Anda di halaman 1dari 6

OMNIBUS LAW

Oleh :

Ertika Yarni : 187310747

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2020
1. Omnibus Law

Saat ini Omnibus Law menjadi isu yang ramai diperbincangkan di Indonesia dari berbagai
kalangan mulai dari masyarakat biasa hingga mahasiswa. Menurut Duhaime Legal Dictionary
arti dari omnibus law adalah semua atau untuk semua. Omnibus bill atau omnibus law
sebenarnya bermuara pada Negara dengan system hukum Anglo-Saxon atau Common Law
System. Secara spesifik adalah Amerika Serikat tercatat melakukan omnibus bill pada tahun
1888, lalu ada Irlandia pada tahun 2008 juga pernah mengeluarkan undang undang yang dapat
dikatakan sebagai omnibus law dan Kanada juga memiliki pengaturan yang bercirikan Omnibus
Law pada tahun 1968-1969. Omnibus Law ini memiliki esensi sebagai penyederhanaan beberapa
undang undang yang telah dianggap tumpang tindih dan tidak harmonis. Selain itu, omnibus law
sekaligus bertujuan mencabut, menambah, dan mengubah beberapa UU sekaligus dan
menjadikannya sebagai satu dokumen sehingga semakin jelas bahwa omnibus law nantinya
dianggap oleh pemerintah sebagai solusi penyederhanaan regulasi.

Dalam pidato yang disampaikannya setelah pelantikan sebagai Presiden Indonesia masa jabatan
2019-2024 pada siding paripurna MPR RI 20 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo
menyinggung mengenai rencana penerapan Omnibus Law yang bertujuan untuk
menyederhanakan permasalahan regulasi terkait inverstasi di Indonesia yang saling tumpang
tindih. Omnibus Law Indonesia kali ini akan berbentuk undang undang yang didalamnya
mengatur berbagai macam hal dan kemudian di gabungkan dengan tujuan untuk menghapuskan
ketentuan yang telah ada sebelumnya. Bila dilihat secara kasat mata, tentu omnibus law ini
memudahkan pemerintah untuk menciptakan suatu peraturan yang dapat mencakup berbagai
bidang kehidupan di dalam satu nuat produk hukum.

Gagasan Omnibus Law tersebut langsung mendapatkan polemic di tengah masyarakat karena di
dalam penyususan RUU Ciptaker, landasan sosiologis terskesan di buat buat dan tidak
menggambarkan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Bahkan dapat disebut bahwa dalam
pembentukan RUU CIptaker ini kemungkinan besar terdapat perbedaan paradigma yaitu
paradigma demi orang banyak atau demi kepentingan Negara.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai pernyataan pemerintah yang menyebut bahwa RUU Ciptaker
merupakan salah satu sarana menyederhanakan dan mengharmonisasikan regulasi yang
bertujuan memberikan kemudahan investasi di Indonesia dengan harapan dapat mmeberikan
dampak positif pada meningkatnya investasi. Seharusnya produk hukum bertujuan untuk
mewujudkan kepentingan masyarakat dan kesejahteraan social sehingga dalam penyusunannya
haruslah didasarkan pada fakta empiris yang terjadi di masyarakat dan apa saja kebutuhan
masyarakat. Sejak awal pembahsannya, Omnibus Law Cipta Kerja sama sekali tidak melibatkan
kelompok rakyat, dari 127 tim Satgas Omnibus Law yang ditunjuk oleh Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian isinya didominasi oleh pengusaha.

UU Cipta Kerja merupakan upaya penciptaan kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan, usaha mikro, kecil, dan menengah peningkatan ekosistem investasi dan
kemudahan berusaha, dan investasi pemerintahan pusat dan percepatan proyek strategis nasional.
RUU tersebut menimbulkan kontroversi sejak awal pembahasana lantaran dianggap merugikan
para pekerja atau buruh dan hanya memetingkan pemberi kerja atau investor. Dikutip dari draf,
UU Cipta Kerja bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja seluas luasnya bagi rakyat
indonesis secara merata. Beberapa ketentuan yang terdapat dalam RUU Cipta Kerja juga banyak
di anggap kontroversial.

Di dalam RUU Cipta Kerja memiliki 11 klaster yang sakah satu diantaranya mengatur tentang
ketenagakerjaan. Klaster ini melingkupi 3 undang undang yang dilebur menjadi satu yakni
undang undang nomor 40 tahun 2004 tentang system jaminan social, Undang undang nomor 13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan Undang Undang nomor 24 tahun 2011 tentang badan
penyelenggara jaminan social. Pada klaster ketenagakerjaan ini pemerintah berupaya untuk
mengharmonisasikan 3 undang undang tersebut agar sejalan sehingga mampu memberikan
sebuah ruang kepada investor untuk melihat regilasi yang telah disempurnakan tanpamperlu
khawatir adanya regulasi yang tumpang tindih dan mengakibatkan kerugian kepada investor itu
sendiri.
Di dalam proses perancangan RUU ini banyak sekali opini opini masyarakat yang tidak setuju
dengan adanya RUU ini. Adanya opini opininpublik ini tidak lain disebabkan karena
pengerjaannya yang di deadline hanya selama 100 hari oleh Presiden Jokowi dan juga tidak
melibatkan banyak pihak dalam pembuatannya.

Dalam pembuatan ruu ciptaker dinilai sangat tergesa gesa apalagi saat ini Indonesia masih terus
meningkatnya kasus covid 19, dan pembuataanya tidak melibatkan masyarakat sipil yang
memiliki kaitan langsun dengan ruu omnibus law tersebut.

Penolakan gerakan masyarakat sipil terhadap produk rancangan omnibus law ini memiliki
berbagai macam alasan, selain poin poin yang kerkandung dalam omnibus law ini dinilai banyak
merugikan kaum pekerja. Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia mengatakan bahwa
buruh tidak dilibatkan dalam penyusunan omnibus law, bukan hanya serikat pekerja yang
melakukan penolakan terkait rancangan omnibus law. Pusat studi hukum konstitusi juga
menjelaskan bahwa banyak materi dalam ruu ini yang bermasalah. Ketidaksesuaian antara
pemerintah dan masyarakat ini tidak seharusnya terjadi.

Pemerintah berkewajiban menciptakan produk hukum yang sesuai dengan kebutuhan atau
realitas hukum masyarakat dan kepentingan orang banyak, nukan kepentingan segelintir
golongan saja. Hal tersebut sesuai dengan amanat pasal 10 ayat (1) huruf e Undang Undang
nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundangn undangan yang menyebut
bahwa materi muatan yang harus diatur dengan undang undang berisi pemenuhan kebetuhan
hukum dalam masyarakat sehingga sudah seharusnya dalam penyusunan undang undang untuk
selalu benar benar mengutamakan apa yang menjadi kepentingan masyarakat. Pemerintah jangan
sampai memeprrgunakan kekuasannya untuk membentuk produk hukum yang justru tidak
memberikan keuntungan bagi masyarakat.
Etika Pemerintahan sendiri yaitu seperangkat nilai dan moral, aturan yang menjadi pedoman bagi
penyelenggara pemerintahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dengan di sahkannya ruu
ciptaker dan terjadinya pergolakan menolak rancangan uu tersebut dapat di katakana kalau etika
pemerintahan yang terjadi tidak mementingkan kepentingan umum atau masyarakat malah
mementingkan sekelompok orang. Dan seharusnya pemerintah lebih mementingkan kepentingan
masyarakat banyak. Namun yang terjadi ketika pergolakan menolak rancangan uu tersebut
pemerintah seolah olah menutup telinga dan tidak ingin mendengarkan aksi masyarakat yang
menolak ruu ciptaker. Dari situ bisa di milai bahwa etika pemrintahan di Indonesia kurang baik
dan tidak adil. Pemerintah dan DPR harus menghentikan segera atau membatalkan ruu ciptaker
dan mengalihkan segala upaya untuk menangani pandemi covid 19. Karena untuk saat ini
memutus rantai covid 19 sangatlah penting dan supaya anak anak bisa kembali sekolah secara
normal di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai