Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG.
pertama kali diumumkan, OMNIBUS LAW Cipta Lapangan Kerja, yang kemudian
diubah namanya menjadi OMNIBUS LAW Cipta Kerja ini, telah Menimbulkan
tertutup dan tidak melibatkan publik, substansi dalam OMNIBUS LAW Cipta Kerja
dinilai akan berdampak buruk pada masyarakat karena mendorong agenda liberalisasi
ekonomi yang cukup masif. Regulasi dan aturan hukum yang ditujukan untuk
LAW Cipta Kerja akan mendorong lebih jauh fleksibilisasi tenaga kerja melalui revisi
serikat buruh dan pekerja di Indonesia menilai bahwa, jika hal-hal tersebut memang
benar akan dilakukan, maka kondisi kelas pekerja akan menjadi semakin sulit. Tidak
mengejutkan bila mereka telah menyuarakan penolakan mereka melalui rilis pers atau
law seperti di Amerika Serikat, autralia, Britania, Hongkong, India, Irlandia, dsb.
Omnibus Law pertama kali dikenalkan pada tahun 1888 di Amerika Serikat. Pada saat
1
The Jakarta Post, “Workers, students continue to protest omnibus bill,” January 14, 2020,
https://www.thejakartapost.com/news/2020/01/14/workers-studentscontinue-to-protest-omnibus-bill.html
itu terminologi yang digunakan adalah Omnibus Bill. Omnibus Bill tersebut adalah
perjanjian privat terkait pemisahan dua rel kereta api di Amerika. Pada tahun 1967
rancangan metode ini menjadi populer. Saat itu Menteri Hukum Amerika Serikat,
undang-undang hukum pidana dan mencakup banyak isu. Pada saat ini setidaknya ada
sembilan negara lain yang sudah menerapkan metode omnibus law sepanjang sejarah.
Asia Tenggara.2
atas tumpang tindih regulasi di Indonesia. Baik yang dalam hubungan hirarki sejajar
horizontal maupun vertikal. Namun penyusunan omnibus law berbiaya mahal dan
tidak sederhana karena substansinya pasti multisektor dan dipersiapkan untuk super
power. Mengarah ke pengertian umum, Omnibus Law dapat diartikan sebagai suatu
UndangUndang (UU) yang dibuat untuk menyasar suatu isu besar yang mungkin
sederhana. Dari sisi pemerintah, mereka mengklaim setidaknya ada tiga manfaat dari
2
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e2c1e4de971a/menelusuri-asal-usul-konsep-omnibus-law?
page=2
Kemudahan, Pemberdayaan, dan Perlindungan UMK-M, 5) Kemudahan Berusaha, 6)
Pengadaan Lahan, 10) Investasi dan Proyek Pemerintah, dan 11) Kawasan Ekonomi.
kepada investor untuk melihat regulasi yang telah disempurnakan tanpa perlu
khawatir adanya regulasi yang tumpang tindih dan mengakibatkan kerugian kepada
dari segala sumber hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Sumber dari
segala sumber hukum adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta
cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan dan wtak bangsa Negara yang
sila dari Pancasila secara bulat dan utuh, dan diselenggarakan dalam rangka
.Di dalam proses perancangan Omnibus Law Cipta Kerja ini banyak
undangan ini. Adanya opini-opini publik ini tidak lain disebabkan karena
pengerjaannya yang di deadline hanya selama 100 hari oleh Presiden Jokowi dan juga
tidak melibatkan banyak pihak dalam pembuatannya. Akan tetapi ada satu hal yang
sangat penting dan menjadi permasalahan utama didalam penyusunan OMNIBUS
LAW ini. Permasalahan tersebut adalah adanya pemotongan pesangon kepada para
Pada konteks ini lah kenapa para buruh dan masyarakatbanyak sekali
yang menolak adanya OMNIBUS LAW Cipta Kerja ini. Inti permasalahan tersebut
terletak di dalam pasa 66546589 ayat 45 OMNIBUS LAW Cipta Kerja yang
yang mengalami perubahan pada ayat 1 pasal 156 Undang-Undang Nomor 13 tahun
2003 yang diganti dengan redaksi “Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,
kemudian pada ayat 3 pasal 156 perubahan yang dilakukan pada huruf g dan h
diganti dengan kententuan huruf g yang berbunyi “masa kerja 21 (dua puluh satu)
telah diatur masa kerja 24 tahun atau lebih akan mendapatkan 10 bulan upah yang
diterimanya.
Pemerintah, anggota DPR, dan masyarakat sehingga pengesahan Omnibus Law Cipta
Kerja ini dianggap belum sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Problematika ini masih terus di suarakan oleh kaum buruh dan masyarakat untuk
menolak disahkannya Omnibus Law Cipta Kerja oleh pemerintah. Pemerintah dan
DPR seharusnya sudah tahu bahwa adanya sebuah hukum yang berlaku sudah
kebahagiaan kepada masyarakat. Namun disisi lain Pemerintah juga tetap harus
berupaya dan konsisten untuk menumbuhkan perekonomian rakyat sebagai jalan
B. RUMUSAN MASALAH
2. Apakah Omnibus Law Cipta Kerja sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?
BAB II
PEMBAHASAN.
semua atau untuk semua, Menelusuri sejarah Omnibus Law di seluruh bagian
dunia akan dapat disimpulkan bahwa Omnibus Bill atau Omnibus Law ini
Common Law System. Secara spesifik adalah Amerika Serikat yang dalam
sejarahnya tercatat melakukan Omnibus Bill pada tahun 1888 yang itu
dilatarbelakangi oleh adanya perjanjian privat terkait pemisahan dua rel kereta
api di Amerika Serikat.3 Seperti halnya Irlandia yang pada tahun 2008 juga
disimpulkan bahwa konsep Omnibus Law ini telah berkembang dengan baik
di negara Common Law seperti yang telah menjadi contoh pada uraian ini.
dianut oleh negara Eropa kontinental, bukan Common Law System. Hal ini
mestinya bahwa sistem hukum kita adalah sistem hukum tertulis dan
3
http://demajusticia.org/wp-content/uploads/2020/02/Mengupas-Omnibus-Law-Bikin-GakLaw-8.pdf
4
Tribun Jateng, “Penjelasan Omnibus Law dan Negara-Negara yang Sudah Menerapkan”,
https://jateng.tribunnews.com/2019/12/16/penjelasan-omnibus-law-dan-negara-negara-yang-sudah-
menerapkan,
5
Stufenbau theory adalah teori sistem hukum berjenjang yang ketentuan peraturan dibawahnya tidak boleh
Namun, yang perlu kita ilhami bersama bahwa dewasa ini
yang berarti “banyak”. Umumnya hal ini dikaitkan dengan sebuah karya sastra
Serikat (AS) tercatat undang-undang tersebut pertama kali dibahas pada 1840.
tahun 1888, ketika sebuah usul OMNIBUS LAW diajukan dengan tujuan
meminta persetujuan terhadap 2 (dua) perjanjian jalur kereta api yang terpisah.
menjadi Criminal Law Amendment Act, 1968-69 yang terdiri dari 126
halaman dan 120 klausul) adalah perubahan terhadap Criminal Code yang
Code of 1987 and Foreign Investments Act Of 1991. Berdasarkan policy paper
yang disusun oleh Aquino, Correa, dan Ani (2013: 1), pada tanggal 16 Juli
pemrosesan ekspor.
besar dari golongan buruh dan masyarakat. Demo itu didasarkan isi dari pasal-
pasal dalam OMNIBUS LAW Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja yang
Cipta Lapangan Kerja, yang mana hal tersebut merupakan suatu aturan
2. Persyaratan investasi.
3. Ketenagakerjaan.
5. Kemudahan berusaha.
7. Administrasi pemerintahan.
8. Pengenaan sanksi.
9. Pengendalian lahan.
berbagai regulasi yang ada. Bila dilihat secara kasat mata, tentu Omnibus Law
didasarkan pada fakta empiris yang terjadi di masyarakat dan apa saja yang
seperti saat ini bukanlah yang pertama kalinya, sekitar 25 tahun yang lalu
tertutup untuk modal asing dan bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945.7
yang sering dianggap terlalu birokratis dan memakan waktu yang cukup
investasi di Indonesia.
