Anda di halaman 1dari 3

Nama: M.

Doni Saputra

Nim: 105200024

Kelas: 5A Ilmu Pemerintahan

Mata Kuliah: Hukum Administrasi Negara

Legal Opinion

Sanksi-sanksi dalam Hukum Administrasi Negara berkenaan dengan karakteristik dan


kompetensi PTUN

 Duduk Perkara
Setelah mendapatkan informasi, maka konsultan hukum harus mampu mengidentifikasi
duduk perkara apa yang sebenarnya terjadi terkait dengan sanksi dalam hukum
administrasi negara terkait peradilan tata usaha negara maka diringkas dalam kalimat
pokok sebagai berikut:
Arah paradigma pelayanan publik dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan
telah berubah haluan 180 derajat, terutama berkaitan dengan alih teknologi yang
semakin cepat, menuntut dibukanya ruang akses informasi seluas-luasnya. Tugas-tugas
pemerintahan yang semakin kompleks, baik mengenai sifat pekerjaannya, jenis tugasnya
maupun mengenai orang-orang yang melaksanakannya. Adanya kebutuhan dalam
penetapan standar layanan minimal dalam penyelenggaraan administrasi negara sehari-
hari dan kebutuhan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat
sebagai pengguna layanan yang diberikan oleh pelaksana administrasi negara. Hal-hal
tersebut menuntut aturan-aturan baru yang dapat mengakomodir, menjadi landasan
hukum bertindak setiap aparatur administrasi pemerintah. Adanya tumpang tindih
kewenangan yang sering kali terjadi di antara Badan atau Pejabat Administrasi Negara.
Hal ini berefek pada bertambahnya ruang lingkup obyek gugatan yang dapat diajukan ke
PTUN. Ruang lingkup sumber terbitnya KTUN yang berpotensi menjadi sengketa di PTUN
juga semakin luas karena disebutkan dalam Pasal 87, Keputusan Badan dan/atau
Pejabat TUN di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan penyelenggara negara
lainnya. Sementara UU PERATUN masih mengandung konsep yang lebih rigid dan
sempit.
 Dasar Hukum:
Berdasarkan pokok perkara tersebut, sebagai konsultan hukum setelah melakukan
penelusuran akhirnya ditemukan dasar hukum yang berkaitan dengan kasus di atas,
yakni:
Sumber hukum materil dalam sebuah pengujian Keputusan Tata Usaha Negara juga
belum terakomodir melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. UU AP akan mempermudah para
hakim di Pengadilan Tata Usaha Negara dalam menguji sebuah sengketa administrasi
karena dapat menjadi sumber hukum materil dalam suatu pengujian Keputusan Tata
Usaha Negara.
Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara menyatakan jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak
mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan
keputusan yang dimaksud. Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan dalam hal peraturan perundangan-
undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimanya
permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan dianggap telah
mengeluarkan keputusan penolakan.
 Legal Opinion:
Keputusan Badan dan/atau Pejabat TUN di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
penyelenggara negara lainnya dalam UU AP memperluas sumber terbitnya KTUN yang
berpotensi menjadi sengketa di PTUN. Selama ini berdasarkan Pasal 2 huruf e UU PTUN, hanya
terdapat satu sumber KTUN yang dikecualikan yakni KTUN mengenai tata usaha Tentara
Nasional Indonesia. Pada perkembangannya, tata usaha TNI saat ini sepenuhnya berada di
lingkungan eksekutif, baik yang dikoordinasikan melalui Kementerian Pertahanan maupun
Markas Besar TNI di bawah komando Panglima TNI. Terlebih lagi belum adanya wadah untuk
mengakomodir sengketa tata usaha militer. Pengadilan Tata Usaha Militer sampai saat ini belum
berfungsi sebagaimana mestinya.
Berdasarkan pasal 53 ayat (2) UU PTUN, makna menimbulkan akibat hukum dapat ditelusuri
oleh adanya kerugian hukum. Dalam pengujian sengketa, Hakim PTUN dalam mengonstruksi
kerugian hukum berdasarkan adanya fakta kerugian hukum yang langsung, berdasarkan asas
kausalitas dan menimbulkan kerugian yang nyata. Adanya kerugian langsung dan nyata dapat
ditelusuri apabila KTUN yang dipersoalkan tersebut memiliki hubungan hukum dengan orang
atau badan hukum perdata. Namun dengan adanya klausul “berpotensi menimbulkan akibat
hukum” menyebabkan adanya perluasan makna terhadap legal standing orang atau badan
hukum perdata yang akan menggugat di PTUN yang kerugiannya belum nyata sekalipun telah
dapat digugat di PTUN.
 Kesimpulan:
Berdasarkan analisis tersebut di atas, kemudian konsultan hukum memberikan kesimpulan
sebagai berikut:
Implikasi UU AP terhadap perubahan sistem Peradilan Tata Usaha Negara sangat signifikan.
Dimulai dari definisi KTUN yang diperluas, Diskresi juga diatur sebagai salah satu obyek gugatan
di PTUN. Ruang lingkup sumber terbitnya KTUN yang berpotensi menjadi sengketa di PTUN juga
semakin luas, yakni termasuk KTUN yang dikeluarkan di lingkungan TNI. Pengajuan gugatan yang
harus segera mendapatkan respon karena bila tidak mendapatkan respon maka gugatan akan
dianggap diterima. Hukum acara Peradilan TUN yang harus mengakomodir perkembangan
teknologi dan informatika, dimana permohonan gugatan, pemanggilan, penyampaian putusan
dapat dilakukan melalui media elektronik.
Dalam ketentuan peralihan UU AP disebutkan mengenai peraturan pelaksanaan harus
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak UU AP tersebut diundangkan. Namun
untuk materi-materi yang sudah jelas, sebaiknya segera dituangkan dalam perubahan UU PTUN
yang tidak harmonis lagi dengan UU AP yang baru. UU PTUN dituntut untuk menyesuaikan
dengan perkembangan hukum yang ada. Reformasi Administrasi Negara ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan Reformasi demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai