Anda di halaman 1dari 7

Omnibus law dalam perspektif perundang-undangan di Indonesia

Ahmad baidhawi, randy fazra limanda ,Muhammad nazhif qolbi

Fakultas syariah,Hukum Tata Negara 2

Universitas Islam Negri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Abstrak

A. Latar Belakang

Indonesia menjadi negara hukum, sudah menempatkan aturan menjadi supremasi Pembangunan di
bidang aturan ialah hal yang sangat memilih bagi terwujudna harapan bangsa, terutama dalam
memajukan kesejahteraan umum 1 ada 2 (2) landasan utama yang wab menjadi pilar pada aplikas
pembangunan hukum nasional Landasan utama tersebut sebagai dasar pada aplikasi politik bukum
nasional, sebab politik hukum sangat memilih arah kebijakan pembangunan nasional secara holistik
yang akan dilaksanakan pada Legislasi sebagai pintu primer pada menjalankan politik hukum nasional
pada praktek penyelenggaraan Negara, peraturan perundang-undangan berfungsi menjadi payung
hukum pada pengimplementasian aktivitas sang negara, eksistensi undangundang pada suatu negara
memiliki kedudukan yang strategis serta krusial, baik dicermati berasal konsepsi negara hukum, hierarki
tata cara aturan juga dicermati asal fungsi undang-undang pada umumnya 4 Bagir Manan
mengemukakan bahwa eksistensi peraturan perundang-undangan dan aktivitas pembentukan undang-
undang (legislasi) memiliki peranan yang sangat krusial serta strategis menjadi pendukung primer pada
penyelenggaraan pemerintahan

dengan adanya penerapan Omnibus Law pada Indonesia, maka sebagai pertanyaan apakah akan
sejalan atau kompatibel menggunakan sistem hukum di Indonesia yang menganut Civil Law System pada
pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia, mengingat gagasan Omnibus Law ini lebih
dikenal penerapannya di negara yang menganut Common Law System Bila Ommbus Law dipahami
menjadi jenis peraturan perundangundangan sama halnya menggunakan kata Undang- Undang Payung,
dimana undang-undang payung (raamwet, basiswet, moederwet) acapkali dimaknai menggunakan
undang-undang yang artinya "induk" asal undang-undang lainnya, sehingga kedudukannya lebih tinggi
berasal undang-undang "anaknya serta lebih dahulu ada Keberadaan undang-undang sebagai jenis
peraturan perundangundangan menunjukkan bahwa setiap undang-undang memiliki kedudukan yang
sama di bawah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat.22 Namun, dengan adanya undang-undang yang dibentuk melalui metode
Omnibus Law, secara tidak langsung memposisikan undang-undang Omnibus Law berada lebih tinggi
secara hierarki dibanding dengan undang-undang sektoral karena pembentukan undang-undang
Omnibus Law akan menghasilkan undang-undang paying.

Maka menjadi menarik bila Omnibus Law ini dicermati dari penyusunan atau pembentukan peraturan
perundang-undangan di Indonesia yang seharusnya mengacu dan berdasar pada Undang-Undang nomor
12 Tahun 2011 perihal Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan pada Undang-Undang tadi, tak
mengatur secara jelas prosedur norma pencabutan, pemindahan, perubahan pasal-pasal berasal
sejumlah undangundang yang termasuk pada UU Cipta Kerja

B. Pembahasan

1. Apa urgensinya Indonesia menggunakan metode omnibuslaw dalam penataan peraturan


perundang-undangan

Pertama, Menurut Audrey O Brien , Omnibus Law adalah suatu rancangan undang-undang yang
mencakup lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu undang-undang. Kemudian, menurut Barbara
Sinclair , Omnibus Law artinya proses pembuatan peraturan yang bersifat kompleks dan penyelesaiannya
memakan waktu lama karena mengandung banyak materi meskipun subjek, isu dan programnya selalu
terkait
, bisa dikatakan bahwa Omnibus Law adalah sebuah contoh undang-undang yang mengatur banyak hal.
pada Indonesia, peraturan Omnibus Law sebagai acum serta dasar bagi lahirnya undang-undang lain juga
peraturan pada bawah undang-undang, contohnya Peraturan Pemerintah .

Omnibus law sangat berkaitan dengan upaya penyederhanaan regulasi dalam rangka harmonisasi
peraturan perundang- undangan Penggunaan metode omnibus law menjadi upaya harmonisasi
peraturan perundang-undangan bisa menekan ego sektoral yang terkadang menimbulkan pertentangan
antara peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain menggunakan peraturan
perundang-undangan yg lain Metode omnibus law yang dibentuk menggunakan cara modifikasi
menjadikan peraturan perundang-undangan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi rul di
masyarakat. Hal ini sesuai dengan pemyataan dari guru akbar Ilmu Perundang-undangan Fakultas
hukum Universitas Indonesia, Hamid S. Attamimi bahwa proses pembentukan aturan perlu memakai
metede modifikasi sehingga hukum dapat menjembatani kepentingan dan kebutuhan masyarakat
Indonesia sudah menggunakan metode omcubus law, salah satu contohnya adalah Undang-Undang
nomor 11 Tahun 2020 wacana Cipta Kerja

Penggunaan metode omnibus law yang membarui serta atau mencabut aneka macam ketentuan UU
akan memperluas cakupan sektor yang diatur. Hal ini mengakibatkan golongan rakyat yg terdampak
akan lebih poly daripada rakyat yg terdampak asal pembuatan UU pada biasanya berdasarkan irit
penulis, satu UU yang membarui serta/atau mencabut aneka macam ketentuan UU lainnya untuk lalu
diatur di pada UU tadi bisa menyampaikan dampak positif juga negatif terhadap sektor-sektor yang
diatur pada satu UU tadi akibat positifnya ialah menyederhanakan sebagai akibatnya terjadi penataan
balik regulasi dan prosedural asal UU yg disatukan itu. contohnya saja UU Cipta Kerja yang membarui
serta atau mencabut 78 (tujuh puluh delapan) UU mencakup sektor ketenagakerjaan, agraria,
kehutanan, keuangan, perizinan berusaha, perdagangan, perikanan, sampai administrasi pemerintahan,
tentu mempunyai dampak yg sangat luas terhadap rakyat. UU Cipta Kerja yang mengatur banyak sekali
sektor ini mempunyai keunggulan primer, yaitu menyampaikan kemudahan berusaha di Indonesia yg
lalu akan mendorong investor masuk di Indonesia Sebelum adanya UU Cipta Kerja pembentukan suatu
badan usaha, terutama badan usaha berupa perseroan yang dibuat sang UMKM terhalang di ketentuan
Undang-Undang angka 40 Tahun 2007 perihal Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT). Maka,
UU Cipta Kerja lahir menggunakan cakupan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2008 perihal perjuangan
Mikro, mungil, serta Menengah (selanjutnya diklaim UU UMKM) serta UU PT membuat suatu produk
badan perjuangan baru, yaitu Perseroan Perorangan. Perseroan Perorangan ini memudahkan UMKM
buat berusaha karena bisa didirikan sang 1 (satu) orang, syarat registrasi yang simpel dan pemisahan
harta kekayaan perusahaan menggunakan harta langsung

Penggunaan metode omnibus law pada Indonesia waktu ini masih hanya terbatas di UU. Penerapan
asal metode omnibus law pula masih jauh dari istilah tepat, misalnya artinya UU Cipta Kerja yang
dinyatakan stigma formil sesudah dilakukan uji formil sang Mahkamah Konstitusi (selanjutnya dianggap
MK) akibat tidak terpenuhinya mekanisme pembentukan suatu UU UU Cipta Kerja dinyatakan
inkonstitusional bersyarat melalui Putusan Mahkamah Konstitusi angka 91/PUU-XVIII/2020 (selanjutnya
dianggap Putusan MK) bila suatu UU dinyatakan, inkonstitusional bersyarat oleh MK, maka UU tadi
tidak memiliki kekuatan aturan mengikat sepanjang tidak memenulu syarat-syarat yg ditentukan
Pengujian formil terhadap suatu UU berkaitan menggunakan mekanisme penyusunan sebuah UU, yaitu
pada hal ada dugaan kesalahan mekanisme, atau dugaan kesengajaan melewatkan mekanume pada
membentuk sebuah UU Putusan inkonstitutional bersyarat pada UU Cipta Kerja dimaknai menjadi UU CK
tidak berlaku secara tetap jika tidak dilakukan revisi terhadap UU tadi selama 2 tahun galat satu asas
yang tak terpenuhi ialah asas keterbukaan. Asas keterbukaan di pembentukan UU Cipta Kerja tak
terpenuhi sebab tidak setiap golongan rakyat yg terdampak pada UU tadi ikut berpartisipasi serta bisa
menyuarakan pendapatnya tentang UU tadi. Hal ini tentu adalah hal yg fatal mengingat setiap
pembentukan peraturan perundang-undangan wajib melibatkan setiap golongan warga yang terdampak
demi kepentingan warga itu sendiri. Mengacu di kondisi ini, sebagai logis Bila dikatakan bahwa galat satu
kelemahan berasal penggunaan metode omnibus law talab kesulitan buat memenuhi pada kaitannya
dengan UU Cipta Kerja, Pemerintah menjamin sudah melibatkan rakyat terdampak pada proses
pembuatannya. Meskipun demikian, hakim MK melalui Putusan MK beropini bahwa rakyat belum
berpartisipasi secara aporisma.[ Penulis beropini bahwa proses pembuatan UU Cipta Kerja tidak
memperhatikan ketentuan Pasal 96 ayat (4) UU P3. Pasal 96 ayat (4) UU P3 mensyaratkan bentuk
partisipasi rakyat pada pembentukan suatu peraturan perundang-undangan berupa kemudahan warga
buat menerima berita dan menyampaikan masukan wajib difasilitasi oleh pemerinta

