Di Susun Oleh :
Denada Fatma Agustin Fauzie- 2061256
Dosen Pengampu :
Retno Catur K.D S.H., M.H.
Dari empat pilar tersebut RUU omnibus law cipta kerja merupakan salah
satu kasus yang diangkat dari salah satu pilar yaitu UUD 1945. Omnibus law
pertama kali muncul dalam pembacaan pidato pertama Joko Widodo sebagai
Presiden untuk kedua kalinya. Dalam pidatonya, Presiden menyinggung sebuah
konsep hukum undang-undang yang disebut omnibus law. Saat itu, Presiden
mengungkapkan planningnya mengajak DPR untuk membahas dua undang-
undang yang akan menjadi omnibus law. Pertama, RUU Cipta Lapangan Kerja,
dan UU Pemberdayaan UMKM.
Kabar mulanya RUU Omnibus Law Cipta Kerja akan disahkan pada 8
Oktober. Masyarakat sipil, Serikat-serikat buruh, mahasiswa, petani, dan banyak
elemen masyarakat prodemokrasi menandai tanggal ini untuk berencana
menggelar demonstrasi menolak RUU Cipta Kerja ke Senayan saat DPR
menggelar rapat paripurna. Pada tanggal 6-8 Oktober Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia (KSPI) bahkan merencanakan mogok nasional. Namun langkah DPR
dan Pemerintah membatalkan perencanaan tersebut.
Pada 5 Oktober pukul 10 pagi, kalangan internal DPR mendengar kabar
bahwa RUU Cipta Kerja akan disahkan. Lantaran secara prosedur tidak masuk
akal kabar ini sempat dianggap angin lalu. Pada 3 Oktober, RUU Cipta Kerja baru
disepakati oleh Badan Legislasi DPR dan pemerintah. Setelah itu regulasi yang
sudah disepakati harus dicek ulang, perbaikan non-substansial. Biasanya untuk
satu undang-undang pengecekan non-substansialnya saja membutuhkan waktu
dua pekan sampai satu bulan tergantung seberapa tebal dan kompleks regulasi
tersebut. UU Cipta Kerja semestinya membutuhkan Waktu lebih panjang untuk
merampungkannya karena ia memengaruhi 79 undang-undang sekaligus.
Pasal 79 adalah pasal yang banyak di persoalkan para buruh yang isisnya
menyatakan istirahat hanya 1 hari per minggu. Artinya, dalam Omnibus
Law RUU Cipta Kerja kewajiban perusahaan memberikan waktu istirahat kepada
pekerja atau buruh makin berkurang. Pemerintah dianggap memberikan legalitas
bagi perusahaan yang selama ini menerapkan jatah libur hanya sehari dalam
sepekan jika hal tersebut di sahkan. kebijakan masing-masing perusahaan yang
menetapkan libur dua hari per minggu, tidak diatur pemerintah. posisi pekerja
dalam hal ini dinilai lemah.
Dalam hal ini penerapan sila kelima dalam pancasila yaitu Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia seharusnya dapat dijadikan rujukan dalam UU
Cipta Kerja pada setiap klaster. mencermati nilai-nilai yang terkandung dalam
dasar negara, DPR dan pemerintah harus mempertimbangkan berbagai pendapat,
aspirasi, pemikiran, dan tanggapan yang berkembang di masyarakat sehingga
tidak menimbulkan konflik dan penolakan secara luas yang mengancam persatuan
dalam merumuskan dan membahas UU.
Sumber : https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/07/094657565/ruu-cipta-
kerja-tragedi-di-tengah-pandemi?page=all