bahwa setiap pekerjaan bagi orang Indonesia itu dalam segala tindakan dan
secara adil dan beradab melalui pekrjaan yang di dapatkan. Selain itu, dapat
dinyatakan disini bahwa nilai moral yang berhubungan dengan sila kedua
seluruh Rakyat Indonesia, maka Undang- Undang Cipta Kerja harus betul-
7
Maria Farida, “Omnibus Law”, UU Sapu Jagat?”, https://kompas.id/baca/opini/2019/12/31/omnibus-law-uu-
sapujagat/,
betul mendasari nilai moral bangsa kita, sehingga rakyat dapat merasakan
keadilan seutuhnya dan bukan secara parsial, apalagi kalau pekerjaan tersebut
dari luar tidak hanya mendatangkan sisi positif melainkan sisi negatif pula,
kebanyakan bekerja dalam keadaan rentan, tanpa adanya jaminan sosial, dan
Indonesia masih berada di posisi ekonomi yang rentan sehingga dapat dengan
bagi masyarakat dan kelas pekerja. Masalahnya, agenda ekonomi yang dibawa
menginginkan buruh yang tidak hanya murah secara ekonomi tetapi juga patuh
diusung oleh OMNIBUS LAW Cipta Kerja hanya akan mempermudah proses
layaknya barang dagangan, sebagai buruh murah dan patuh made in Indonesia,
yang diobral oleh negara secara cuma-Cuma oleh kepada kelas pemodal dan
kelas pekerja di Indonesia dari cita-cita atas kerja layak (decent work) yang
telah ditetapkan oleh ILO. Padahal sistem ketenagakerjaan yang berpihak pada
dan kelas pekerja, OMNIBUS LAW Cipta Kerja akan memperlebar jurang
ketimpangan sosial yang sudah parah. Di saat kelas penguasa dan pemodal
ekonomi dan berhadapan pada kondisi kerja serta kehidupan yang penuh
lebih Banyak melibatkan pengusaha ketimbang para pekerja. Maka dari itu,
tidak mengejurkan bila isi kandungan OMNIBUS LAW Cipta Kerja dianggap
membutuhkan izin. Tetapi izin hanya diperlukan bagi kelompok usaha yang
memiliki resiko tinggi. Sedangkan usaha yang hanya memiliki resiko pada
level sedang dan rendah, maka dalam proses pendaftaran hanya cukup dengan
tiga aspek, yaitu kesehatan (health), keamanan dan keselamatan (security), dan
sesuai dengan resikonya atau Risk Based Approach (RBA), yaitu: pertama,
perizinan yang akan diatur dalam Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
merujuk pada sistem Online Single Submission (OSS) yang telah diatur
sistem OSS ini dianggap belum dapat berjalan dengan baik. dikarenakan
masih ada tumpang tinding regulasi dan kewenangan antara pusat dan daerah.
Dalam memperoleh izin usaha, pelaku usaha cukup
penyelesaian izin prasyaratnya, yaitu Izin Lokasi, Izin Lingkungan, IMB, atau
komitmen, pelaku usaha hanya mengantongi izin usaha dengan kegiatan usaha
(AMDAL) yang harus dilakukan bagi investor, dalam sistem OSS Pengusaha
ini akan menghapus izin lingkungan. Kelemahan dari skema ini adalah
jasa profesi ahli konstruksi bersertifikat dalam seluruh tahapan yang terdiri
Omnibus Law Cipta Kerja yang tidak sesuai dengan nilai nilai Pancasila dapat
A. Kesimpulan.
Omnibus Law ini sebenarnya bermuara pada negara dengan sistem hukum
tahun 1888 yang itu dilatarbelakangi oleh adanya perjanjian privat terkait
pemisahan dua rel kereta api di Amerika Serikat. Secara harfiah, kata
sebuah film yang terbuat dari kumpulan film pendek. Sehingga dengan
Omnibus Law versi Jokowi kali ini akan berbentuk undang-undang yang
berbagai regulasi yang ada. Bila dilihat secara kasat mata, tentu Omnibus
proses izin yang sering dianggap terlalu birokratis dan memakan waktu
yang cukup panjang. Penyebab yang lain yang sering dianggap sebagai
berbis nis bagi mereka. Investor dan pengusaha menginginkan buruh yang
tidak hanya murah secara ekonomi tetapi juga patuh secara politik. Oleh
yang melindung pekerja. Selain itu, Omnibus Law Cipta kerja dianggap
kecurangan didalam praktiknya, isu upah tenaga kerja yang dipangkas, isu
kontrak kerja dan alih daya yang tidak memihak pada pekerja, dan
kepentingan mereka.
B. Saran.
reformasi. ormasi aturan melalui Omnibus Law hanya salah satu strategi
agar ramah investasi. Perlu disertai penegakan hukum yang kuat agar