Pertimbangan asal hakim MK dalam menyatakan bahwa UU Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat ialah
mengenai penggunaan metode omnibus law yg tak diatur pada UU P3. Hakim beropini bahwa
penggunaan metode omnibus law tidak bisa dipergunakan selama peraturan tentang mekanisme dan
tata cara memakai metode omnibus law pada pembentukan peraturan perundang-undangan belum
diadopsi pada dalam UU P3, Hakam MK pula menghendaki adanya revisi terhadap UU Cipta Kerja selama
2 tahun, jika tidak ada revisi selama masa 2 tahun tadi, maka UU Cipta Kerja sebagai tak mempunyai
kekuatan aturan mengikat secara tetap

potensi penggunaan metode omnibus law pada pembentukan peraturan perundang-undangan pada
Indonesia selalu terbuka. Meskipun tak diatur pada UU P3, penggunaan metode omnibus law
diperbolehkan selama pada proses pembuatannya patuh pada UU P3, terutama asas-asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik dan partisipasi rakyat. Omnibus law pula sangat berguna
pada rangka harmonisasi peraturan perundang-undangan. Tujuan asal penggunaan metode omnibus
law sendiri buat menyederhanakan regulasi serta mencegah adanya tumpang tindih peraturan
perundang-undangan oleh sebab itu, semua golongan warga terdampak wajib dilibatkan pada proses
pembuatannya sehingga peraturan perundang-undangan yg tercipta bisa mengakomodasi semua
kepentingan warga terdampak.

Tujuan di terapkannya penerapan Omnibus Law, terutama pada Indonesia, ialah buat mendukung
ekonomi serta memudahkan investasi, tetapi, perlu diperhatikan serta dijaga keseimbangannya
menggunakan sektor lain, mirip hak asasi manusia serta persoalan penyalahgunaan dana, sebab 2 sektor
ini merupakan yg paling rentan bersinggungan menggunakan ekonomi serta investasi.

Adapun investasi bagi sebuah perusahaan bisa dilakukan buat memperlebar sayap usaha, tetapi,
menarik calon investor bukanlah hal yang praktis salah satu hal yang mampu dimaksimalkan sang
perusahaan pada perkara ini ialah dengan membentuk laporan keuangan yang baik serta benar.
2. Omnibus Law sebagai Metode Dalam Pembentukan Undang-Undang

Kata omnibus jika dikaitkan dengan sistem hukum, memang lebih dekat dengan praktek di Amerika
dan Inggris yang menggunakan tradisi common law system. Sementara Indonesia mewarisi sistem
hukum yang digunakan oleh Belanda, yaitu civil law system. Dalam sistem hukum civil law, konsep
omnibus law belum pernah terdengar karena dalam sistem hukum civil law tersebut lebih
mengedepankan kodifikasi peraturan untuk mengatasi tumpang tindih dan parsialnya peraturan yang
ada. Omnibus Law merupakan metode untuk membuat sebuah regulasi atau undangundang yang terdiri
atas banyak subyek atau materi pokok untuk tujuan tertentu guna menyimpangi suatu norma
peraturan. Omnibus berbeda dengan rancangan peraturan kebanyakan dalam hal jumlah materi muatan
yang dicakup, banyaknya pasal yang diatur (ukuran), dan terakhir dari sisi kompleksitas dalam sebuah
undang-undang Omnibus law meliputi hampir seluruh substansi materi yang berhubungan. Undang-
undang akibat Omnibus law mencerminkan sebuah integrasi, kodifikasi peraturan yang tujuan akhirnya
ialah buat mengefektifkan penerapan peraturan tersebut. Teknik legislati omnibus law berasal segi
teoritis juga mudah masih belum terlalu dikenal di Indonesia. Omnibus Law sendiri adalah suatu metode
buat membentuk undangundang yang berkualitas, bukan bentuk produk bukum

hambatan yg mungkin akan dihadapi pada pembentukan undang-undang melalui metode Omnibus Law
yaitu:

a) Proses pembentukan undang-undang omnibus law di Dewan Perwakilan rakyat (dewan perwakilan
rakyat) perlu adanya kesiapan serta contoh pembahasan spesifik, dan

b) rencana yang padat berasal para anggota dewan perwakilan rakyat perlu buat diberikan pengarahan
akan pentingnya pembentukan undang-undang menggunakan metode omnibus law.

setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat sesuai asas-asas pembentukan peraturan


perundangundangan yang patut beginselen van behoorlijke regelgeving) serta pula berlandaskan
landasan filosofis, yuridis, serta sosiologis yang tentunya tidak sama bagi setiap peraturan perundang-
undangan , tentang keberadaan berasal banyak sekali undang-undang yang beberapa pasalnya dicabu
(dipindahkan) serta diletakkan pada Omnibus Law, schab setiap undangundang selain mengatur materi
muatan yang tidak sama pula mengatur subyek hukum. Bila ditinjau asal sudut pandang pembentuk
undang-undang yaitu pemerintah, parlemen serta para pelaku politik pada taraf elit penentu kebijakan
negara serta pemerintah, praktik tentang Omnibus Law dievalua sangat positif serta menguntungkan
tetapi, Bila ditinian dari adut pandang konsumen atau pemangku kepentingan yang luas, terutama para
subick aturan yang diatur serta yang sebagai target pengaturan undang-undang in di pada kemudian
lintas aturan tentu Omnibus Legislative Technique ini belum tentu dievaluasi mengklaim keadilan.
Sehubungan berasal dua evaluasi tadi dutas, bisa penulis jelaskan pula hal-hal terkait manfaat dan
kelemahan pembentukan undang-undang melalui Omnibus Law serta peluang dan tantangan
implementasi Omnibus Law pada Sistem Perundang-Undangan di Indonesia.

3. Kelemahan dan manfaat pembentukan undang-undang melalui omnibuslaw


Pertama, ditinjau asal segi waktu, metode Omnibus Law dinilai lebih efisien sebab bisa
merampungkan banyak kebutuhan akan kebijakan-kebijakan baru melalui regulasi pada satu proses
tunggal pembentukan undangundang pada Indonesia sendiri tentang jumlah undang- undang serta
peraturan perundang-undangan sangat banyak, ruwet serta banyak kontradiksi antara satu norma
dengan norma lainnya Kompleksitas peraturan perundang-undangan diperparah oleh norma pada
pembentukan undang-undang yang maten pada dalamnya hanya memuat ketentuan sinkron
menggunakan judul undang-undang, hal-hal diluar substansi serta yang tidak tercermin pada judul tak
bisa dimuat pada dalamnya sebagai akibatnya Bila di guatu waktu perlu mengadakan perubahan
terhadap ini guatu undang-undang maka rancangan undang-undang perubahan tu pula tidak boleh
keluar asal materi yang seharusnya dianur berdasarkan judul undang-undang yang bersangkutan
Praktiknya, mampu pula ditemukan adanya 2 sampai 3 undangundang yang tak mengatur hal-hal yg
bekerjasama sama sekali, GRATIS RPO ONGKIR OX Everything Done! namun di suatu ketika dan di suatu
daerah terdapat satu perkara yang melibatkan dari 2 undang-undang yg tak mengatur hal-hal yang
sifatnya saling bekerjasama Temuan-temuan masalah seperti ini telah semestinya dijadikan bahan buat
memperbaiks ketentuan pelbagai undang-undang yg saling berkaitan itu melalui pendekatan Omnibus
Legislative Technique

kedua, peraturan perundang-undangan bisa ditata menjadi lebih serasi sebab di tiap kesempatan
mengadakan perubahan menggunakan satu undang-undang, maka substansi yang ada pada banyak
undang-undang lain bisa sekaligus diintegrasikan ke pada undangundang baru Undang-undangnya
menjadi lebih serasi serta terpadu sebagai akibatnya lebih simpel pada sosialisasikan serta dipahami
sang rakyat luas pada implementasinya, undang-undang yg demikian tentu lebih praktis dilaksanakan
sebagai akibatnya sistem tata cara bukum yang dikembangkan benar-benar bisa efektif diterapkan pada
praktik buat mengklaim kepastian, keadilan serta kemanfaatan

Ketiga, menggunakan metode omnibus law, kebijakan negara serta pemerintahan yang berlaku
mengikat sebab dituangkan resmi pada bentuk peraturan perundang-undangan bisa lebih simpel
dimengerti, sebagai akibatnya lebih praktis dumplementasikan atau dilaksanakan sebagaimana mestinya
pada praktik dilapangan. Bila dibandingkan menggunakan suatu kebijakan tuntunan aturannya ada pada
banyak undangundang, maka bagi mereka yg tidak bergelut akrab menggunakan ilmu perundang-
undangan akan menghadapi kesulitan buat membaca begit banyak peraturan hanya buat mengatasi
suatu konflik nyata eksklusif ditambah dengan antara peraturan-peraturan tadi saling bertentangan dan
wajib memilih hukum mana yang dikuti menggunakan pendekatan omnibus law, hal tadi dengan
sendirinya teratasi, sebab pelbagai undang-undang yang saling tidak sama itu disatukan pengaturannya
pada satu naskah yg serasi dan terpadu

Selain itu, terdapat dua manfaat diadopsinya metode omnibus law pada pembentukan undang-undang.
yaitu: a) Metode omnibus law berhemat waktu serta mempersingkat proses legislasi sebab tak perlu
melakukan perubahan terhadap banyak undang-undang yang akan diubah melainkan relatif melalui satu
rancangan undang-undang yang berisikan banyak materi perubahan asal banyak sekali undang-undang
b) membentuk korelasi partai oposisi minoritas serta mayoritas pada parlemen sama-sama mempunyai
kesempatan
Omnibus Law membawa manfaat dalam mencegah ketidakpastian aturan yg timbul pasca pembentukan
satu undang-undang yg hanya memuat satu materi eksklusif yang menjadikan menimbulkan potensi
kontradiksi dengan menggunakan undang-undang lainnya serta pula bisa menaikkan produktivitas pada
pembentukan undang-undang sebab mampu mengakomodir banyak kepentingan,

ada pula beberapa kelemahan pada penerapan metode omnibus law itu sendiri yaitu omnibus law
mengandung kelemahan yang merugikan proses demokrasi serta negara hukum, khususnya berkenaan
menggunakan dengan prinsip due process of law making akibat negatif dari praktik omnibus law in

i a) Proses pembahasan-pembahasan di lembaga parlemen pada arti teknis mengalami penurunan


kualitas serta derajat keterpercayaan,

b) Kualitas partisipasi publik menurun

c) Kualitas perdebatan substantif di lembaga parlemen atas setiap berita kebijakan yg bekerjasama
dengan kepentingan umum masyarakat pula sangat menurun

d)Perdebatan pada ruang publik melalui dikursus publik (public discourses) sebagai tak penekanan serta
tidak terarah. Padahal peranan media bebas serta forum-forum politik dan akademis sangat krusial
menjadi medium pengenalan dan pendidikan bagi rakyat luas. Hal ini merupakan faktor-faktor yg
memilih proses demokrasi berkembang berasal sekedar demokrasi formalistik .

Penerapan metode omnibus law ini pula mengundang reaksi prokontra yang luas pada tengah rakyat yg
bahkan pernah terjadi pada seluruh negara yang menerapkan metode omnibus law pada praktiknya
contohnya, pada Kanada di tahun 2005, Bill C-38 perihal Budget menjadi salah satu Rancangan Undang-
Undang omnibus law yang paling tebal pada Kanada pada sistem Parlementer Kanada, RUU bisa
dipandang menjadi senjata yg dipakai sang pemerintah minoritas buat memastikan pemerintahan bisa
"survive", sebab mereka bisa dijatuhkan sewaktu-saat melalui mosi tidak percaya oleh koaliti oposisi
hanya atas dasar satu berita yang dievaluasi berdasar

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai