Anda di halaman 1dari 4

Demokrasi Digital 5.

0 : Meretas Masa Depan dengan Pendidikan Politik Menuju


Pemilu 2024 yang Berkualitas dan Bebas Dinasti
Oleh : Bunga Putri Dewi
Pendidikan memainkan peran krusial dalam menghentikan politik yang mungkin
merugikan menuju Pemilu 2024. Dengan pendidikan yang baik, masyarakat dapat memahami
pentingnya partisipasi aktif, menganalisis informasi secara kritis, dan memilih pemimpin
berdasarkan visi dan kompetensi. Pendidikan juga dapat mengurangi ketidaksetaraan sosial,
mengajarkan nilai-nilai demokrasi, dan memupuk sikap toleransi. Melalui pendidikan,
masyarakat dapat lebih mampu menilai dan menyeleksi calon pemimpin yang berintegritas,
sehingga proses politik menjadi lebih berfokus pada kepentingan masyarakat daripada
kepentingan pribadi atau kelompok.
Dalam era digital 5.0, akses mudah terhadap informasi melalui teknologi dapat
memperkuat pendidikan politik. Studi menunjukkan bahwa masyarakat yang lebih teredukasi
politik cenderung lebih kritis dan memilih pemimpin berdasarkan kualifikasi daripada hubungan
keluarga. Dengan meningkatkan literasi politik melalui pendidikan, dapat diharapkan bahwa
pemilih akan lebih mampu memutuskan secara independen, mengurangi dominasi dinasti politik,
dan menciptakan lingkungan politik yang lebih sehat menuju Pemilu 2024. Dewasa ini, hal itu
belum terjadi secara maksimal di Indonesia karena banyak oknum yang hanya mementinkan
golongan dan kepuasan pribadi. Untuk itu generasi muda Indonesia harus segera bangkit untuk
memperbaiki kondisi negara sebagai calon pemimpin Negara nantinya.
Pendidikan politik juga memainkan peran kunci dalam mengurai dinasti politik. Dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konsep dinasti politik, pendidikan politik
membantu melibas stigma yang terkait dengan memilih berdasarkan garis keturunan, mendorong
masyarakat untuk memilih berdasarkan kompetensi dan rekam jejak. Pendidikan politik
memberikan persiapan yang kokoh untuk Pemilu 2024. Dengan pemilih yang teredukasi politik,
proses pemilihan dapat lebih terfokus pada kebijakan dan kompetensi, menciptakan panggung
yang sehat untuk munculnya pemimpin yang mampu memenuhi tuntutan masyarakat. Di Negara
Demokrasi partisipasi politik warga negara berangkat dari pemahaman bahwa kedaulatan negara
berasal dari rakyat.Karena itu dalam implementasinya segala pengambilan keputusan politik
harus melibatkan peran serta rakyat di dalamnya. Hal tersebut bertujuan agar setiap kebijakan
politik yang nanti dihasilkan benar-benar merepresentasikan kepentingan rakyat.
Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak rakyat
beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan merebut
kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak mampu
menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Tujuan politik sebenarnya untuk mewakilkan
petinggi-petinggi Negara yang bisa mensejahteraakan rakyat. Tapi pada faktanya dunia politik
lebih banyak memperlihatkan kecurangan-kecurangan yang membuat kehidupan politik terkesan
bobrok dan politik lebih banyak menyengsarakan rakyat terlihat dari beberapa kasus permainan
politik yang terjadi di negara ini. Hal ini juga ditunjukkan oleh sebagian masyarakyat yang
mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh negara. Maka dari itu perlu
adanya perbaikan sistem politik di Indonesia dengan menyiapkan kader-kader bangsa sebagai
pemegang kekuasaan nantinya. Salah satu cara yang spesifik sebagai persiapan tersebut adalah
dengan memberikan pendidikan politik yang benar tehadap generasi muda Indonesia. Tetapi
sayangnya masih banyak generasi muda Indonesia yang enggan untuk memahami politik.
Pendidikan politik sebenarnya bukan hanya untuk orang yang menjadi anggota legislatif
atau mahasiswa FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) saja, tetapi semestinya semua
masyarakat Indonesia memahami politik dengan benar. Indonesia sudah merdeka selama 78
tahun lebih maka masyarakat tidak cukup hanya dengan mencoblos di waktu PEMILU
(Pemilihan Umum) saja, tetapi juga perlu memahami politik agar masyarakat tidak salah dalam
memilih calon wakil rakyat yang akan memperjuangkan perkembangan bangsa dan negara.
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik dikatakan bahwa
pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan
tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara1. Sehingga
generasi muda Indonesia memang wajib untuk mendapatkan pendidikan politik, karena hal
tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Parati Politik. Dengan demikian anggapan yang
mengatakan bahwa politik hanya dibicarakan oleh orang dewasa saja adalah salah. Jadi siapapun
mereka, dari golongan apapun mereka mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan politik.
Sehingga tidak adanya diskriminasi terhadap generasi muda Indonesia untuk berbicara politik.
Pengenalan politik pada generasi muda di zaman serba politik ini bukanlah hal yang salah
atau dianggap sebagai suatu prematuritas, justru ini akan membuat Undang-Undang (UU) Nomor
2 Tahun 2011 tentang Partai Politik generasi muda Indonesia dapat menilai baik atau buruknya
politik yang digunakan oleh para pelaku politik negara. Namun hal ini bukanlah dijadikan
sebagai ajang diskriminasi semata atau penilaian tanpa solusi yang hanya bersifat menjatuhkan
pejabat negara sebagai salah satu pelaku politik yang sering mendominasi sorotan dan menarik
perhatian lebih masyarakat. Generasi muda Indonesia juga merupakan benih-benih ‘tulang
punggung’ negara yang akan memperjuangkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat untuk
menuju demokrasi yang berkualitas nantinya. Dengan demikian sebagai calon pemegang
kekuasaan dan pengambil kebijakan, generasi muda ini harus dihindarkan dari politik tidak sehat
dan sudah seharusnya dijauhkan dari oknum-oknum yang menduduki kursi kepemimpinan yang
tidak berdasarkan atas etika berpolitik yang baik.
Pendidikan politik yang diharapkan adalah pendidikan untuk membentuk individu
menjadi partisipan negara yang bertanggung jawab secara etika dan moral untuk mencapai tujuan
negara. Idealnya pendidikan politik jangan sampai hanya pada saat menjelang pemilu saja, tapi
terus dilakukan oleh semua pihak yang terkait sehingga masyarakat menjadi cerdas dan dewasa
dalam berpolitik, karena politik adalah seni dalam membangun kehidupan yang lebih baik dan
berkualitas. Pendidikan politik sifatnya tidak boleh indoktrinatif (secara formal), karena akan
menyebabkan generasi muda Indonesia menjadi kaku, fanatik, dan sempit pandangan.
Sedangkan demokrasi yang berkualitas adalah demokrasi yang mampu mewujudkan cita-cita
negara sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alenia ke-4. Artinya
bahwa dengan memberikan pendidikan politik yang benar terhadap generasi muda Indonesia,
maka kita sudah membentuk miniatur kesuksesan negara dalam berbagai hal.
Generasi muda Indonesia yang belum memiliki pemahaman tentang politik dapat
dikatakan mereka adalah generasi muda yang sedikit ketinggalan zaman karena politik bukanlah
ilmu ‘berbisa’ yang akan meracuni kehidupan kita sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Politik akan baik jika dijalankan dengan benar atau sesuai dengan demokrasi negara, dan akan
terasa penuh tuntutan jika kita menjalankan atau memaknai politik dari segi kenegatifan saja.
Dewasa ini, hanya segelintir generasi muda Indonesia yang berani belajar dan peduli terhadap
politik di negara ini, hal ini disebabkan karena mindset mereka yang telah diracuni dengan
ketakutan dan keraguan akan kenegatifan politik di mata mereka, sehingga remaja Indonesia
hanya fokus kepada kuliah mereka di kampus dan justru mencari hiburan lain diwaktu kosong.
Hal utama yang membuat jeleknya citra politik dimata generasi muda Indonesia adalah pelaku
politik sendiri yang bertindak tidak sesuai dengan etika politik yang benar. Kebanyakan dari
mereka hanya mengumbar kabaikan hanya diawal saja, namun saat mereka jaya mereka
memanfaatkan kebodohan masyarakat dalam hal politik dengan melakukan tindakan-tindakan
asusila yang mereka halalkan. Maka dari itu mereka rela mengeluarkan banyak uang untuk
mendapatkan kursi di pemerintahan.
Jika dilihat pada realita kehidupan, sebenarnya ada suatu perbedaan yang tampak pada
sikap generasi muda antara yang memahami politik dan tidak. Dimana generasi muda yang
kuliah hanya untuk mendapatkan gelar sarjana saja tanpa kritis terhadap keadaan negara dan
enggan untuk memahami politik akan tampak acuh terhadap kondisi negara serta isu-isu yang
sedang ramai diperbincangkan, meskipun kondisi negara sedang dalam keadaan kacau. Generasi-
generasi ini cenderung akan terbawa oleh arus yang salah pada dunia politik dan akan rentan
terhadap suap karena kepolosan mereka terhadap politik membuat mereka lebih mudah tergiur
dan lengah akan hal-hal yang berbau materi.
Sedangkan generasi muda yang lebih memahami politik dengan benar hal yang tampak
tentunya mereka peduli terhadap keadaan negara, bahkan terkadang mereka rela meninggalkan
jam kuliah mereka demi menegakkan kembali kebenaran negara. Hal ini bukan berarti mereka
malas untuk belajar di kampus atau menjadikan politik sebagai pelarian, tapi politik bisa
menggugah hati nurani kita untuk peduli terhadap keadaan dan situasi Negara. Generasi muda
seperti inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia dalam menuju demokrasi Indonesia yang
berkualitas nantinya. Selain itu, suara dari kalangan pemuda dalam dunia politik juga sangat
banyak, dengan demikian akan sangat berpengaruh juga pada jalannya perpolitikan di negeri ini.
Sehingga jangan sampai suara mereka tersalurkan pada calon-calon wakil rakyat yang hanya
mementingkan kepentingan pribadi dan golongan.
Hal ini memang realistis, karena mayoritas pemuda sekarang adalah kalangan pelajar,
sehingga mereka lebih mudah untuk menangkap informasi mengenai perkembangan zaman
dibandingkan dengan sosialisasi kepada orang-orang yang usianya sudah tua dan tak
berpendidikan, yang mungkin akan lebih sulit bagi mereka untuk memahami perkembangan
informasi mengenai politik di negara ini. Maka dari itu saatnya generasi muda Indonesia lah
untuk berbicara politik agar mereka mampu membagi pemahaman politiknya kepada masyarakat
yang awam terhadap politik nantinya, terutama supaya terjadinya penurunan kasus permainan
politik ‘serangan fajar’ yang sebagian besar terajadi pada saat detik-detik menjelang PEMILU
(Pemilihan Umum). Sehingga dari tindakan yang kecil ini akan membantu pemerintah negara
untuk meratakan pemahaman tentang pengetahuan politik kepada Warga Negara Indonesia.
Politik tidak selamanya buruk dan juga tidak selamanya bersih dari kejelekan. Namun,
baik dan buruknya citra politik di mata masyarakat akan sangat tergantung pada visi dan misi
politik tersebut dan orang atau golongan yang mengendarainya. Pada dasarnya politik tidak
pernah salah, tergantung kepada sistem politik yang dianut oleh pelaku politik itu sendiri. Politik
akan menjadi jelek ketika para pelaku politiknya menggunakan untuk hal yang buruk, dan nama
politik akan menjadi bersih ketika para pelaku politiknya menggunakan sistem politik yang
mementingkan demokrasi negara.
Artinya bahwa, memang seharusnya generasi muda Indonesia sudah diberikan
pendidikan politik sebagai langkah persiapan untuk menuju demokrasi Indonesia yang
berkualitas, mengingat kehidupan politik semakin bobrok pada saat ini, maka dari itu generasi
muda Indonesia lah yang akan lahir sebagai penata kebenaran politik nantinya. Selain itu,
pendidikan politik juga mengajari generasi muda Indonesia untuk kritis dan peduli terhadap
keadaan negara dan akan menjadikan mereka generasi yang pandai menempatkan hak dan
kewajibannya dalam dunia politik yang penuh dinamika serta pergolakan. Sekaranglah waktunya
masyarakat Indonesia terutama generasi muda Indonesia untuk merubah mindset-nya terhadap
penilaian kepada politik, tidak ada yang seram, tidak ada yang perlu ditakuti untuk memahami
politik karena baik buruknya politik tergantung kita yang menjalaninya. Politik adalah fleksibel
adanya.
“Political Education is a miniature of state success in achieving the democracy based on
Indonesia’s progressive Pancasila ”

Anda mungkin juga menyukai