam Membuat Kebijakan
Partai Aceh, 7-8.

Wardhani, P. S. (2018). Partisipasi Politik Pemilu Pemula Dalam Pemilihan Umum, 58.

Anda mungkin juga menyukai