Anda di halaman 1dari 3

kurangnya pendidikan politik

Kendala-kendala dalam pelaksanaan Pilkada Langsung terdiri atas, Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pembuatan regulasi/aturan dalam pembuatan UndangUndang, terbatasnya dana Pilkada Langsung, rendahnya pemahaman masyarakat tentang Pilkada, adanya budaya politik masyarakat yang bersifat apatisme sehingga memilih golput, (5) upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan ialah mengangkat ahli hukum untuk membuat aturan-aturan Pilkada di Kabupaten Pasuruan, menambah dana Pilkada Langsung dari APBD dan sumbangan donatur, meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, memberikan pemahaman secara mendalam kepada masyarakat yang memiliki sifat apatisme dan memilih golput, KPUD Kabupaten Pasuruan berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten Pasuruan, dinas kependudukan, PPK dan PPS setempat, (6) ditinjau dari aspek politik hukum pelaksanaan Pilkada Langsung Kabupaten Pasuruan yang merupakan bentuk dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2005 belum sepenuhnya menciptakan nilai-nilai demokratis yang semestinya. Hal ini disebabkan oleh rendahnya partisipasi politik masyarakat yang hanya mencapai 704.968 atau 70,5% dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) yang berjumlah 1.076.747 jiwa, serta kurangnya kepatuhan hukum dari masyarakat Kabupaten Pasuruan Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya memberantas golongan putih dalam kehidupan demokrasi Indonesia.yang sangat mempunyai andil yang sangat besar dalam hal ini menurut saya adalah pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan diajarkan dari tingkat SD sampai perguruan tinggi yang tujuannya adalah membentuk kepribadian yang berakhlak mulia sehingga seseorang dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Di dalam pancasila telah disebutkan dalam pasal ke dua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Harapan dari pendidikan pancasila ini adalah membentuk manusia yang bersifat adil dan beradab sehingga tidak mudah terjerumus dalam hal-hal yang menyimpang. Termasuk perilaku menyimpang golongan putih, pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi disebut pendidikan pancasila. Pendidikan pancasila di perguruan tinggi bertujuan sama ditambah dengan membentuk manusia yang pancasilais. Maksud dari manusia pancasilais adalah manusia yang mengerti atau mengetahui pancasila secara keseluruhan dan dapat melaksanakan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan politik merupakan pembangunan kesadaran seseorang atau sekelompok orang akan hak dan kewajibannya sehingga dia tahu bagaimana cara mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya itu. Pendidikan politik bertujuan menumbuhkan kepercayaan dan ekspektasi publik terhadap proses, mekanisme, dan lembaga politik. Arah dari pendidikan politik sesungguhnya adalah demokrasi itu sendiri. Jika demokrasi tidak berjalan sebagaimana mestinya maka patut dipertanyakan pendidikan politik yang selama ini terjadi. Tugas formal yang memberikan pendidikan politik adalah partai politik. Tapi bagaimana realitanya? Setidaknya kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik sangatlah gelap dan mereka lebih disibukkan dengan proses pencitraan yang ujung ujungnya merampas suara rakyat demi kekuasaan. Ada fenomena menarik pada pemilu Indonesia. Setiap pemilu diadakan setelah terjadi pergantian rezim maka tingkat partisipasi warga negara dalam pemilu sangat tinggi. Pemilu tahun 1971, partisipasi warga sekitar 94%. Namun setelah itu angkanya selalu mengalami penurunan. Partisipasi warga dalam Pemilu 1977 sebesar 90,6%. Dalam perkembangan selanjutnya, tingkat partisipasi warga pada pemilu 1982, 1987, 1992, dan 1997, makin menurun. Pada Pemilu 2004 partisipasi warga 84,4%. Sementara pemilu 2009 kemarin angka golput mencapai kurang lebih 30%. Itulah akibatnya ketika pendidikan politik oleh partai politik tidak dikedepankan dan direalisasikan secara parsial. Untuk itu, dalam hal menumbuhkan dan atau meningkatkan partisipasi politik yang otonom dari setiap warga negara, maka pelaksanaan pendidikan politik yang baik dan benar mutlak diperlukan. Selama ini ketidakpercayaan rakyat terhadap kehidupan politik selalu termanifestasikan dengan ketidakpercayaan terhadap partai politik. Partai bukanlah alat perjuangan mereka. Bagi mereka partai hanyalah media segelintir orang merebut kekuasaan. Kekuasaan bukanlah sarana untuk menyejahterakan rakyat. Kekuasaan bagi mereka lebih berarti ruang untuk menumpuk keuntungan. Di Indonesia peran partai politik adalah sebagai pilar penyangga demokrasi. Dalam artian bahwa, keberadaan demokrasi tanpa adanya Partai Politik adalah sebuah situasi kekuasaan tanpa legitimasi. Karena begitu pentingnya peran Partai Politik, maka sudah selayaknya jika Partai Politik diharapkan mampu menjamin demokratisasi yang sehat dan efektif. Sedangkan pendidikan politik disini adalah bukan proses sepihak ketika partai politik memobilisasi dan memanipulasi warga/masyarakat untuk menerima nilai, norma, maupun simbol yang dianggapnya ideal dan baik, seperti yang terjadi di negara-negara yang menganut sistem politik totaliter. Pendidikan politik dipahami sebagai perbuatan memberi latihan, ajaran, serta bimbingan untuk mengembangkan kapasitas dan potensi diri manusia, melalui proses dialogik yang dilakukan dengan suka rela antara pemberi dan penerima pesan secara rutin, sehingga para penerima pesan dapat memiliki kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bernegara. Pemahaman di atas pada dasarnya menunjukan bahwa pelaksanaan pendidikan politik harus dilakukan tanpa unsur paksaan dengan fokus penekanan pada upaya untuk mengembangkan pengetahuan, menumbuhkan nilai dan keberpihakan dan mewujudkan kecakapan warga sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. Secara faktual partai politik selama ini gagal menjalankan tugas pendidikan politiknya. Partai politik

lebih sering asyik bertikai soal kekuasaan belaka. Kekuasaan memang tujuan besar partai. Tetapi kekuasaan hanyalah satu dari sekian hal yang menjadi fokus perhatian partai. Masyarakat memilih yang didasarkan pada visi-misi atau flatform jumlahnya masih sedikit. Padahal kebutuhan bangsa saat ini adalah lahirnya pemimpin-pemimpin bangsa yang mempunyai kualitas yang baik. Pemimpin-pemimpin bangsa seperti itu hanya bisa lahir dari masyarakat politik yang rasional dan cerdas yang menjatuhkan pilihan-pilihan politiknya pada kandidat-kandidat yang memang diakui memiliki SDM secara politik. Dengan sinyalemen inilah sebenarnya kita harus mengajukan pertanyaan tentang sejauh mana efektivas pendidikan politik yang dilakukan oleh partai-partai saat ini? Apakah partai-partai itu telah melakukan pendidikan politik yang benar ataukah partai-partai tidak memberikan kontribusi pada tumbuhnya kecerdasan politik masyarakat sehingga taraf kecerdasan umum dalam politik belum begitu jauh? Gelapnya Pendidikan Politik Babel .

D.zhoul@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai