Anda di halaman 1dari 16

“KEABSAHAN TANDA TANGAN DIGITAL SURAT KUASA

DI BAWAH TANGAN VIA APLIKASI PrivyID GUNA


MENGHADIRI RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM

TESIS MINOR

Oleh :

AUDIA ANDINI ARIPUTRI


NIM. 233221004

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
1. LATAR BELAKANG
Perseroan Terbatas (PT) adalah salah satu pelaku ekonomi yang menjadi
subjek hukum, dalam hal ini kedudukannya sama seperti manusia, sehingga
memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti manusia, 1 artinya PT sebagai
subjek hukum jika diketahui telah melanggar ketentuan undang-undang, maka
bisa dituntut dan dimintai pertanggungjawaban baik secara perdata maupun
pidana. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut UUPT,2 mengatur bahwa; “Organ
Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan
Komisaris”. Organ PT merupakan penggerak keberlangsungan PT sebagai subjek
hukum ke arah tujuan yang ingin dicapai oleh PT tersebut. Selanjutnya Pasal 1
angka 4 UUPT, mengatur bahwa; “Rapat Umum Pemegang Saham, yang
selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang
yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang
ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”.
Berdasarkan isi Pasal tersebut bisa disimpulkan bahwa RUPS merupakan
organ tertinggi dalam suatu PT, sebab wewenangnya tidak dimiliki oleh Direksi
maupun Dewan Komisaris, sehingga keputusan yang diambil dalam RUPS
merupakan keputusan tertinggi. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa RUPS
sebagai organ perseroan, memiliki peran yang sangat dominan dalam sebuah PT.
RUPS mengikat perseroan serta menjadi tanggung jawab perseroan. 3
Konsekuensinya Direksi dan Komisaris harus patuh, taat dan setuju kepada
kebijakan yang diambil dalam RUPS, serta tidak ada hak menolak hasil-hasil
keputusan RUPS.
Pengaturan RUPS sendiri telah diatur pasal 1 butir (4) UUPT lebih lanjut
ketentuan mengenai RUPS diatur Bab VI dari pasal 75 sampai pasal 91. UUPT
tidak saja memberikan pengaturan terkait dengan RUPS yang terkait dengan
perseroan tertutup, tetapi juga untuk RUPS Perseroan Terbuka lebih lanjut oleh

1
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas.. (2nd edn, Djambatan 2004) 14.
2
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
3
Supramono (n 1) 12.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/POJK.04/2020 tentang Rencana dan
Penyelenggaran RUPS yang telah mencabutnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 10/POJK.04/2017 tentang adanya perubahan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 32/POJK/04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaran RUPS,
selain itu juga RUPS Perseroan Terbuka secara online juga diatur dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16/POJK.04/2020 tentang Pelaksanaan
RUPS Perusahaan Terbuka Secara Elektronik, sehingga RUPS yang dapat
dilaksanakan secara online dan keputusannya adalah sah sebagaimana RUPS fisik
yang dihadiri langsung para pemegang saham.
Berdasarkan pengaturan tersebut dasar dari kewajiban mengadakan RUPS
Tahunan telah diatur dan harus dilakukan oleh PT. Maksudnya, secara normatif
memang ada dan wajib dijalankan paling lambat 6 bulan setelah tutup tahun buku
berakhir (Pasal 78 ayat (2) UUPT) dengan agenda yang rutin dan dilakukan secara
regular. RUPS lainnya dapat dilakukan setiap waktu berdasarkan kebutuhan atau
kepentingan perseroan, sehingga dapat dilakukan sampai dua kali atau lebih dalam
waktu 1 (satu) tahun (Pasal 78 ayat (4) UUPT) yang dikenal dengan RUPS Luar
Biasa (RUPSLB). Agar penyelenggaraan RUPS sah menurut hukum harus
dilakukan berdasarkan tiga alternatif yaitu : alternatif pertama RUPS diadakan di
tempat kedudukan PT, alternatif kedua tempat PT melakukan kegiatan usaha
utamanya, alternatif ketiga PT dimungkinkan mengadakan rups di mana saja.4
Pada dasarnya pemegang saham dapat memberikan kuasa kepada siapa saja
untuk mewakilinya dalam RUPS sebagaimana di atur dalam Pasal 85 ayat (1)
UUPT. Akan tetapi, dalam hal pemegang saham memberikan kuasa tersebut
kepada anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan dari PT yang
mengadakan RUPS, suara tersebut tidak ikut dihitung dalam pemungutan suara
(Pasal 85 ayat (4) UUPT beserta penjelasannya). Suatu Kuasa pada umumnya
dilaksanakan demi kepentingan pihak yang memberikan kuasa. Surat kuasa
memiliki pengaturan hukum secara tersirat di dalam Pasal 1792 BW yang
menjelaskan bahwa pemberian kuasa adalah suatu persetujuan yang berisikan
pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan

4
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas. (5th edn, Sinar Grafika 2015) 6.
sesuatu atas nama orang yang memberikan kuasa. Surat kuasa digunakan untuk
melimpahkan wewenang dari pihak yang secara sah memiliki wewenang kepada
pihak lain. Pihak lain ini nantinya akan mewakili pihak pemilik wewenang dan
mempunyai otoritas penuh terhadap objek pelimpahan kuasa sesuai dengan apa
yang disebutkan di dalam surat kuasa.
Pada prakteknya, penandatangan Surat Kuasa guna menghadiri RUPS dibuat
dalam bentuk surat di bawah tangan yang ditandatangani secara konvensional
yaitu menggunakan tinta basah. Akan tetapi, seiring berkembanganya teknologi
informasi, ditemui dalam praktek penyelenggaraan RUPS, terdapat surat kuasa
yang ditandatangani secara elektronik menggunakan aplikasi PrivyID.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu Notaris yang berkedudukan di
Kota Surabaya, dalam penyelenggaraan RUPS maupun e-RUPS, para pemegang
saham beberapa diantaranya ditemui menggunakan surat kuasa guna mengahadiri
rapat dengan menggunakan aplikasi PrivyID untuk keabsahan tanda tangan
elektronik. Menurut Kominfo, aplikasi PrivyID adalah layanan tangan digital
yang mengikat secara hukum serta identitas digital tepercaya bagi bisnis dan
pelanggan untuk terhubung secara langsung.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, penerapan internet dalam dunia
bisnis memang sudah banyak menggunakan perjanjian atau kontrak elektronik (e-
contract) dalam dunia bisnis yang dilakukan secara online. 5 Hal tersebut memang
diakomodir secara normatif di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU
ITE). Namun, alangkah baiknya sebagai Notaris yang nantinya sebagai pembuat
akta otentik berkaitan dengan Risalah RUPS baik dalam bentuk akta berita acara
rapat maupun akta pernyataan rapat, perlu menelaah kembali sebagai bentuk
kehati-hatian apakah surat kuasa yang ditandatangani secara elektronik tersebut
sah menurut hukum untuk mewakili pemegang saham dalam hal menyampaikan
pertanyaan hingga memberikan hak suara untuk mengambil keputusan dalam
RUPS maupun e-RUPS.

5
Nudirman Munir, Pengantar Hukum Siber Indonesia (PT RajaGrafindo Persada 2017) 23.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum dengan jenis
penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang berpedoman pada peraturan-
peraturan dan literatur-literatur hukum yang memiliki hubungan permasalahan
dan pembahasan dalam penelitian ini.6 Pendekatan yang digunakan oleh penulis
adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan
konseptual (conseptual approach). Pendekatan perundangan-undangan dalam
penelitian ini digunakan untuk menelaah seluruh peraturan perundang-undangan
yang ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang dihadapi yaitu UUJN,
UU ITE, dan UUPT. Pendekatan konseptual (conseptual approach), yaitu
berdasarkan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum guna
membangun argumentasi hukum dalam memecahkan masalah terkait isu hukum
yang dibahas oleh penulis.7 Teknik analisis bahan hukum pada penelitian ini
menggunakan metode deduktif yaitu berpangkal pada pernyataan bersifat umum
kemudian dijabarkan ke penyataan yang bersifat khusus, selanjutnya ditarik
sebuah kesimpulan.8

2. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Kepastian Hukum
Menurut teori kepastian hukum, apabila suatu perbuatan dilakukan
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku yaitu berdasarkan peraturan
perundang-undangan, maka perbuatan hukum tersebut tentu akan menimbulkan
kepastian hukum bagi subjek hukum.9 Selanjutnya, menurut Gustav Radbruch
sebagaimana dikutip di dalam buku E. Ultrech, ada 2 (dua) macam pengertian
kepastian hukum, yaitu kepastian oleh karena hukum dan kepastian dalam atau
dari hukum. Hukum yang berhasil menjamin banyak kepastian dalam hubungan
kemasyarakatan adalah hukum yang berguna. Kepastian hukum memberikan dua
tugas hukum yang lain, yaitu menjamin keadilan serta hukum harus tetap berguna,
sedangkan kepastian dalam hukum tercapai apabila hukum itu tertulis dalam
6
Ronny Hanitijo, Metetologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri (Ghalia Indonesia 2001) 15.
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Kencana 2017) 4.
8
ibid 8.
9
ibid 12.
bentuk undang-undang yang tidak ada ketentuan-ketentuan yang bertentangan
(undang-undang berdasarkan suatu sistem yang logis dan praktis), undang-undang
itu dibuat berdasarkan rechtswerkelijkheid (keadaan hukum yang sungguh-
sungguh) dan dalam undang- undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang
dapat ditafsirkan secara multitafsir.

3. ANALISA
a. Keabsahan dan Cara Kerja Tanda Tangan Digital PrivyID
Pasal 1 angka 12 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE),10 memberikan definisi mengenai tanda tangan elektronik,
yaitu tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan,
terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik lainnya termasuk kontrak
elektronik yang digunakan sebagai alat verifikasi atau autentikasi. Sedangkan
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik berupa kontrak elektronik
dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah sebagaimana
tertuang dalam Pasal 5 ayat (1) UU ITE. Tanda tangan elektronik berbeda dengan
tanda tangan digital dimana tanda tangan elektronik merupakan istilah hukum
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan 11, sedangkan tanda
tangan digital merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan metode
penandatanganan secara elektronik dengan menggunakan metode kriptografi
asimetris dengan infrastruktur kunci publik.12
Menurut Tan Thong Kie, tanda tangan itu sendiri adalah suatu pernyataan
kemauan pembuat tanda tangan (penanda tanganan), bahwa ia dengan
membubuhkan tanda tangannya di bawah suatu tulisan menghendaki agar tulisan
itu dalam hukum dianggap sebagai tulisannya sendiri. 13 Pengertian tanda tangan

10
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Infomasi Dan Transaksi Elektronik.
11
Edmon Makarim, ‘Keotentikan Dokumen Publik Elektronik Dalam Administrasi Pemerintah Dan
Pelayanan Publik’ [2015] Jurnal Hukum dan Pembangunan 3.
12
Thalis Noor Cahyadi, ‘Aspek Hukum Pemanfaatan Digital Signature Dalam Meningkatkan
Efisiensi, Akses Dan Kualitas Fintech Syariah’ (2020) 9 Jurnal Rechtsvinding 7.
13
Tan Thong Kie, Studi Notariat Dan Serba-Serbi Praktek Notaris (PT Ichtiar Baru van Hoeve ed,
2007) 13.
dalam arti umum, adalah tanda tangan yang dapat didefinisikan sebagai suatu
susunan (huruf) tanda berupa tulisan dari yang menandatangani, dengan mana
orang yang membuat pernyataan atau keterangan tersebut dapat
diindividualisasikan.14
Pasal 1875 BW memberikan pengaturan mengenai mengenai tanda tangan
yang berbunyi :
“Suatu tulisan di bawah tangan yang diakui kebenarannya oleh orang yang
dihadapkan kepadanya atau secara hukum dianggap telah dibenarkan
olehnya, menimbulkan bukti lengkap seperti suatu akta otentik bagi mereka
yan menandatanganinya, ahli warisnya serta orang orang ya g ng
mendapatkan hak dari mereka.”
Berdasarkan bunyi pasal 1875 BW, dapat dikatakan bahwa keabsahan tanda
tangan berasal dari pengakuan bahwa benar ia yang membubuhkan tanda tangan
tersebut.
Berkembangnya teknologi infomasi sangat mempengaruhi kegiatan sehari
hari di semua lini, khususnya terkait dengan tanda tangan dalam dokumen.
Dokumen elektronik yang ditandatangani secara digital merupakan dokumen
elektronik yang dihasilkan melalui proses enkripsi, dengan menggunakan kunci
privat, dari plain text yang telah melalui proses hashing. Kunci privat yang dibuat
secara unik untuk masing-masing individu, memiliki pasangan kunci yang terkait
secara sistematis yang disebut dengan kunci publik yang kemudian dilekatkan
pada sertifikat elektronik bersama dengan dokumen elektronik yang telah
dienkripsi tersebut.15
Pihak yang menerbitkan pasangan kunci beserta dengan sertifikat elektronik
tersebut sebagai penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) atau Certificate
Authority (CA). Ketentuan mengenai PsrE diatur secara umum di UU ITE, namun
secara lebih spesifik di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2022
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE) dan

14
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat.
(Rajawali 2006) 23.
15
Cahyadi (n 12) 4.
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (Permen PSrE).
Pasal 60 ayat (3) PP PSTE menerangkan bahwa Tanda tangan elektronik
tersertifikasi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yaitu :
a. Memenuhi keabsahan kekuatan hukum dan akibat hukum Tanda Tangan
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3);
b. Dibuat dengan menggunakan jasa penyelenggara sertifikasi elektronik; dan
c. Dibuktikan dengan sertifikat elektronik.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 20 PP PSTE , Sertifikat Elektronik adalah
sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan
identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi
Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. Oleh
karena itu, tanda tangan digital hanya bisa dilakukan dengan menggunakan
sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh penyelenggara sertifikasi elektronik
atau certification authority.
Selanjutnya, Pasal 1 angka 21 PSTE menerangkan bahwa Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak yang
layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit sertifikat elektronik. Pasal 13
ayat (3) UU ITE, menyebutkan bahwa penyelenggaraan sertifikat elektronik
terdiri dari : Penyelenggara Sertifikasi Elektronik Indonesia dan Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik asing. Pasal 13 ayat (4) UU ITE selanjutnya menerangkan
bahwa penyelenggara sertifikasi elektronik di Indonesia harus berbadan hukum
dan berdomisili di Indonesia serta diakui oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia.
PT Privy Identitas Digital didirikan di Jakarta pada Oktober 2016 dan telah
disahkan sebagai perusahaan berbadan hukum oleh Kementerian Hukum dan
HAM RI Nomor : AHU-0046948.AH.01.01. Tahun 2016. PT Privy Identitas
Digital melalui platform PrivyID mempunyai misi menghadirkan teknologi yang
memberikan identitas tunggal yang terintegrasi secara universal di dunia digital
bagi penggunanya.
Keberadaa PrivyID telah diakui oleh pemerintah Indonesia, diantaranya
Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagaimana tertuang dalam
Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 96 Tahun 2018 Tentang
Penetapan Pengakuan PT Privy Identitas Digital sebagai Penyelenggara Sertifikasi
Elektronik Status dan Bank Indonesia berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 19/12/PBI/2017 dan Pasal 8 ayat (1) PADG Nomor 19/15/PADG/2017.
PrivyID juga diakui oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri dalam pemberian akses pemanfaatan Nomor Induk
Kependudukan (NIK), data kependudukan dan kartu tanda penomoran elektronik.
Hal tersebut didasarkan pada perjanjian kerjasama antara Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri dengan PT Privy
Identitas Digital Nomor 119/2541/DUKCAPIL dan Nomor
040/PID-BD/PKS/III/2019. PrivyID juga telah tercatat di Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) sebagai satu-satunya penyelenggara inovasi keuangan digital di klaster e-
KYC yang dimasukkan dalam regulatory sandbox OJK sebagaimana termuat
dalam Surat Tanda Bukti Tercatat Otoritas Jasa Keuangan Nomor : S-
170MS.72/2019.
Metode yang digunakan dalam penandatangan secara digital melalui
PrivyID menggunakan proses hasing yang berperan memastikan integritas suatu
file, data, atau informasi berbasis digital. Apabila terjadi perubahan pada teks atau
file digital tersebut meskipun sedikit, maka hasilnya akan berubah dari nilai hash
aslinya, sehingga nilai hash suatu teks atau dokumen digital dapat dibuktikan
integritasnya.16 Metode lain yang digunakan PrivyID dalam proses
penandatanganan dokumen adalah kriptografi asimetris, yaitu metode enkripsi
menggunakan kunci publik dan kunci privat. Apabila proses enkripsi
mengggunakan kunci privat pengirim untuk mengenkripsi pesan, maka kunci
publik penerima harus digunakan untuk mendeskripsi pesan tersebut. Ketika
proses deskripsi berhasil, maka proses tersebut adalah verifikasi bahwa pesan
tersebut telah dterima dan tidak bisa disanggah. Proses tersebut sebagai anti
16
Paulus Insap Santosa dan Wing Wahyu Winarno Firda Zulivia Abraham, ‘Tanda Tangan Digital
Sebagai Solusi Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Hijau : Sebuah Kajian Literatur’ (2018)
9 Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi 3.
penyangkalan non-repudiation), dan metode kriptografi dengan metode
autentikasi tersebut dikenal sebagai tanda tangan digital.17
Tata cara penanda tanganan dokumen elektronik menggunakan aplikasi
PrivyID adalah sebagai berikut :
a. Buka aplikasi PrivyID;
b. Masukkan username dan password PrivyID lalu klik tombol “selanjutnya”;
c. Klik “unggah dokumen” lalu pilih “tanda tangan sendiri” jika ingin
menandatangani dokumen sendiri, “tanda tangan dengan pihak lain” jika ingin
menda tangani dokumen dengan pihak lain atau “minta pihak lain” jika ingin
meminta pihak lain menandatangani dokumen dengan aplikasi PrivyID;
d. Upload file yang ingin di tanda tangani;
e. Selanjutnya akan diminta untuk menamai dokumen yang ingin di tanda
tangani lalu klik “lanjutkan”;
f. Setelah dokumen yang diupload terbuka klik “tempatkan tanda tangan”, lalu
letakkan tanda tangan pada posisi yang sesuai lalu klik “konfirmasi dan
lanjutkan”;
g. Selanjutnya akan diminta alasan penanda tanganan (optional) lalu klik
“lanjutkan”;
h. Selanjutnya akan diminta otentikasi, bisa berupa otentikasi OTP atau
otentikasi biometrik dengan menggunakan sidik jari lalu klik “lanjutkan”;
i. Selanjutnya akan muncul notifikasi “tanda tangan berhasil” yang artinya
dokumen berhasil di tanda tangani;
j. Dokumen yang sudah di tanda tangani dapat di download dalam bentuk
dokumen PDF.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa tanda tangan digital
melalui PrivyID berisikan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika, sehingga kedudukan tanda tangan digital PrivyID
meskipun hanya berupa kode, memiliki kekuatan pembuktian yang sama dengan

17
Muhammad Usman Noor, ‘Tanda Tangan Digital : Otoritas Pada Arsip Elektronik’ (2021) 6
Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi 2.
tanda tangan basah pada umumnya selama memenuhi syarat yang telah ditentukan
dalam Pasal 11 ayat (1) UU ITE.

b. Keabsahan Tanda Tangan Digital PrivyID dalam Surat Kuasa RUPS


Pada dasarnya pemegang saham dapat memberikan kuasa kepada siapa saja
untuk mewakilinya dalam RUPS. Hal tersebut diatur dalam ketentuan Pasal 85
ayat (1) UUPT, yang menerangkan bahwa : “Pemegang saham, baik sendiri
maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri RUPS dan
menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Akan
tetapi, dalam hal pemegang saham memberikan kuasa tersebut kepada anggota
Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan dari Perseroan yang
mengadakan RUPS, suara tersebut tidak ikut dihitung dalam pemungutan suara.
Penjelasan Pasal 85 ayat (4) UUPT selengkapnya berbunyi demikian: “Dalam
menetapkan kuorum RUPS, saham dari pemegang saham yang diwakili anggota
Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan sebagai kuasa ikut
dihitung, tetapi dalam pemungutan suara mereka sebagai kuasa pemegang saham
tidak berhak mengeluarkan suara.”
Surat kuasa memiliki pengaturan hukum secara tersirat di dalam Pasal 1792
BW yang menjelaskan bahwa : “Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan yang
berisikan pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk
melaksanakan sesuatu atas nama orang yang memberikan kuasa”. Perlu
diperhatikan bahwa suatu kuasa bersifat privat yang berarti bahwa dengan adanya
kuasa tidak berarti pemberi kuasa sendiri tidak dapat melakukan perbuatan hukum
yang telah dikuasakannya. Berdasarkan pengertian Pasal tersebut dapat dilihat
unsur unsur pemberian kuasa, yaitu 18:
1. Perjanjian;
2. Memberikan kekuasaan kepada penerima kuasa;
3. Atas nama pemberi kuasa menyelenggarakan suatu urusan.

18
Herlin Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan (Citra Aditya Bakti
2012) 6.
Surat Kuasa pemegang saham kepada siapa saja yang mewakilinya dapat
dibuat dalam dua bentuk yaitu surat di bawah tangan dan suarat kuasa dalam
bentuk akta notariil. Hal tersebut diperjelas dalam ketentuan Pasal 1793 BW
sebagai berikut: “Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta umum,
dengan surat di bawah tangan bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan.
Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari
pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi kuasa.”
Surat kuasa di bawah tangan dapat dibuat oleh pemberi kuasa dan penerima
kuasa tanpa perlu menghadap pejabat umum yaitu Notaris, artinya surat tersebut
cukup di tandatangani kedua belah pihak dengan dibubuhi meterai Rp10.000,-
(sepuluh ribu). Surat kuasa dengan akta notariil maksudnya, surat kuasa yang
dibuat dihadapan notaris dengan bentuk dan tata cara pembuatan akta sesuai
ketentuan UUJN, sehingga surat kuasa tersebut mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai akta otentik.
Berkembangnya teknologi informasi saat ini, dikenal istilah dokumen
elektronik yang diakomodir dalam ketentuan UU ITE, sehingga dokumen
elektronik diakui sebagai alat bukti yang sah dalam hukum Indonesia
sebagaimana bunyi ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU ITE, sebagai berikut :
“Informasi Elektornik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah”. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
pembuatan surat kuasa di bawah tangan dapat dibuat dengan dua cara yaitu secara
fisik atau secara elektronik. Surat kuasa yang dibuat secara fisik dapat dibuat oleh
pemberi dan penerima kuasa dengan membubuhkan tanda tangan secara fisik,
sedangkan surat kuasa secara elektronik dibuat dalam bentuk dokumen elektronik
dan ditandatangani secara digital. Surat kuasa elektronik dapat juga digunakan
untuk keperluan menghadiri RUPS untuk mewakili pemegang saham baik dalam
mengambil keputusan dengan diambil suara secara sah atau yang lainnya selama
itu mencakup kewenangannya sesuai yang tertuang dalam surat kuasa yang
bersangkutan. Himbauan penggunaan surat kuasa elektronik untuk menghadiri
RUPS juga diumumkan oleh OJK melalui Siaran Pers OJK Longgarkan Batas
Waktu Laporan Keuangan Dan RUPS Nomor SP 18/DHMS/OJK/III/2020 pada
point 3 berbunyi :
“Penyelenggaraan RUPS oleh Perusahaan Terbuka dapat dilakukan
dengan mekanisme pemberian kuasa secara elektronik dengan
menggunakan sistem e-RUPS yang disediakan oleh Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian dan pelaksanaan RUPS dilakukan seefisien mungkin
tanpa mengurangi keabsahan pelaksanaan RUPS sesuai POJK Nomor 32
tahun 2014 dan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.”
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa tanda
tangan digital yang diakui secara hukum keabsahannya di Indonesia salah satunya
dapat menggunakan aplikasi PrivyID. Maka, sepanjang surat kuasa yang di tanda
tangani oleh kedua belah pihak menggunakan tanda tangan digital PrivyID dan
keberadaan surat kuasa tersebut sudah sesuai dengan ketentuan syarat sah
perjanjian sesuai ketentuan Pasal 1320 BW yaitu sepakat, cakap hukum, hal-hal
tertentu dan kausa halal terpenuhi secara kumulatif dan diakui oleh para pihak
tersebut ialah sah. Namun, apabila terdapat penyangkalan dari salah satu pihak
maka pihak yang menyangkal harus membuktikannya. Adanya aturan yang jelas
mengenai pengaturan tanda tangan digital melalui PrivyID tentu menimbulkan
kepastian hukum. Menurut teori kepastian hukum, apabila suatu perbuatan
dilakukan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku yaitu berdasarkan peraturan
perundang-undangan, maka perbuatan hukum tersebut tentu akan menimbulkan
kepastian hukum bagi subjek hukum.19 Adanya kepastian hukum tentu akan
berdampak pula pada upaya perlindungan hukum atas diri subyek hukum, karena
pada dasarnya kepastian hukum merupakan ketentuan yuridis yang mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan perbuatan yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dikerjakan.20
Surat kuasa yang ditanda tangani secara digital hanya berlaku pada surat di
bawah tangan, dan tidak berlaku untuk surat kuasa yang dibuat dengan akta

19
Marzuki (n 7) 5.
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (UI Press 1986) 18.
notaris. Meskipun PrivyID secara legalitas diakui secara sah di Indonesia, namun
terdapat pengecualian untuk dokumen-dokumen yang dibuat oleh pejabat umum
seperti Notaris/PPAT. Hal tersebut dipertegas dalam ketentuan Pasal 5 ayat (4)
UU ITE yang menerangkan bahwa :
“Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:
a. surat menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis;
b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat
dalam bentuk akta notariil atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat
akta.”

Oleh karena itu, pemberi kuasa dan penerima kuasa juga harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan lain agar dalam pembuatan surat kuasa
tersebut tidak menimbulkan kerugian di kemudian hari, sehingga penerima kuasa
sebagai perwakilan pemegang saham selaku pemberi kuasa dalam mengahadiri
RUPS dapat melaksanakan apa yang menjadi muatan dalam surat kuasa khusus
tersebut dan dapat dihitung ketika memberikan keputusan/suara dalam rapat.
Berdasarkan Penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa Surat Kuasa
yang dibuat dalam bentuk akta notariil tidak dapat ditanda tangani secara digital
mengingat ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf m UUJN yang menerangkan bahwa :
“Membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2
(dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan Akta
wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh
penghadap, saksi, dan Notaris”. Selain ketentuan pasal tersebut, juga di
dasarkan pada Pasal 5 ayat (4) UU ITE.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penandatanganan surat
kuasa menghadiri RUPS dengan menggunakan tanda tangan digital melalui
aplikasi PrivyID sah dan diakui secara hukum sebagai alat bukti yang sah, oleh
karena itu surat kuasa tersebut dapat mewakili pemegang saham untuk hadir
dalam acara RUPS atau e-RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan
jumlah saham yang dimilikinya. Mengingat catatan penting bahwa surat kuasa
dengan menggunakan tanda tangan digital hanya untuk surat kuasa di bawah
tangan dan bukan surat kuasa dalam bentuk akta notariil.

4. KESIMPULAN
Landasan hukum pemberian kuasa untuk menghadiri RUPS dengan tanda
tangan elektronik menggunakan PrivyID didasarkan pada UUPT dan aturan
turunannya, UU ITE beserta aturan turunannya, dan BW. Surat Kuasa yang dibuat
dan ditandatangani secara digital melalui PrivyID diakui secara sah dan berlaku
mengikat bagi kedua belah pihak selama dalam proses penyelenggaraan tanda
tangan digital dilakukan sesuai mekanisme dan prosedur yang diatur dalam UU
ITE dan aturan turunannya. Oleh karena itu, surat kuasa yang bersangkutan dapat
digunakan oleh penerima kuasa untuk mewakili pemegang saham guna
menghadiri RUPS dan melakukan kewenangan lainnya sesuai substansi yang ada
dalam surat kuasa tersebut selama tidak bertentangan dengan UUPT dan anggaran
perseroan.

5. REFERENSI
BUKU
Budiono H. Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan. (Citra
Aditya Bakti 2012)
Hanitijo R. Metetologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri. (Ghalia Indonesia 2001)
Harahap MY. Hukum Perseroan Terbatas Cet. V. (5th edn, Sinar Grafika 2015)
Marzuki PM. Penelitian Hukum. (Kencana 2017)
Munir N. Pengantar Hukum Siber Indonesi. (PT RajaGrafindo Persada 2017)
Soekanto S. Pengantar Penelitian Hukum. (UI Press 1986)
Soekanto S dan Sri M. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat.
(Rajawali 2006)
Supramono G. Hukum Perseroan Terbatas.. (2nd edn, Djambatan 2004)
Tan Thong Kie. Studi Notariat Dan Serba-Serbi Praktek Notaris. (PT Ichtiar Baru
van Hoeve ed, 2007)
JURNAL
Cahyadi TN. ‘Aspek Hukum Pemanfaatan Digital Signature Dalam Meningkatkan
Efisiensi, Akses Dan Kualitas Fintech Syariah’. (2020) 9 Jurnal
Rechtsvinding
Firda Zulivia Abraham PIS dan WWW. ‘Tanda Tangan Digital Sebagai Solusi
Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Hijau : Sebuah Kajian Literatur’.
(2018) 9 Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Makarim E. ‘Keotentikan Dokumen Publik Elektronik Dalam Administrasi
Pemerintah Dan Pelayanan Publik’. [2015] Jurnal Hukum dan Pembangunan
Noor MU. ‘Tanda Tangan Digital : Otoritas Pada Arsip Elektronik’. (2021) 6
Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
Burgerlijk Wetboek (BW)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Infomasi Dan Transaksi Elektronik 2016
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Anda mungkin juga menyukai