Anda di halaman 1dari 3

URGENSI PENDIDIKAN POLITIK TERHADAP GENERASI MILLENIAL

Dalam menghadapi pemilu dan pilkada pada 2024 mendatang. Setiap generasi muda yang kita kenal
dengan sebutan kaum millenial, perlu ada modal pengetahuan tentang politik. Salah satunya dengan
cara memberikan pendidikan politik. Seperti yang kita ketahui bahwa generasi milenial saat ini lebih
cenderung kurang tertarik, terutama memberikan partisipasi dalam politik. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik pada bulan Februari 2022 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang berusia 15-19
tahun sebanyak 22.176.543 jiwa dan yang berusia 20-24 tahun sebanyak 22.520.014 jiwa. Tentu ini
sudah membuktikan bahwa anak muda semakin bertambah dan semakin meningkat.

https://www.bps.go.id/indicator/6/715/1/jumlah-penduduk-usia-15-tahun-ke-atas-menurut-golongan-
umur.html

Pentingnya pendidikan politik ini tujuannya untuk membentuk kesadaran terhadap masyarakat (kaum
millenial) tentang hak dan kewajibannya sesuai dengan konstitusi. Ini penting agar mereka memahami
peran dan fungsi politik dalam penyelenggaraan pemerintahan. "Segala keputusan mulai pembangunan,
perekonomian dan lainnya itu tergantung dari politik. Ini perlu dipahami generasi millenial sampai yang
ada di pelosok-pelosok desa sekalipun"

Dengan adanya edukasi politik ini berupaya agar generasi millenial bisa menjadi pemilih cerdas dalam
pesta demokrasi, terutama bagi mahasiswa yang dikenal dengan "insan intelektual" dimana mereka
mampu menentukan pilihan berdasarkan kapasitas calon kepala daerah dan legislator yang ada. Anak
muda zaman sekarang tentu sangat paham dengan teknologi maka diharapkan sebagai generasi penerus
bangsa generasi millenial bisa memanfaatkan teknologi tersebut dengan sebaik mungkin apalagi
mengenai isu politik yang sedang hangat hangat nya diperbincangkan, harus peka dengan keadaan dan
tentunya harus mempunyai strategi menghadapi pro dan kontra tersebut.

Pendidikan politik sudah bisa disosialisasikan sejak masih muda terutama anak-anak yang baru lulus
sekolah (SMA sederajat) yang berperan sebagai pemilih pemula, itu memang harus diedukasi.
Bagaimana caranya memilih, maaf bukan hanya karena money politic atau ikut ikutan karena seperti
yang saya lihat tiap sebelum adanya pemilu kebiasaan anak muda hanya ikut ikutan, bisa jadi karena
yang mencalonkan adalah keluarga sendiri bahkan tidak melihat lagi bagaimana visi & misi tiap Paslon.
Perspektif mereka harus bisa berdasarkan kapasitas calon yang ada," Saat ini banyak generasi millenial
yang belum memahami peran dan fungsi politik secara utuh. Sehingga, perlu ada pihak yang
memberikan edukasi ke mereka. Disini peran pemerintah sangat diharapkan bisa memenuhi kebutuhan
para kaum muda agar tetap peka dengan politik dan sadar dengan fungsi dan kewajiban sebagai warga
negara.

Generasi milenial sering dianggap tidak peduli terhadap partisipasi politik. Hal tersebut berdasarkan
data laporan EACEA pada tahun 2012 yang memaparkan bahwa generasi milenial sangat sedikit yang
mau terlibat langsung dalam partai politik dan mereka juga cenderung menjadi bagian orang yang
bahkan tidak terlibat sama sekali dengan tidak menggunakan hak pilihnya.

Education, Audiovisual and Culture Executive Agency, 2012.

Generasi milenial sebagai salah satu masyarakat atau pemilih pemula berperan sebagai kontrol terhadap
jalannya politik. Sebagai sebuah proses transformasi politik makna keterlibatan partisipasi politik
milenial merupakan bagian dari penataan struktur jalan serta keberlanjutan kehidupan demokrasi dalam
negara. Berdasarkan hal tersebut, peranan pendidikan politik terhadap milenial sangatlah perlu
ditanamkan agar roda demokrasi dapat berkelanjutan dalam melahirkan para pemimpin yang
berkualitas untuk kedepannya.

Seperti yang kita ketahui, generasi milenial memiliki potensi yang besar bagi kekuatan politik karena
jumlahnya yang banyak. Namun, generasi ini kurang tertarik terlibat partisipasi dalam politik secara
konvensional karena berbagai alasan. Perlu adanya jalur yang lebih mudah untuk diakses supaya
generasi milenial mau untuk berpartisipasi dalam perpolitikan. Contohnya seperti melalui poster
menarik dimeda sosial sehingga mempengaruhi para anak muda untuk terlibat kedalam dunia politik.
Karena berdasarkan data BPS (2018) mengenai tingkat penggunaan media sosial, di Muaro Jambi sendiri
menduduki angka 19,32%. Dengan hal ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media sosial untuk
edukasi politik bisa dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin agar para generasi muda lebih mudah
memahami serta menjalankan politik itu sendiri.

https://jambi.bps.go.id/indicator/2/1153/1/-mengakses-internet-termasuk-facebook-twitter-bbm-
whatsapp-.html

Pengetahuan mengenai politik dapat dipelajari melalui partai politik, sekolah, dan keluarga. Faktor
keluarga sangat mempengaruhi cara pandang mengenai seluk beluk politik yang mereka inginkan. Faktor
lingkungan salah satunya adalah dari teman sebaya yang sangat berpengaruh karena dominan dapat
mengubah pola pikir dalam berdemokrasi. Namun, peran partai politik yang harus lebih diutamakan
dalam memberikan edukasi mengenai politik.

Banyak alasan yang menjadikan generasi millennial ini cenderung apatis terhadap politik, diantaranya
ialah:

- Pengalaman politik di masa sebelumnya yang menyebabkan kekecewaan terhadap politik, sikap para
politisi yang merusak kepercayaan dari masyarakat,

- janji-janji pada masa kampanye yang akhirnya tidak terealisasikan, contohnya pada kepemimpinan
gubernur pada saat ini yang masih ada program yang belum terlaksana.

https://jambiprima.com/read/2021/07/07/12960/saipuljanji-politik-harissani-harus-ditagihjangan-ada-
alibi-covid19-dan-masa-jabatan-pendek/

Alasan-alasan tersebut menimbulkan rasa tidak peduli terhadap politik, memunculkan pola pikir mau
peduli atau tidak akan sama saja hasilnya mengecewakan. Hal-hal inilah yang bisa menyebabkan
keengganan masyarakat untuk berdemokrasi, mau itu berujung hal baik ataupun tidak baik. Dinamika
politik yang sangat dinamis dengan tingkat perubahan yang sulit diprediksi membuat siapapun yang
terjun ke dunia politik harus memiliki pengetahuan yang cukup serta analisa-analisa yang tepat dalam
memprediksi keadaan fenomena politik yang sangat dinamis.

Melihat perkembangan politik di Muaro Jambi pada saat ini, dapat dilihat beberapa tantangan generasi
millennial ketika berpartisipasi di dunia politik, seperti hoaks, ujaran kebencian, kurangnya edukasi yang
baik, serta mencuatnya politik identitas yang sangat berbahaya bagi kebhinekaan bangsa Indonesia.
Tantangan yang muncul dalam proses ini haruslah disikapi dengan bijaksana dan santun sehingga
pendidikan etika sangat penting ditanamkan bagi generasi sekarang. Karena dengan banyaknya
tantangan ini akan menuai banyak pro dan kontra ketika ajang politik berlangsung.

Selain tantangan, banyak juga hambatan yang muncul ketika generasi millennial ini aktif terjun di dalam
dunia politik, seperti faktor usia, pengalaman, serta senioritas. Dari pemaparan-pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa generasi millennial merupakan aset yang berharga yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Generasi millennial saat ini memiliki momentum yang sangat luas, salah satunya adalah
dalam hal partisipasi politik di Indonesia. Keaktifan generasi millennial ini akan mengubah arah laju
perpolitikan Indonesia ke arah yang identik dengan habit generasi ini. Generasi millennial lebih
menyukai partisipasi politik dengan cara yang berbeda seiring berkembangnya jaman. Media sosial telah
digunakan secara luas oleh anak-anak generasi sekarang karena di dalam media sosial mereka dapat
saling berkomunikasi dan bertukar informasi secara nyaman tanpa harus memperlihatkan atribut-atribut
kepribadian mereka secara terbuka.

Anda mungkin juga menyukai