Anda di halaman 1dari 4

PERAN PMII DALAM MEMBANGUN DEMOKRASI

Sejarah mencatat, bahwa pemuda memiliki peran sangat penting dalam setiap perubahan yang
terjadi di negeri ini. Banyak peristiwa besar menunjukkan, aksi nyata pemuda bagi kemajuan
bangsa.

Sejak sebelum proklamasi kemerdekaan hingga sekarang, berbagai kejadian penting tidak bisa
dipisahkan dari cerita anak muda bangsa.

Berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, Peristiwa Malari 1974, hingga masa reformasi oleh pergerakan mahasiswa pada
1998 adalah bukti kuat peran pemuda.

Kita semua masih ingat, bapak pendiri bangsa, Bung Karno pernah berkata, “Beri aku 1.000
orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan
kuguncangkan dunia.”

Ucapan di atas membawa makna, begitu pentingnya kiprah para pemuda dalam pembangunan
bangsa. Dapat dikatakan, besarnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh keterlibatan kawula
muda.

Di usia 76 tahun Republik Indonesia, seharusnya bangsa ini sudah menjadi bangsa yang besar,
bangsa yang bermartabat, bangsa yang dewasa menjalankan sistem pemerintahannya sesuai
nilai-nilai luhur Pancasila. Namun, idealita itu masih berbanding terbalik dengan realita bangsa
ini. Pancasila hanya buah di bibir saja, demokrasi masih menjadi mimpi belaka.

Di sinilah pentingnya keterlibatan pemuda terlebih PMII dalam membangun demokrasi menjadi
lebih baik sesuai cita-cita para pejuang kemerdekaan dulu.

Salah satu masalah mendasar dalam demokrasi ini adalah pelaksanaan pemilu yang tidak
LUBERJURDIL. Hal ini disebabkan dari beberapa faktor, diantaranya :
1. Perilaku black campaign dan money politic politisi ketika mencalonkan diri sebagai pemimpin
ataupun wakil rakyat

2. Sikap masyarakat yang memaknai pemilu sebagai ajang lima tahunannya politisi saja,
sehingga menganggap tidak penting bahkan hanya dijadikan ajang jual beli suara

3. Kurangnya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemilu sehingga masih ada kecurangan


yang terjadi

Proses amburadul inilah yang menghasilak pemimpin dan wakil rakyat yang korupsi, sebab
mereka harus mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan ketika menyuap pemilih ketika
pemilu dan tidak adanya rasa tanggung jawab atas amanah rakyat.

PMII sebagai organisasi yang memiliki komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan


Indonesia sesuai AD/ARTnya pada bab IV pasal 4, sudah seharusnya ikut andil dalam
memperbaiki sistem demokrasi ini.

Sebagai organisasi kemahasiswaan, PMII tidak hanya memiliki peran akademik, tetapi juga
peran moral, sosial dan politik. Oleh sebab itu, sepantasnya PMII menjadi garda terdepan dalam
hal ini.

Hal yang bisa dilakukan antara lain :

1. PB PMII menekankan kepada penyelenggara pemilu untuk menjaga integritasnya


melaksanakan tugas dengan baik dan independen dari kepentingan kelompok manapun

2. PB PMII harus menekankan kepada pimpinan partai politik untuk menggencarkan kaderisasi
kepada kader-kadernya sesuai ideologi dan visi mulia partai, agar memiliki komitmen
kebangsaan yang baik, tidak mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan negara.

3. PB PMII ikut serta dalam mengawasi seluruh tahapan pemilu dengan menjadi tim pemantau
pemilu melibatkan seluruh kadernya.

4. PB PMII melalui lembaga kepemiluan dan demokrasi membentuk lembaga yang sama di
tingkatan koorcab dan cabang untuk melakukan pendidikan demokrasi atau edukasi politik
kepada masyarakat. Hal ini sudah dilakukan oleh PC PMII Bondowoso dengan kemasan acara
Ngaji Pancasila, Sarasehan Kebangasaan dan juga Ngaji Politik secara berkelanjutan dari desa
satu ke desa yang lainnya.
Hal yang harus ditekankan dalam pendidikan politik kepada rakyat adalah tentang makna politik
dan pemilu yang sebenarnya. Sebab Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh PC PMII
Bondowoso dari kegiatan Ngaji Kebangsaan di desa, banyak dijumpai generasi muda atau
pemuda desa yang masih enggan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan di desa terutama pada
saat adanya pemilihan. Permasalahan ini sering muncul adalah para pemuda desa sering golput
dalam pemilihan di desa karena mereka sering berpikir bahhwa tidak penting untuk mengikuti
pemilihan tersebut, tidak sedikit juga yang beranggapan bahwa tokoh yang mereka pilih dalam
pemilihan tersebut akan buruk kinerjanya. Karena banyaknya spekulasi negatif di benak para
generasi muda itulah yang membuat mereka enggan ikut berkecimpung dalam jalannya politik di
desa. Kurangnya pengalaman maupun wawasan tentang pendidikan politik juga menjadi factor
pemicu generasi muda menjadi pasif dalam partisipasi aktif dalam politik maupun kegiatan di
desa.

Untuk membina generasi muda di dalam kehidupan politik diperlukan proses pendidikan politik
yang terencana sehingga partai dapat menghasilkan politisi-politisi masa depan yang lebih
berkualitas. Dengan kata lain tujuan pendidikan politik yang akan dilaksanakan dapat ditinjau
dari beberapa aspek. Pertama, aspek kognitif untuk membangun pengetahuan warga negara
(masyarakat sipil) tentang konsep-konsep dasar politik dan pemerintahan. Kedua, aspek afektif
untuk membentuk karakter warga negara (masyarakat sipil) yang berpihak kepada demokratisasi
dan jati dirinya sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Ketiga, aspek psikomotorik untuk
membangun kecakapan intelektual dan moral dalam mewujudkan Indonesia yang demokratis.

Materi-materi yang berisi penanaman kesadaran beridiologi, berbangsa, dan bernegara juga
penting diberikan karena memperkokoh rasa nasionalisme, membentuk nation and character
building, cinta tanah air, dan bagga sebagai bangsa Indonesia dengan kemajemukannya dan tetap
dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia. Materi-materi yang menyangkut sistem
pemilu beserta peraturan-peraturan yang ada dalam rezim pemilu memberikan wawasan kepada
generasi muda tentang seluk beluk pemilu, bagaimana urgensi pemilu dalam suatu negara dan
suksesi kepemimpinan. Bagaimana sistem pemilu yang demokratis yang mampu menjamin rasa
kepastian hukum dan keadilan, tidak saja bagi penyelenggara tetapi juga para pemilih yang telah
berupaya menjalankan hak demokrasinya. Pada bagian ini akan diberikan pemahaman tentang
hakekat dan arti penting pemilu itu sendiri.

Materi-materi tentang etika politik, partisipasi politik, sistem pemerintahan dan peran generasi
muda dalam sistem politik merupakan materi-materi yang diperlukan bagi generasi muda
menyangkut isu-isu sosial politik terkini. Materi ini diyakini dapat membangun wawasan
generasi muda agar cerdas dalam berpolitik. Termasuk memahami dan sadar akan arti
pentingnya generasi muda sebagai generasi penerus harapan bangsa. Serta pentingnya pemberian
materi-materi yang menyangkut pengembangan kepribadian, motivasi berprestasi, dan
bagaimana cerdas secara emosional dalam kehidupan bersama, bermasyarakat, dan bernegara
mutlak diperlukan. Terlebih dengan kondidi sosial emosional generasi muda yang terbilang
dinamis perlu dibangun kesadaran berpolitik yang merupakan salah satu tujuan dari pendidikan
politik itu sendiri.

Dengan cara inilah, PMII bisa berperan di tengah-tengah masyarakat, tidak hanya di lingkaran
elit saja.

Anda mungkin juga menyukai