Anda di halaman 1dari 4

Budidaya Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.

) dan
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Pada Tanah Ultisol

Khairunnisa1 , Feristika Pri Dini2, Rahmat Taufik3, Yoga Defrialdi4


1
1Kelompok 1 Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura Utama Agro A Prodi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat Limau Manis, Kec. Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat
25175 Indonesia
Kharirunnisa26072@gmail.com

ABSTRAK
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan jenis tanaman sayur-sayuran berbentuk buah yang mempunyai
rasa enak untuk dikomsumsi, baik berupa buah segar, maupun saos. Cabai rawit (Capsicum anuum L.) merupakan
salah satu tanaman hortikultura dari famili Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Keywords: Disusun berdasarkan urutan abjad dalam Bahasa Indonesia, maksimal lima kata selain kata dalam judul.

PENDAHULUAN meskipun hanya sedikit tetapi memegang peranan


penting dalam menentukan kesuburan suatu tanah, baik
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan secara fisik, kimiawi maupun secara biologis
jenis tanaman sayur-sayuran berbentuk buah yang (Hanafiah, 2005).
mempunyai rasa enak untuk dikomsumsi, baik berupa Cabai rawit (Capsicum anuum L.) merupakan salah
buah segar, maupun saos. Tomat memiliki segudang satu tanaman hortikultura dari famili Solanaceae yang
keunggulan. Rasa buahnya yang asam manis seakan memiliki nilai ekonomi tinggi (Cahyono, 2003). Cabai
memberikan kesegaran pada tubuh. Tomat memiliki mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin
kandungan vitamin dan mineral yang berguna untuk (8-methyl-N-vanillyl-6- nonenamide). Selain itu,
pertumbuhan dan kesehatan. Tomat juga mengandung terkandung juga berbagai senyawa yang mirip dengan
zat pembangun jaringan tubuh dan zat yang capsaicin, yang dinamakan capsaicinoids. kandungan
menghasilkan energi untuk bergerak dan berfikir, vitamin c pada cabai cukup tinggi dapat mencegah
antara lain karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan kekurangan vitamin c sepeerti penyakit sariawan,
kalori (Supriyati dan Siregar, 2009). meskipun memiliki banyak manfaat tetapi harus
Buah tomat saat ini adalah salah satu komoditas dikonsumsi secukupnya saja untuk mencegah nyeri
hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi seiring lambung (Prajanata, 2008).
dengan bertambahnya penduduk dan semakin Cabai dibutuhkan setiap keluarga, restoran,
berkembangnya usaha-usaha restoran, hotel dan industry dan lainnya sebagainya sebagai bahan
swalayan yang membutuhkan suplai produk sayur- pencampur makanan, bumbu, bahan baku industry dan
sayuran dan buah-buahan berkualitas tinggi dalam lain-lain. Seiring bertambahnya jumlah penduduk,
jumlah besar, maka perlu dilakukan usaha peningkatan permintaan pasokan cabai semakin meningkat. Sebab
produksi sayur dan buah-buahan baik secara intensif itu petani melakukan penanaman secara terus menerus
maupun extensif (Suprapto, 2000). Apabila dilihat dari tanpa memperhatikan faktor lingkungan yang
rata–rata produksi tanaman tomat di provinsi Jambi menyebabkan produksi tanaman cabai menurun.
tahun 2014 dengan luas panen 1.254 ha, dihasilkan Adapun faktor-faktor yang menyebabkan produksi
produksi 14.729 ton, dengan produktivitas sebesar tanaman cabai rawit menurun diantaranya tingkat
11,75 ton/ha (BPS Jambi, 2014). kesuburan tanah yang rendah, tingginya penguapan air
Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi yang disebabkan oleh suhu udara serta serangan
tomat yaitu rendahnya kesuburan tanah serta Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) (Rukaman,
pemeliharaan yang masih belum optimal seperti 2002).
penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit, Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi cabai
dan lain-lain. Menurut Prahastuti (2005) kendala utama perlu dilakukan karena kebutuhan cabai meningkat
yang dijumpai didalam kaitannya dengan sesuai kebutuhan masyarakat menyebabkan harga
pengembangan Ultisol untuk lahan pertanian terutama cabai melonjak tinggi. Untuk mengatasi timbulnya
karena termasuk tanah yang mempunyai harkat berbagai masalah dalam budidaya cabai rawit perlu
keharaan yang rendah. Selain hal tersebut di atas yang dilakukan teknik budidaya tanaman cabai rawit secara
paling menjadi kendala dalam pengelolaan tanah benar yang ramah lingkungan. Salah satu cara untuk
ultisol adalah kandungan bahan organiknya yang mengatasi rendahnya tingkat kesuburan tanah yakni
sangat rendah yaitu kurang dari 2%. Bahan organik dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk organik
tanah menyusun sekitar 5% bobot total tanah, umumnya merupakan pupuk lengkap karena

1
mengandung unsur hara makro dan mikro meskipun pengolahan tanah tahap kedua dengan melakukan
dalam jumlah sedikit. Sedangkan untuk mengatasi pembalikan tanah menggunakan cangkul dan
tingginya penguapan air yang disebabkan oleh suhu melakukan pembuatan badengan dengan ukuran 1,5 m
udara dapat menggunakan mulsa. X 3 m.
Ultisol merupakan tanah yang memiliki masalah
Pemberian pupuk dasar
keasaman tanah, bahan organik rendah dan nutrisi
Pemberian pupuk dasar dilakukan setelah
makro rendah dan memiliki ketersediaan P sangat
melakukan pengolahan tanah tahap kedua dengan
rendah (Fitriatin dkk. 2014).
pemberian pupuk kandang kotoran ayam dan dolomit
Dilihat dari luasan, Ultisol berpotensi untuk
guna menetralisasi tanah, setelah itu lalu lahan
mendukung perluasan dan pengembangan pertanian di
dibiarkan selama satu minggu agar pupuk dan dolomit
Indonesia. Namun demikian, produksi tanaman pada
yang diberikan menjadi homogen dengan tanah.
Ultisol umumnya sangat rendah. Pada umumnya
Ultisol memiliki kemasaman yang relatif tinggi (rata- Pembuatan Lubang Tanam
rata pH < 4,5), kejenuhan Al tinggi yang dapat Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan cara
mencapai >60%, miskin kandungan hara makro ditugal adapun jarak yang digunakan yaitu 20 x 20 cm,
terutama K, Ca dan Mg, karena pencucian yang sedalam 10 cm.
intensif Disamping sifat kimia, pemanfaatan Ultisol
Penanaman
untuk pengembangan pertanian juga dihadapkan pada
Penanaman dilakukan dengan cara menanam satu
masalah sifat fisik tanah yang kurang mendukung
bibit tanaman tomat kedalam lubang tanam, lalu
pertumbuhan tanaman secara optimal. Yulnafatmawita
ditutup dengan menggunakan tanah secara tipis.
et al. (2014), melaporkan bahwa Ultisol mempunyai
kandungan liat yang tinggi (>70%). Tingginya Penyiraman
kandungan liat akan menyebabkan lebih banyak pori Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari
mikro dibanding pori makro sehingga membatasi dengan menggunakan gembor
aerasi tanah dan daya resap air sehingga menyulitkan
akar berkembang untuk mendapatkan oksigen dan Pemupukan
elemen hara. Pemupukan mulai dilakukan saat tanaman
Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui dari berumur 2 minggu setelah tanaman dan menyusul 45
praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara hari setelah tanam. Pemupukan dilakukan untuk
Budidaya Tanaman Tomat (Lycopersium esculentum mencukupi unsur hara tanah, pupuk yang diberikan
L.) dan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum anuum L.) yaitu NPK mutiara dengan dosisi 3 gram/ tanaman.
pada tanah ultisol. Kemudian disusul dengan pemberian pupuk NPK
dengan cara dikocor.
Pengamatan
BAHAN DAN METODE Pada mulai fase pertumbuhan tanaman tomat
memasuki fase vegetative maka sudah mulai
Waktu dan Tempat memasuki pengamatan, hingga generative pengamatan
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman,
Universitas Andalas, Limau Manis, Kec. Pauh Kota mengukur panjang daun, menghitung jumlah daun hal
Padang, Selama Perkuliahan Genap 2021, Dari Maret ini bertujuan untuk melihat pertumbuhan pada tanaman
hingga Juni 2022. jagung.

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah benih kangkung, bibit cabai rawit, bibit tomat,
pupuk kandang, pupuk NPK, dan dolomite. Alat yang Hasil
digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul,
parang, mistar(penggaris), alat tulis. Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun
pada tanaman tomat selama 3 minggu
Prosedur Penelitian Tinggi Jumlah Daun
Sampel
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan Tanaman (cm) (helai)
meliputi : 1 48 10.6
Pengolahan Lahan 2 0 0
Pengolahan Lahan terdiri dari beberapa tahap 3 0 0
yakni melakukan pembersihan lahan dengan 4 0 0
membersihkan rerumputan yang terdapat disekitar 5 0 0
lahan dan banda. Kemudian melakukan pengolahan 6 0 0
tanah pertama dengan pembajakan yang dilakukan 7 51.3 17.6
oleh pihak pengelola lahan atas, kemudian melakukan 8 0 0
9 39.7 12.3
2
10 5.3 17.3 Variabel pengamatan yang digunakan yaitu tinggi
11 8 2.6 tanaman dan jumlah daun. Untuk tanaman tomat,
12 0 0 diperoleh rata-rata tinggi tanaman tertinggi adalah
13 0 0 sampel ke-7 dan terendah pada sampel ke-10. Rata-rata
14 20.2 6.6 jumlah daun pada tanaman tomat yang paling banyak
15 0 0 yaitu sampel ke-7 dan paling sedikit pada sampel ke-
16 0 0 11. Dari 16 sampel, hanya 6 sampel yang tumbuh, hal
Total 172.5 67 ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, terutama
kondisi tanah seperti kurangnya unsur hara serta air
yang diterima oleh tanaman. Tanah ultisol merupakan
tanah yang miskin hara, sehingga perlu dilakukan
penambahan unsur hara karena jika tidak maka
pertumbuhan tanaman tidak akan maksimal.
Kemudian, ketersediaan air juga sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman tomat, jika melakukan budidaya
cabai pada musim kemarau hendaknya selalu rutin
melakukan penyiraman setiap harinya.
Untuk tanaman cabai rawit, rata-rata tinggi
tanaman tertinggi yaitu sampel ke-5 dan terendah
pada sampel ke-6. Rata-rata jumlah daun pada
tanaman cabaio rawit yang paling tinggi yaitu
Grafik 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun sampel ke-5 dan paling sedikit pada sampel ke-1.
pada tanaman tomat selama 3 minggu Hal ini secara umum disebabkan oleh faktor
eksternal, salah satunya ketersediaan air dan
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun
unsur hara yang tersedia di dalam tanah.
tanaman cabai rawit
Diperlukan penyiraman yang rutin dan
Tinggi Jumlah Daun
Sampel pemupukan yang berimbang agar tanaman cabai
Tanaman (cm) (helai)
dapat tumbuh optimal.
1 5.05 3
2 7 7
3 6 6 KESIMPULAN
4 5.5 5.5
5 25.1 11 Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
6 4.5 4 disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman tomat dan
7 6.2 7 tanaman cabai pada tanah ultisol tidak merata. Faktor
8 7.5 7 eksternal merupakan faktor utama yang menyebabkan
9 8.2 9 pertumbuhan tidak merata. Kurangnya hara dan air
10 6.8 8 yang tersedia di tanah menyebabkan pertumbuhan bibit
Total 81,85 67.5 tomat dan cabai terhambat. Kurangnya pemupukan dan
frekuensi penyiraman menjadi penyebab utama
mengapa tanaman tomat dan tanaman cabai tidak
mampu untuk tumbuh optimal. Maka dapat diberi
pemupukan agar tanaman tersebut dapat memberikan
respon yang baik untuk tanaman cabai maupun
tanaman tomat.

UCAPAN TERIMAKASIH

Grafik 2. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun


pada tanaman cabai rawit
Pembahasan
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan data
hasil pertumbuhan tanaman tomat dan cabai rawit.
3
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas rahmat, berkat, serta
karunia-Nya artikel saya yang berjudul “Budidaya
Tanaman Tomat (Lycopersium esculentum L.) dan
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum anuum L.) dengan
Sistem Tumpang Sari dan Pemberian Mulsa Organik”
dapat tersusun hingga selesai saya juga menyampaikan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang turut
membantu kami dalam menyelesaikan artikel ini.
Pertama, saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Winda
Purnama Sari, SP, MP, serta para asisten dosen Cici
Salma, Nisa Haryani dan Wahyu Anggoro yang telah
membimbing saya dalam praktikum dan juga
menyelesaikan artikel ini. Saya menyadari banyak
kekurangan dari artikel yang kami buat dan oleh
karena itu saya meminta maaf jika terdapat kesalahan
pada artikel baik dalam penulisan maupun teori.
Harapan saya semoga artikel ini dapat memenuhi tugas
kami sebagai mahasiswa Agroteknologi Universitas
Andalas dan bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Jambi, 2014. Produksi Sayuran dan


Buah-buahan.
Fitriatin, B. N., A. Yuniarti., T. Turmuktini., dan
F. K. Ruswandi. 2014. The Effect of
Phosphate Solubilizing Microbe Producing
Growth Regulators on Soil Phosphate,
Growth and Yield of Maize and Fertilizer
Efficiency on Ultisol. Eurasian J. of Soil
Sci. Indonesia. Hal:101-107.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360
hal.
Prahastuti, S. W. 2005. Perubahan Beberapa Sifat
Kimia dan Serapan P Jagung Akibat
Pemberian Bahan Organik dan Batuan Fosfat
Alam pada Ultisol Jasinga Jurnal Agroland :
12:(1).
Prajanata, F. (2008). Agribisnis Cabai Hibrida.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rukaman, 2002. Usaha Tani Cabai Rawit .
Penerbit Kanisius.Yogyakarta
Suprapto. H. S. 2000. Bertanam Sayuran Buah.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Supriyati, Y dan Siregar, D, 2009. Bertanam Tomat
dalam Pot dan Polibag. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Yulnafatmawita, and Adrinal. "Physical
Characteristics of Ultisols and the Impact on
Soil Loss During Soybean (Glycine Max
Merr) Cultivation in Wet Tropical
Area." AGRIVITA, Journal of Agricultural
Science 36.1 (2014): 57-64.

Anda mungkin juga menyukai