Anda di halaman 1dari 21

RUU CIPTA KERJA

(OMNIBUS LAW)
Tinjauan Hukum Tata Negara
z

Disampaikan untuk memantik diskusi


Mahasiswa GMNI Cabang
Yogyakarta

Rabu, 18 Maret 2020


Omnibus dan Omnibus Law
z

“Bus Omni” di Paris


Omni à mengangkut banyak Omnibus Law

Di Amerika Latin, Segala


sesuatu yang bisa
mengangkut semua
(Omnibus)

Omnibus Law sebagai Metode


• Black Law Dictionary à A single bill containing various distinct matters. Drafted in
this way to force the executive either to accept all the unrelated minor provisions or
to veto the major provision (Suatu undang-undang yang berisikan beragam materi,
yang dibentuk untuk memaksa eksekutif menerima semua ketentuan yang tidak
terkait atau untuk memveto ketentuan utama)
• Omnibus Law adalah metode penyusunan peraturan yang dalam satu peraturan
terdapat banyak substansi hukum yang dapat berdiri sendiri dan dapat
menegasikan ketentuan UU lain.
• Undang-undang Omnibus berusaha mengubah, mencabut atau memberlakukan
suatu aturan, yang sebenarnya masalah tersebut diatur dalam berbagai aturan.
Konsekuensi Omnibus Law
z terhadap UU existing

UU existing masih tetap berlaku, kecuali


sebagian pasal (materi hukum) yang telah
diganti atau dinyatakan tidak berlaku

UU existing tidak diberlakukan lagi apabila


pasal (materi hukum) yang diganti atau
dinyatakan tidak berlaku merupakan inti/ruh
dari undang-undang tersebut
z
z
z
z
z

§ Jepretan Layar 2020-01-20 pukul 19.18.05


Politik Hukum dan Politik Perundang-
z undangan Omnibus Law
Prof. Padmo Wahyono
Politik hukum berkenaan dengan hukum (omnibus law) yang akan datang
(ius constituendum)
Prof. Mahfud MD
Politik hukum atau legal policy merupakan garis resmi yang dijadikan dasar
pijak sekaligus cara untuk membuat dan melaksanakan hukum (omnibus law)
dalam rangka mencapai tujuan negara.
Teuku Moh. Radhie
Politik hukum adalah pernyataan kehendak penguasa negara mengenai
hukum (omnibus law) yang berlaku di wilayahnya (ius constitutum) dan
mengenai arah kemana hukum (omnibus law) hendak dikembangkan (ius
constituendum)
Prof. Sri Soemantri
Politik perundang-undangan adalah kebijakan dalam bidang perundang-
undangan (omnibus law) , yang menyangkut:
§ Bentuk dan tata urutan peraturan perundang-undangan (omnibus law);
§ Materi-muatan serta tata cara penyusunan dan pembentukan peraturan
perundang-undangan (omnibus law) .
(Sri Soemantri, Hukum Tata Negara Indonesia: Pemikiran dan Pandangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 121-130)
Arahan Presiden sebagai Politik
z Hukum Omnibus Law

Regulasi yang tidak konsisten dan Menghapus, menyesuaikan,


tumpang tindih antara satu dan lainnya mengurangi ketentuan yang
harus dipangkas, diselaraskan dan merintangi pelaksanaan
disederhanakan, serta menghindari pemerintahan.
hiper regulasi/obesitas regulasi

Regulasi tidak boleh menghambat


Menghapus ketentuan yang
inovasi, tanggap terhadap tantangan
merintangi isu kekinian.
baru dan perkembangan teknologi

Dua dimensi arahan (1)


Regulasi harus melindungi kepentingan melindungi kepentingan
rakyat, bangsa dan Negara rakyat, bangsa, dan negara;
memberikan rasa aman, serta mampu
(2) mendorong menuju
mendorong menuju Indonesia Maju Indonesia Maju.
Meneropong Karakter
z
Omnibus Law
Legalistik-Oligarkis
• omnibus law hanya diposisikan sebagai 'penjaga malam' yang memberi
kepastian hukum semu kepada pihak-pihak berkepentingan. Negara
buta dan menutup telinga terhadap suara-suara kepentingan di luar
kepentingan investasi.

Instrumentalis-Oligarkis
• merupakan evolusi sempurna dari tipologi pertama, pemerintah
mentransplantasi omnibus law semata sebagai pilihan pragmatis jangka
pendek untuk menghamparkan 'karpet merah' bagi investor.

Instrumentalis-Demokratis
• Hukum dan perundang-undangan omnibus law tetap dianggap sebagai
'alat', namun berorientasi pada pemenuhan dan penguatan nilai-nilai
negara hukum yang berorientasi jangka panjang sekaligus mencipta
iklim demokrasi-partisipatoris yang berkelanjutan.

(Mirza Satria Buana, “Mencari Rumusan Ideal Omnibus Law di Indonesia”, https://news.detik.com/kolom/d-
4858165/mencari-rumusan-ideal-omnibus-law-di-indonesia, diakses pada tanggal 16 Januari 2020)
Isu Krusial yang harus diakomodasi
z
& dilindungi dalam Omnibus Law

Keadilan
Lingkungan Sosial/
Hidup Kesejahteraan
Umum

Hak Asasi
Bisnis
Manusia Omnibus
Law
Bidang
Ekonomi
z
Rambu-Rambu Penuntun
Pembentukan Omnibus Law

Ketaatan terhadap UUD NRI 1945 dan putusan-


putusan Mahkamah Konstitusi

Ketertiban dalam mengonsolidasikan keragaman


materi muatan dalam 1 (satu) isu pengaturan

Kepedulian untuk memerhatikan dan


mengakomodasi partisipasi publik dalam
pembentukannya
z
Pertanyaan Diskusi

Bagaimana konfigurasi politik yang kini


tengah mempengaruhi proses penyusunan

?
dan pembentukan RUU Omnibus?

Bagaimana metode omnibus law dapat


menyeimbangkan tarik ulur kepentingan
bisnis dengan kepentingan untuk melindungi
HAM, Lingkungan, Kesejahteraan Sosial?

Apakah jika prosedur dan materi muatan


omnibus law bertentangan dengan UUD NRI
1945 ‘optimis’ dapat dibatalkan melalui uji
materi di Mahkamah Konstitusi?
z

Yong-Shik Lee,
3 (tiga) elemen untuk mengukur dampak
suatu produk hukum terhadap
pembangunan, yaitu:
Ødesain regulasi
Økepatuhan terhadap regulasi
Økualitas implementasi.

Yong-Shik Lee, “General Theory of Law and Development”, Cornell International Law Journal, Vol. 50, No. 3, Article 2. (2017): 435-456.
z

PROBLEMATIK RUU CIPTA KERJA


PERSPEKTIF DESAIN PERUNDANG-
UNDANGAN DAN KONSTITUSIONALITAS
PROBLEMATIK FORMIL
z

Penyusunan RUU Cipta Kerja dengan metode Omnibus Law


tidak selaras dengan UU No. 12 Tahun 2011 jo UU No. 15
Tahun 2019 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (UU P3)

q Ada 79 Undang-Undang yang akan digabung dalam RUU Cipta


Kerja dan setiap 79 Undang-Undang tersebut pada hakikatnya
memiliki ”jiwa‟ serta landasan filosofis dan sosiologis masing-
masing, namun RUU Cipta Kerja ini justru mengaburkannya.
q RUU ini tidak menegaskan konsekuensi lahirnya RUU Cipta Kerja
terhadap 79 UU yang sedang berlaku, Jika materi muatan dalam Peraturan
Perundang-undangan yang baru menyebabkan perubahan atau penggantian seluruh atau
sebagian materi muatan dalam Peraturan Perundang-undangan yang lama, dalam Peraturan
Perundang- undangan yang baru harus secara tegas diatur mengenai pencabutan seluruh atau
sebagian materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang lama.

q RUU Cipta Kerja mengaburkan esensinya sebagai RUU baru


(bukan perubahan), karena “Judul” RUU mengesankan bahwa
RUU ini memuat materi muatan baru, namun dalam batang tubuh
justru memuat perubahan atas berbagai UU yang berlaku, Pada
nama Peraturan Perundang–undangan perubahan ditambahkan frasa perubahan atas di depan
judul Peraturan Perundang-undangan yang diubah.
z
Pasal 23 angka 3 RUU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 23
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU PPLH), justru mempersempit kriteria
jenis kegiatan usaha wajib amdal.

RUU Cipta Kerja justru mendelegasikan pengaturan kriteria


usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup, sosial, ekonomi, dan budaya kepada
Peraturan Pemerintah (PP)

RUU Cipta Kerja juga menghapus izin lingkungan dalam proses


pendirian usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 25 huruf c RUU Cipta Kerja mengubah ketentuan yang


harus dimuat dalam dokumen amdal, karena masyarakat yang
dapat memberikan saran masukan serta tanggapan hanya
masyarakat yang terkena dampak langsung dan yang relevan
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 49 UU Kehutanan mengatur bahwa Pemegang hak atau
izin bertanggung
z jawab atas terjadinya kebakaran hutan di areal
kerjanya. Sedangkan dalam RUU Cipta Kerja, melalui Pasal 37
angka 16, ketentuan Pasal 49 UU Kehutanan diubah menjadi
Pemegang hak atau Perizinan Berusaha wajib melakukan upaya
pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan di areal
kerjanya.

RUU Cipta Kerja berpotensi mereduksi hak otonomi seluas-


luasnya yang diberikan kepada pemerintah daerah (provinsi &
kabupaten) berdasarkan Pasal 18 ayat (5) UUD NRI 1945,
Intervensi pemerintah pusat atas kebijakan daerah melalui
ruang pembatalan Peraturan Daerah (Perda) melalui Peraturan
Presiden (Perpres) (Pasal 166 RUU Cipta Kerja yang mengubah
UU Pemerintahan Daerah)

Mereduksi hak setiap orang untuk bekerja serta mendapat


imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja berdasarkan Pasal 28D UUD NRI 1945, RUU Cipta Kerja
menghapus pengaturan Upah Minimum Kota/Kabupaten dan
Upah Minimum Sektoral (Pasal 89 angka 25 yang menghapus
Pasal 89 UU Ketenagakerjaan)
Alternatif Memandu Jalan Tempuh
z
Omnibus Law

Judicial Preview,
pelibatan MK sebagai
konsultan RUU, untuk
memastikan
Kajian mendalam konstitusionalitas RUU,
terhadap tiap materi
dan kesesuaiannya
muatan, dengan tidak dengan Tujuan Negara.
ambisi hanya untuk
Konfigurasi Politik harus kepentingan investasi,
ditata dan dipertahankan
tapi memerhatikan
agar tetap Demokratis. berbagai kepentingan
yang juga harus
dilindungi, selain bisnis.

Produk Produk Produk


Hukum Hukum Hukum
Responsif Protektif Prospektif
TERIMA KASIH
z
MARI
BERDISKUSI

Anda mungkin juga menyukai