Anda di halaman 1dari 20

DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com

KAJIAN
PERPPU CIPTA KERJA
PRODUK OLIGARKI
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
A. LATAR BELAKANG
Di penghujung tahun 2020,, pemerintah telah mempersiapkan pengesahan
Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dengan menggunakan Teknik
Omnibus Law. Menurut pemerintah, pengesahan ini diharapkan dapat meningkatkan
investasi, membuka lapangan kerja yang lebih luas, serta meningkatkan kemampuan
tenaga kerja dan memangkas perizinan yang rumit, yang selama ini dianggap sebagai
salah satu penghambat investasi.

Sebelum adanya Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, ada
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Namun, perkembangan
Undang-Undang Cipta Kerja telah mengubah puluhan undang-undang, termasuk
Undang-Undang Ketenagakerjaan. Namun, perubahan yang dihasilkan oleh Undang-
Undang Cipta Kerja tidak merubah secara keseluruhan Undang-Undang
Ketenagakerjaan, dan tetap berlaku sesuai dengan pasal 185 UU Cipta Kerja. UU Cipta
Kerja juga dapat dikatakan sebagai UU sapu jagat karena mampu mengganti beberapa
norma undang-undang dalam satu peraturan. Pemerintah memandang perlu adanya UU
Cipta Kerja ini karena tingginya angka pengangguran di Indonesia. Di dalam UU Cipta
Kerja terdapat 11 klaster.

Undang-Undang Cipta Kerja merupakan bagian dari dinamika regulasi dan


Parlemen dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang lazim. Hingga saat ini, UU Cipta
Kerja masih menjadi perbincangan dan diskursus yang hangat di berbagai kalangan
dengan analisis sosial, hukum, dan lain-lain. Dalam penulisan ini, penulis mengkaji dan
menganalisis hubungan UU Cipta Kerja dengan hak-hak karyawan ketika terjadi
Pemutusan Hubungan Kerja. Pembentukan hukum yang baik dan dapat diterima oleh
karyawan dan Pentingnya proses pembangunan harus diperhatikan, karena itu diperlukan
usaha untuk membina, mengarahkan, dan melindungi tenaga kerja agar tercipta
kesejahteraan yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan. Pada dasarnya, perlindungan
bagi tenaga kerja dimaksudkan untuk menjaga agar mereka menjadi lebih manusiawi.
Perusahaan juga sangat dibutuhkan untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat
Indonesia dan mengurangi pengangguran.

Hukum pada prinsipnya guna melindungi kepentingan manusia. Dalam tiap


hubungan hukum, harus ada keseimbangan antara pihak yang bersangkutan supaya tidak
terjadi perselisihan, namun kenyataannya tidak selalu seperti yang diharapkan. Selalu
terdapat salah satu pihak yang memiliki kedudukan yang kuat dari segi ekonomi,
teknologi, maupun relasi. Namun, hubungan perusahaan dan karyawan dirasa saling
menguntungkan karena memiliki tujuan yang sama yaitu memajukan usaha. Sebagai
negara yang adil dan makmur, pemerintah memasukkan hak antara perusahaan dan
karyawan dalam UU Cipta Kerja. Selain itu, menilik hasil putusan Mahkamah Konstitusi
(MK) mengenai UU Cipta Kerja dinyatakan inkonstitusional bersyarat
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
Dampak dari berhentinya karyawan dalam pekerjaannya juga berdampak di
keluarga dari karyawan tersebut, karena tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan buat dirinya
dan juga keluarganya. Bersamaan menggunakan itu adapun muncul sebuah masalah
sosial ekonomi yang ditandai dengan unjuk rasa ketidakadilan di bidang ketenagakerjaan,
belum terpenuhinya hak pekerja/upah yang layak, lemahnya organisasi pekerja menjadi
penyalur aspirasinya, serta rendahnya kesadaran melaksanakan peraturan pada kalangan
pengusaha.

Sehingga dengan begitu suatu perusahaan harus menyiapkan beberapa hak-hak


yang harus diterima oleh karyawan ketika terjadi pemutusan hubungan kerja, karena
perusahaan bisa dituntut jika tidak memberikan hak- hak kepada karyawan. Seperti
halnya pesangon, UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dengan UU No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan juga memiliki perbedaan yang signifikan.

B. SEJARAH PANJANG UU CIPTA KERJA


Undang-undang omnibus adalah undang-undang yang menggabungkan beberapa
peraturan atau topik ke dalam satu undang-undang yang sama. Di Indonesia, undang-
undang omnibus telah ada sejak lama. Namun, undang-undang omnibus yang saat ini
sedang dibicarakan adalah Undang-Undang Cipta Kerja atau lebih dikenal dengan
sebutan "omnibus law". Undang-undang ini disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
pada tanggal 5 Oktober 2020, setelah melalui proses yang panjang dan kontroversial.
Undang-undang Cipta Kerja merupakan undang-undang yang mengatur tentang
perubahan terhadap 79 undang-undang yang ada di Indonesia, dengan tujuan untuk
meningkatkan iklim investasi, menciptakan lapangan kerja baru, dan mempercepat
pembangunan ekonomi nasional. Namun, undang-undang ini juga menuai kritik dari
berbagai kalangan, terutama karena dianggap merugikan buruh dan lingkungan.
Istilah omnibus law pertama kali muncul dalam pidato pertama presiden Joko
Widodo setelah dilantik sebagai Presiden RI untuk kedua kalinya, Minggu 20,oktober
2019. Perjalanan Undang-Undang Omnibus Law tentang Cipta Kerja (UU
Ciptaker)usulan pemerintah sudah memulai perjalanannya sejak 17 Desember 2019.
Setelah melalui beberapa tahap pembahasan, termasuk diskusi dengan berbagai pihak,
seperti serikat pekerja, pengusaha, dan akademisi, akhirnya pada bulan Oktober 2020
DPR menyetujui Undang-Undang Cipta Kerja.
Sejak disahkan, undang-undang ini telah menjadi topik yang kontroversial dan
terus menjadi sorotan publik. Beberapa kelompok masyarakat dan akademisi telah
mengajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi untuk menilai keberadaan undang-
undang ini. Undang-Undang Cipta Kerja atau yang dikenal juga dengan sebutan Omnibus
Law telah diuji materi atau diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) oleh sejumlah pihak
yang menilai bahwa Undang-Undang tersebut mengandung sejumlah ketentuan yang
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
kontroversial dan merugikan masyarakat. Beberapa ketentuan yang menjadi sorotan
antara lain terkait dengan perubahan terhadap upah minimum, fleksibilitas dalam
pemberian kontrak kerja, penghapusan PHK secara sepihak, kemudahan dalam
pemutusan hubungan kerja. Selain itu, undang-undang ini juga dianggap melemahkan
perlindungan lingkungan, karena memudahkan perizinan proyek-proyek pembangunan
yang berpotensi merusak lingkungan, dan pengaturan terkait dengan hak-hak buruh.
Pada tanggal 5 Februari 2021, MK akhirnya mengeluarkan putusan terkait dengan
hasil uji materi Undang-Undang Cipta Kerja dan memutuskan bahwa Undang-Undang
tersebut sah secara konstitusional, kecuali beberapa ketentuan yang dinyatakan
bertentangan dengan UUD 1945.
Hingga UU Cipta Kerja telah mengalami pengujian formil di MK, dan pada 25
November 2021 MK menjatuhkan putusan perkara Pengujian Formil UU Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 melalui Putusan Nomor 91/PUU-XVIII/2020. Dalam Putusan
yang dibacakan oleh Ketua MK Anwar Usman, Mahkamah mengabulkan untuk sebagian
permohonan yang diajukan oleh Migrant CARE, Badan Koordinasi Kerapatan Adat
Nagari Sumatera Barat, Mahkamah Adat Minangkabau, serta Muchtar Said.
“Menyatakan pembentukan UU Cipta Kerja bertentangan dengan UUD 1945 dan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai
‘tidak dilakukan perbaikan dalam waktu 2 (dua) tahun sejak putusan ini diucapkan'.
Menyatakan UU Cipta Kerja masih tetap berlaku sampai dengan dilakukan perbaikan
pembentukan sesuai dengan tenggang waktu sebagaimana yang telah ditentukan dalam
putusan ini,” ucap Anwar yang dalam kesempatan itu didampingi oleh delapan hakim
konstitusi lainnya.
Dalam putusan yang berjumlah 448 halaman tersebut, Mahkamah juga
memerintahkan kepada pembentuk undang-undang untuk melakukan perbaikan dalam
jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak putusan diucapkan. Apabila dalam tenggang
waktu tersebut tidak dilakukan perbaikan, maka UU Cipta Kerja dinyatakan
inkonstitusional secara permanen.
Sebagai negara demokrasi sudah seharusnya Pemerintah menghormati dan segera
melaksanakan Putusan MK Nomor 91/PUU-XVIII/2020 Majelis Hakim Konstitusi
menegaskan bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU
Cipta Kerja) cacat secara formil. Untuk itu, Mahkamah menyatakan bahwa UU Cipta
Kerja inkonstitusionalitas bersyarat. namun sampai saat ini bukannya memperbaiki UU
NO.11 tahun 2020 (UU Ciptaker) Pemerintah malah mengeluarkan Perpu NO.2 Tahun
2022 Dengan dalih Darurat kebutuhan mendesak mengisi kekosongan hukum untuk
menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi global yang berdampak pada inflasi
kenaikan harga pangan yang sudah dirasakan Indonesia Sebagai Pengganti UU ciptaker.
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
Dengan Kata lain, Bukannya Memperbaiki UU ciptaker, namun pemerintah malah
membuat peraturan baru yang tidak jauh berbeda dengan UU ciptaker yang menuai
berbagai kontrofesial.

C. TUJUAN UU CIPTAKERJA
Undang-Undang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) atau resmi bernama Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah sebuah undang-undang yang
bertujuan untuk meningkatkan investasi, menciptakan lapangan kerja, serta
meningkatkan perekonomian Indonesia melalui reformasi struktural pada berbagai
sektor, termasuk ketenagakerjaan, perizinan, dan investasi. Undang- undang cipta kerja
juga merupakan langkah pemerintah untuk mempercepat proses pembangunan negara,
terutama dengan mendorong kewirausahaan, mengembangkan investasi untuk menerima
tenaga kerja, serta menciptakan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Arif Budimanta, Sekretaris Satgas UU Cipta Kerja mengatakan bahwa salah satu
tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk mempercepat proses pembangunan
nasional, meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi negara dengan memberikan lebih
banyak kegiatan koperasi dan UKM untuk mempercepat penciptaan lapangan kerja,
mengurangi kemiskinan dan mengurangi ketimpangan.
UU Cipta Kerja diharapkan menjadi bagian dari upaya revitalisasi ekonomi
nasional, khususnya dengan mendorong perubahan ekonomi untuk menciptakan lapangan
kerja baru bagi masyarakat.
Selain itu tujuan pembentukan UU Cipta Kerja adalah untuk menciptakan
kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia secara merata di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beberapa tujuan dari UU Cipta
Kerja antara lain:
1. Memperbaiki ekosistem investasi: untuk meningkatkan iklim investasi di
Indonesia dengan memperbaiki sejumlah regulasi dan prosedur bisnis
2. Kemudahan melakukan bisnis: UU Cipta Kerja merangkul upaya untuk
memangkas birokrasi dengan menyederhanakan regulasi dan perizinan yang
diperlukan untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat
mempermudah proses bisnis dan meningkatkan efisiensi birokrasi.
3. Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan karyawan: Undang-Undang Cipta
Kerja mencakup beberapa ketentuan yang bertujuan untuk meningkatkan
perlindungan dan kesejahteraan karyawan, seperti perlindungan terhadap PHK,
fleksibilitas kerja, jaminan sosial, pelatihan dan pengembangan keterampilan,
serta pengawasan hukum terhadap hak hak karyawan.
4. Meningkatkan investasi: UU Cipta Kerja bertujuan untuk menarik investasi ke
Indonesia dengan menyederhanakan regulasi dan perizinan yang diperlukan untuk
berinvestasi.
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
5. Menciptakan lapangan kerja: Dengan mendorong investasi, diharapkan akan
tercipta lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan daya saing: UU Cipta Kerja bertujuan untuk meningkatkan daya
saing Indonesia dengan menghapuskan hambatan-hambatan yang menghambat
pertumbuhan ekonomi.
7. Reformasi ketenagakerjaan: UU Cipta Kerja juga mengatur tentang perubahan
dalam hal ketenagakerjaan, termasuk fleksibilitas kerja, peningkatan
keterampilan, serta perlindungan hak-hak pekerja.

D. KECAMAN TERHADAP PENGESAHAN UU CIPTA KERJA

Undang-undang Cipta Kerja seperti yang kita ketahui banyak menimbulkan


polemik akibat pengesahannya. Hal ini sangat kontroversial karena banyak pihak yang
terkena dampak dari pengesahan Undang- Undang Cipta Kerja tersebut. Klaster
ketenagakerjaan yang merupakan aspek terbesar dalam UU No. 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja, memiliki banyak pasal-pasal yang mendapatkan kritik dan kecaman baik dari
mahasiswa, serikat buruh, pegiat aktivis, hingga ahli ekonom. Dikarenakan isi dari pasal-
pasal klaster ketenagakerjaan sangat bermasalah dan merugikan kaum buruh. Semenjak
awal pembahasannya banyak masyarakat yang merasa keberatan dan menyampaikan
aspirasinya agar klaster tersebut diperbaiki dengan mengikutsertakan elemen masyarakat
yang akan terdampak dari UU Cipta Kerja tersebut yaitu kaum buruh untuk ikut serta
dalam pembahasannya akan tetapi hingga sampai disahkan, para anggota dewan tidak
mendengarkan keluhan dan aspirasi tersebut, dan tetap bersikukuh dengan apa yang
mereka susun tersebut.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai Undang - Undang yang dianggap


bermasalah, berikut adalah penyebab dari UU Cipta Kerja yang menuai kecaman dari
masyarakat:

1. Penyusunan Omnibus Law UU Cipta Kerja yang Cacat Prosedur


Mencederai Hak Partisipasi Masyarakat.
Proses penyusunan Omnibus Law UU Cipta Kerja sangat mencederai hak
partisipasi masyarakat. Sejak pembahasan prolegnas sampai penyusunan draft
oleh Kemenko Perekonomian RI, Naskah Akademik dan draft RUU ini tidak
dapat diakses oleh masyarakat. Hal ini melanggar UU No. 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 89 yang dimana berisi
mewajibkan pemerintah dan DPR untuk membuka akses secara mudah segala
rancangan peraturan perundang-undangan untuk masyarakat dan lalu pada Pasal
96 yang dimana berisi bahwa masyarakat berhak memberikan masukan secara
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
lisan dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan lalu
untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan setiap Rancangan
Perundang-undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

2. SATGAS Penyusun Omnibus Law yang Bersifat Elitis yang Tidak


Mengakomodasi Elemen Masyarakat yang Terdampak
Dalam penyusunannya Omnibus Law digawangi oleh 138 orang yang
dimana komposisinya mayoritas diisi oleh pihak pemerintah dan pengusaha. Ada
69 orang yang merupakan wakil dari pemerintah dan kebanyakan diambil dari
kemenko perekonomian yaitu sebanyak 27 orang. Hanya ada 3 orang dari
perwakilan daerah yaitu, Gubernur DKI Jakarta, Walikota Tangerang Selatan, dan
Bupati Banyuwangi yang dilibatkan dalam tim satgas Omnibus Law. Terdapat
lebih dari 46 orang pengusaha merupakan perwakilan asosiasi pengusaha dalam
tim satgas Omnibus Law, yang terdiri dari 21 pengusaha yang mewakili KADIN
(Kamar Dagang dan Industri Indonesia) dan 25 pengusaha yang mewakili
berbagai Asosiasi Pengusaha di Indonesia. Sebanyak 46 orang itu belum termasuk
individu pengusaha yang dimasukkan oleh Menko Perekonomian, Airlangga
Hartanto ke dalam tim ini. Ada 12 perwakilan perguruan tinggi yang dimasukkan
ke dalam Tim Satgas ini, yang terdiri atas 10 Rektor PTN dan 2 Rektor PTS. Akan
tetapi, tidak ada organisasi atau asosiasi masyarakat yang diikutsertakan dalam
satgas ini. Oleh karena itu, isi dari UU Cipta kerja dinilai hanya akan
mengakomodasi kepentingan pengusaha nir-kepentingan masyarakat lainnya,
bahkan bertentangan dengan kepentingan masyarakat secara umum.

3. Sidang Pembahasan Omnibus Law yang Dikebut Hingga Para Anggota


Dewan Rela Melakukan Rapat Maraton Sebanyak 64 Kali Bahkan
Melakukan Sidang Pembahasan Di Akhir Pekan Dan Masa Reses
Padahal sejak awal sidang pembahasannya, Omnibus Law ini sudah
menerima banyak kritik dan penolakan dari sebagian besar elemen masyarakat
atas beberapa pasal yang bermasalah di dalamnya yang mencakup
ketenagakerjaan, pendidikan, pers, hingga lingkungan hidup. Akan tetapi, para
anggota dewan bersama pemerintah tidak menghiraukan aspirasi tersebut dan
terus melakukan sidang pembahasan tanpa menimbang aspirasi dan kritik dari
masyarakat tersebut. Bahkan melakukan sidang secara marathon sebanyak 64 kali
yang dilakukan nonstop dari hari senin hingga minggu, bahkan mengadakannya
juga di waktu reses.
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
Menurut Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor
01 Tahun 2014 tentang Tata Tertib pada pasal 221 ayat 3 berisi bahwa masa
persidangan meliputi masa sidang dan masa reses. Masa reses merupakan masa
dimana para Anggota Dewan bekerja di luar gedung DPR, menjumpai konstituen
di daerah pemilihannya (Dapil) masing- masing. Pelaksanaan tugas Anggota
Dewan di dapil dalam rangka menjaring, menampung aspirasi konstituen serta
melaksanakan fungsi pengawasan dikenal dengan kunjungan kerja. Kunjungan
kerja ini bisa dilakukan oleh Anggota Dewan secara perseorangan maupun secara
berkelompok. Akan tetapi, para anggota dewan tetap melakukan persidangan dan
menghiraukan kewajibannya masa resesnya tersebut untuk menjaring aspirasi.

Mengingat pula, keadaan nasional Indonesia tersebut yang sedang dilanda


pandemi covid-19 dan kota Jakarta menjadi zona merah dengan angka penyebaran
dan pasien terbesar di Indonesia akan tetapi para anggota dewan dan pemerintah
seakan merasa “bodo amat” dengan kondisi tersebut dan terus melanjutkan sidang
pembahasan.

4. Rapat Paripurna Pengesahannya yang Digelar Dadakan, Hingga Naskah UU


Cipta Kerja yang Masih Di Revisi Walaupun Sudah Disahkan.
Sebelumnya informasi penyelenggaraan rapat paripurna pengesahan
Omnibus Law akan dilangsungkan pada Kamis 08 Oktober 2020. Namun, secara
tiba-tiba, rapat paripurna dipercepat pelaksanaannya menjadi Senin 05 Oktober
2020. Pada Kamis 08 Oktober 2020 dalam sosialisasi UU Cipta Kerja klaster
ketenagakerjaan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan alasan
anggota dewan DPR RI mendadak mengesahkan UU Cipta Kerja, yaitu beralasan
rapat paripurna yang dipercepat menjadi Senin 05 Oktober 2020 karena untuk
mengurangi jam-jam rapat sehingga bisa menekan penyebaran covid-19 diantara
anggota DPR. Akan tetapi, banyak pihak yang berpendapat bahwa mendadaknya
penggelaran rapat paripurna pengesahan lebih untuk mengecoh masyarakat yang
masih keberatan dengan Omnibus Law RUU Cipta Kerja terlebih banyak elemen
masyarakat yang mengancam akan melakukan aksi demonstrasi besar-besaran
pada di sepanjang pekan tersebut.

Pada prosesnya, meskipun sudah disahkan pada Senin 05 Oktober 2020


UU Cipta Kerja masih mengalami proses perbaikan. Wakil Ketua Badan
Legislatif DPR, Aziz Syamsudin saat itu mengakui naskah UU Cipta Kerja yang
telah disahkan di paripurna DPR masih dalam proses pengecekan untuk
menghindari kesalahan pengetikan. Selain itu, sejak proses pembahasannya
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
hingga proses finalisasinya yang disahkan pada Senin 05 Oktober 2020 naskah
UU Cipta Kerja jumlah halaman pada naskah yang beredar masih berubah-ubah
Sekjen DPR RI Indra Iskandar mengatakan naskah final UU Cipta Kerja terdiri
dari 1035 halaman, sedangkan sebelumnya naskah yang beredar memiliki jumlah
halaman sebanyak 905 halaman. Selain itu, terdapat 2 versi lain lagi naskah UU
Cipta Kerja yang beredar yaitu berisi 1028 halaman dan 1052 halaman.

Selanjutnya pada naskah dengan 1035 halaman, terdapat perubahan lagi


pada pasal mengenai persetujuan lingkungan. Lalu sejak 09 Oktober 2020 muncul
naskah yang berisi 1052 halaman yang dimana pemerintah pusat dan pemerintah
daerah disebut. Akhirnya pada Selasa 13 Oktober 2020 Sekjen DPR Indra
Iskandar mengkonfirmasi bahwa naskah resmi UU Cipta Kerja sebanyak 812
halaman. Padahal, UU Cipta Kerja ini sudah disahkan sejak Senin 05 Oktober
2020.

Bicara mengenai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,


UU tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia,
mempercepat proses perizinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan
membuka peluang kerja baru bagi masyarakat.
Salah satu alasan terbentuknya UU ini adalah untuk meningkatkan daya saing
Indonesia di kancah global. Dalam keterangan resmi dari Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian, UU ini disebutkan sebagai upaya pemerintah untuk
"meningkatkan daya saing dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional melalui
reformasi struktural yang bersifat holistik dan berkesinambungan." Dengan adanya
perubahan-perubahan dalam regulasi dan sistem perizinan, diharapkan bahwa
perusahaan-perusahaan di Indonesia akan semakin tertarik untuk berinvestasi dan
membuka lapangan kerja.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dibentuk dengan
tujuan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja
baru di tengah pandemi COVID-19. Undang-Undang ini juga bertujuan untuk
meningkatkan daya saing dan investasi di Indonesia dengan menyederhanakan prosedur
bisnis, memangkas regulasi yang dianggap menghambat investasi, dan meningkatkan
efisiensi birokrasi. Beberapa perubahan penting yang diatur dalam Undang-Undang ini
antara lain terkait perizinan investasi, perluasan investasi ke sektor tertentu, perlindungan
hak kekayaan intelektual, dan kemudahan dalam hubungan kerja.
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (atau yang biasa dikenal dengan
Omnibus Law) merupakan undang-undang yang memiliki banyak kontroversi dan kontes
di Indonesia. Beberapa permasalahan yang muncul dari UU ini antara lain:
1. Penghapusan UMP dan UMK
UU Cipta Kerja menghapus pengaturan Upah Minimum Provinsi (UMP)
dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan menggantinya dengan
pengaturan Upah Minimum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Kebijakan ini
diprotes oleh para buruh karena dianggap merugikan mereka.

2. Lemahnya perlindungan lingkungan hidup


UU Cipta Kerja dinilai lemah dalam memberikan perlindungan
lingkungan hidup. UU ini menghapus kewajiban bagi perusahaan untuk
melakukan studi lingkungan sebelum memulai operasionalnya. Selain itu, UU ini
juga mempermudah perizinan bagi proyek-proyek pembangunan, yang bisa
berdampak negatif pada lingkungan hidup.

3. Lemahnya perlindungan hak-hak buruh


UU Cipta Kerja dinilai melemahkan perlindungan hak-hak buruh.
Beberapa pasal dalam UU ini dianggap merugikan buruh, seperti pasal yang
mengatur tenaga kerja kontrak dan pengaturan waktu kerja yang lebih fleksibel.

4. Penguasaan asing terhadap bisnis dalam negeri


UU Cipta Kerja juga dianggap membuka peluang penguasaan asing
terhadap bisnis dalam negeri. Beberapa pasal dalam UU ini memudahkan investor
asing untuk berinvestasi di Indonesia, namun hal ini dianggap bisa mengancam
keberlangsungan bisnis lokal.

5. Tidak adanya konsultasi dengan stakeholder


UU Cipta Kerja dinilai dihasilkan tanpa melibatkan konsultasi yang
memadai dengan stakeholder terkait, seperti pekerja, pengusaha, dan masyarakat
luas. Kebijakan ini dianggap memunculkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan
masyarakat terhadap pemerintah.

6. Pelanggaran hak-hak kekayaan intelektual


UU Cipta Kerja juga dinilai merugikan pelaku industri kreatif karena
dianggap melemahkan perlindungan hak kekayaan intelektual. Beberapa pasal
dalam UU ini menghapus kewajiban pembayaran royalti kepada pencipta karya,
sehingga bisa mengancam keberlangsungan industri kreatif di Indonesia.
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com

Secara umum, UU Cipta Kerja masih menjadi perdebatan hangat di Indonesia


karena dianggap merugikan berbagai pihak. Beberapa pihak mendukung UU ini karena
dianggap bisa meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja baru, namun
banyak juga yang menentang UU ini karena dianggap tidak memperhatikan kepentingan
rakyat kecil dan merugikan lingkungan hidup serta hak-hak buruh.
Berdasarkan poin diatas, dapat dikategorikan berdasarkan bidangnya terkait
dampak UU Cipta Kerja ini yaitu sebagai berikut:
1. Dampak terhadap Lingkungan
Presiden Joko Widodo melalui aturan turunan UU Cipta Kerja dalam
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 459, mengeluarkan atau menghapus
Limbah Abu Batu Bara dari kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Limbah Abu Batu Bara atau yang biasa disebut FABA (Fly Ash dan
Bottom Ash) merupakan limbah hasil pembakaran batu bara di pabrik atau
industri yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar, seperti PLTU, boiler,
dan tungku industri bahan baku konstruksi dan bangunan. Fly ash terbang bebas
di udara sedangkan bottom ash adalah fly ash yang terakumulasi di cerobong
pembuangan yang jatuh ke bawah.

2. Dampak terhadap Pangan dan Petani


Kabar yang beredar pada Kamis 04 Maret 2021, tentang rencana
pemerintah untuk mengimpor beras sebanyak 1 juta ton yang diumumkan oleh
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto saat rapat dengan
Kementerian Perdagangan yang dihadiri pula oleh M. Luthfi sebagai Menteri
Perdagangan. Menimbulkan banyak kritikan dan kecaman dari masyarakat
bahkan beberapa kepala daerah, hal ini disebabkan karena rencana pengimporan
ini bertepatan dengan menjelangnya panen raya beras petani lokal pada Maret-
April 2021, stabilnya harga beras, dan cadangan beras yang tercukupi.

Hal tersebut juga disebabkan oleh berlakunya UU No. 11 Tahun 2020


tentang Cipta Kerja, yang dimana pada Pasal 1 Ayat 7 UU No. 18 Tahun 2012
tentang Pangan yang dijadikan sebagai dasar politik pangan Indonesia yang
awalnya berbunyi “Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari
hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila
kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.” telah diubah oleh UU
No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Pasal 64 menjadi “ Ketersediaan Pangan
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi dalam negeri, Cadangan
Pangan Nasional, dan Impor Pangan.“

Perubahan tersebut membuat posisi impor pangan yang pada awalnya


tidak dijadikan sebagai sumber utama dan hanya dilakukan bilamana kedua
sumber utama yaitu produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional tidak
dapat memenuhi kebutuhan. Berubah membuat impor pangan setara menjadi
sumber utama yaitu produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional dan
bisa dipraktekkan tanpa ketentuan bila produksi dalam negeri dan Cadangan
Pangan Nasional tidak dapat memenuhi.

Perubahan hal itulah yang dijadikan dasar pemerintah dalam mengimpor


beras sebanyak 1 juta ton di masa menjelang panen raya beras Maret-April 2021
ini. Jika sebelum diubahnya Pasal 1 Ayat 7 tersebut praktik impor pangan yang
didahulukan tanpa melihat produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional
akan dianggap sebagai pelanggar konstitusi, kini setelah diubahnya pasal tersebut
oleh UU Cipta Kerja praktik impor pangan menjadi sah tanpa harus melihat data
produksi dalam negeri maupun cadangan pangan nasional.

3. Dampak terhadap Pendidikan


Klaster Pendidikan dalam RUU Cipta Kerja juga sangat dipermasalahkan
bagi sebagian besar masyarakat, dikarenakan pasal-pasal yang didalamnya
berpotensi menghasilkan komersialisasi Pendidikan. Lalu pada Rabu 07 Oktober
2020 dalam konferensi pers Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Airlangga Hartarto mengatakan “ Pendidikan di-drop dalam pembahasan
sehingga perizinan Pendidikan tidak diatur dalam UU Cipta Kerja.”. Akan tetapi,
pada draft final yang disebarkan setelah pengesahan UU Cipta Kerja klaster
pendidikan kembali muncul dan diatur dalam UU No.11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja pada Paragraf 12 Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 65 yang
mengatur perizinan berusaha sektor pendidikan.

Meskipun hanya satu pasal, materi terkait sektor pendidikan yang


tercantum dalam pasal 65 tersebut memberikan perbedaan pemberlakuan bagi
penyelenggaraan pendidikan formal. Pada bagian penjelasan, dijelaskan bahwa
pasal 65 ditujukan bagi lembaga pendidikan formal di Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK). Artinya, setiap penyelenggara pendidikan formal di wilayah KEK
diwajibkan melewati mekanisme perizinan berusaha yang diatur dalam UU No.
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Sedangkan lembaga pendidikan formal di
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
luar wilayah KEK tetap mengikuti peraturan lama yang memuat ketentuan izin
untuk satuan pendidikan.

Keberadaan pasal tersebut akan menimbulkan kesenjangan akses atas


pendidikan di masyarakat sebab perbedaan mekanisme perizinan satuan
pendidikan berpeluang menciptakan perbedaan standar dan kualitas sekolah.
Lembaga penyelenggara satuan pendidikan di wilayah KEK memiliki peluang
kerja sama yang besar dengan pihak investor, sehingga dapat memberikan
jaminan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Sebagai timbal balik,
penyelenggara pendidikan akan menarik biaya yang tinggi dari peserta didik.
Sebaliknya, satuan pendidikan diluar wilayah KEK hanya bisa bergantung pada
anggaran subsidi pemerintah dan/atau sumber daya lain yang terbatas, sehingga
sulit untuk memastikan kualitas penyelenggaraan pendidikannya dapat setara
dengan kualitas yang dimiliki satuan pendidikan di wilayah KEK.

Saat ini, tersebar di seluruh Indonesia terdapat 14 wilayah KEK yang


beroperasi dan 4 wilayah KEK sedang dalam tahap pembangunan. Wilayah KEK
diberikan keistimewaan berupa penyelenggaraan infrastruktur, pemberian
fasilitas dan insentif, serta kemudahan berinvestasi. Namun, berdasarkan UU No.
39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, pemerintah dapat menetapkan
suatu wilayah sebagai KEK dengan atau tanpa melalui proses pengusulan.
Artinya, apabila kesenjangan akses atas pendidikan hanya terjadi pada wilayah-
wilayah yang berada pada 15 wilayah KEK tersebut, di masa mendatang
ketimpangan itu akan meluas ke lebih banyak daerah seiring dengan
bertambahnya jumlah wilayah KEK baru di Indonesia.

Meskipun hanya diatur dalam satu pasal, perubahan sekecil apapun akan
berdampak luas terhadap paradigma negara dalam mengelola dan membangun
sistem pendidikan Indonesia. Oleh karenanya, pengaturan soal sektor pendidikan
seharusnya lebih relevan dibahas secara mendalam melalui perubahan UU
Sisdiknas, bukan dalam UU Cipta Kerja.

4. Dampak terhadap Ketenagakerjaan


Klaster ketenagakerjaan yang merupakan aspek terbesar dalam UU No. 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, memiliki banyak pasal-pasal yang mendapatkan
kritik dan kecaman baik dari mahasiswa, serikat buruh, pegiat aktivis, hingga ahli
ekonom. Dikarenakan isi dari pasal-pasal klaster ketenagakerjaan sangat
bermasalah dan merugikan kaum buruh. Semenjak awal pembahasannya banyak
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
masyarakat yang merasa keberatan dan menyampaikan aspirasinya agar klaster
tersebut diperbaiki dengan mengikutsertakan elemen masyarakat yang akan
terdampak dari UU Cipta Kerja tersebut yaitu kaum buruh untuk ikut serta dalam
pembahasannya akan tetapi hingga sampai disahkan, para anggota dewan tidak
mendengarkan keluhan dan aspirasi tersebut, dan tetap bersikukuh dengan apa
yang mereka susun tersebut.

Selain daripada itu, Waktu Kerja dan Lembur yang diperpanjang


Sedangkan Waktu Libur Dikurangi. Dalam UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja Pasal 79 ayat 1b disebutkan bahwa istirahat mingguan ialah 1 hari untuk 6
hari kerja dalam 1 minggu. Setelah pekerja dipaksa untuk bekerja selama 6 hari
kerja dan hanya mendapatkan 1 hari istirahat dalam 1 minggu, dalam Aturan
Turunan UU Cipta Kerja berupa PP No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) Pasal 26 Ayat 1 pekerja dipaksa kembali dengan
diperpanjangnya waktu lembur yang semula 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam
1 minggu diperpanjang menjadi 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam dalam 1 minggu.
Hal-hal tersebut sangat merugikan pekerja dan selaras dengan pernyataan dari
serikat buruh bahwa UU CIPTA KERJA MERUPAKAN BENTUK
PERBUDAKAN MODERN.

E. PERPPU NO.2 TAHUN 2022 YANG PENUH KONTROVERSIAL

Ramainya pemberitaan dan informasi terkait dengan terbitnya dan disahkannya


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja. Diterbitkan pada 30 Desember 2022, berisi 186 pasal, 1117 halaman dengan ruang
lingkup yang sama buruknya dengan Undang-undang Cipta Kerja.

Dalam konteks Perppu Cipta Kerja, parameter-parameter yang dianggap


memenuhi kegentingan memaksa oleh presiden adalah pemenuhan hak warga negara atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak, penyerapan tenaga kerja dan adanya tantangan
dan krisis ekonomi global yang dapat mengganggu perekonomian nasional, perlunya
penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan cipta kerja, kebutuhan
hukum untuk percepatan cipta kerja, perlunya terobosan dan kepastian hukum untuk
dapat menyelesaikan sejumlah permasalahan dalam beberapa undang-undang ke dalam
satu undang-undang dengan metode omnibus, pelaksanaan putusan Mahkamah
Konstitusi yang membatalkan UU Cipta Kerja sebelumnya, serta respons terhadap
penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan kenaikan inflasi yang akan berdampak
signifikan terhadap perekonomian nasional.
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
Perpu Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja yang pada intinya memberikan
kesimpulan terbitnya PERPU sebagai suatu keputusan yang keliru dari Joko Widodo
(Jokowi) sebagai Presiden Republik Indonesia. Dalam Perppu No 2 tahun 2022 Cipta
kerja banyak mengalami kecacatan

1. Melanggar putusan MK 91/2020

Putusan Uji formil undang-undang Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat,


dimana pemerintah bersama DPR harus melakukan perbaikan Undang-undang
Cipta kerja dalam waktu 2 tahun. Perbaikan yang dimaksud yaitu proses
pembentukan yang sesuai dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2011 sebagai
pedoman pembentukan peraturan Perundang-undangan dan memaksimalkan
partisipasipan bermakna. Dimana pada pembentukan ini terdapat cacat, yaitu MK
memutuskan Undang-undang Cipta Kerja harus diperbaiki bukan malah membuat
baru. Hadirnya perppu No. 2 tahun 2022 menjadi bukti bahwa tidak ada perbaikan
prosedur terlebih substansi undang-undang cipta kerja. Maka, Perppu Cipta Kerja
tidak dapat dikatakan melaksanakan Putusan MK 91/2020.

2. Mencabut dan mengganti UU Cipta Kerja

Pada konsideran dan ketentuan penutup, menjelaskan Perppu Cipta Kerja


mencabut undang-undang Cipta Kerja. Disebut bahwa untuk melaksanakan
putusan MK No. 91 tahun 2020 dan mengisi kekosongan hukum, di tengah krisis
global. Jika ditilik kembali Perppu Cipta Kerjasama seperti Undangan-undangan
Cipta Kerja dimana tidak ada perbaikan prosedur atau substansi. Ini menjadi saksi
bahwa Perpu Cipta Kerja adalah akal bulus pemerintah untuk menghidupkan
kembali Undang-undang Cipta Kerja yang dinyatakan inkonstitusional bersyarat
oleh Mahkamah Konstitusi.

3 . Tidak memenuhi alasan kegentingan yang memaksa

Meski Mahkamah Konstitusi memberikan panduan terkait parameter-


parameter yang dapat dianggap sebagai kegentingan memaksa dalam Putusan
Nomor 138/PUU-VII/2009 telah memberikan petunjuk bagi presiden mengenai
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam keadaan darurat yang memaksa,
yakni Pertama, harus ada kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah
hukum sesuai dengan undang-undang. Kedua, ada kekosongan hukum karena
belum ada undang-undang yang mengaturnya, atau undang-undang yang ada tidak
memadai. Ketiga, proses pembuatan undang-undang dengan prosedur biasa
memerlukan waktu yang lama, sedangkan situasi darurat memerlukan tindakan
cepat untuk mengatasi kekosongan hukum tersebut.

Meskipun Mahkamah Konstitusi telah memberikan panduan, tetapi


penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) ini masih
berpotensi menimbulkan masalah karena dinilai bukan kegentingan yang
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
memaksa namun justru memaksakan kegentingan.Melalui langkah Pemerintah
yang terlihat sangat mendesak pengesahan Cipta Kerja membuat banyak sekali
pihak yang semakin bertanya - tanya bahwasannya apakah Cipta Kerja ini
memang ditujukkan untuk rakyat atau bahkan hanya untuk kepentingan siapa ?
Problematika yang semakin terkumpul hingga menjadikan Cipta Kerja sebetulnya
tidak memiliki legitimasi publik untuk dinilai sebagai langkah konkret pemerintah
dalam membenahi Negara Indonesia.

Penegasan tersebut juga ditegaskan dalam Pasal 1 angka 4 Undang-


Undang No. 12 Tahun 2011 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 15
Tahun 2019 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa : “Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.

Dengan dasar hukum di atas jelas dan tegas bahwa Presiden mempunyai
kewenangan dalam menetapkan PERPU dengan syarat terdapat kondisi atau hal
ihwal kegentingan yang memaksa. Namun demikian, satu hal yang bisa
disimpulkan adalah, Perpu ini memanfaatkan konsep “kegentingan yang
memaksa.” Hal ini pada akhirnya menegasikan Putusan MK Nomor 91/PUU-
XVIII/2020 yang menguji formal dan memutuskan UU No 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat. Sehingga bisa dikatakan presiden telah
melakukan pelecehan atas putusan sekaligus kelembagaan Mahkamah
Konstitusi.

Sebab Mahkamah Konstitusi diberikan kewenangan oleh Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk menguji konstitusionalitas
undang-undang. Ketika MK menyatakan satu UU tidak konstitusional, maka
pembuat undang-undang harus patuh dan melaksanakan putusan MK. Bukan
dengan mengugurkannya melalui Perppu. Berdasarkan putusan MK tegas
menyatakan secara formal UU No 11/2020 tentang Cipta Kerja bertentangan
dengan UUD 1945.

Paling tidak karena dalam sistem hukum di Indonesia, belum adanya


standar baku pembuatan omnibus law. Selain itu yang paling mendasar, tidak
adanya partisipasi publik yang bermakna (meaningful participation) dalam proses
pembuatan UU Cipta Kerja tersebut.

Dengan demikian seharusnya Presiden dan DPR melakukan perbaikan UU


No 11 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja dengan memperhatikan putusan MK
tersebut.Tapi pemerintah memilih untuk mengambil jalan pintas dengan
menerbitkan Perppu Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja. Presiden seolah
menjawab sisi kebutuhan cepat pemenuhan UU, tetapi melecehkan dan tidak
melaksanakan putusan MK. Karena Perpu meskipun nantinya disetujui DPR
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
menjadi UU, pasti tidak melibatkan partisipasi publik sama sekali. Yang paling
berbahaya, selama ini posisi Presiden selalu menghormati putusan MK, meskipun
tidak selalu sependapat. Penghormatan terhadap putusan MK ini sebagai
perwujudan tunduk dan patuh pada konstitusi aturan bernegara di Indonesia.
Dengan Presiden menerbitkan Perpu No 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja yang
menggugurkan dan melecehkan putusan MK, berarti Presiden sudah memberikan
contoh buruk.

F. KESIMPULAN

Disahkannya Perppu Cipta Kerja membuat banyak pihak yang semakin


kebingungan, kepentingan siapakah yang dibawa terkait Cipta kerja ini? karena jika
dilihat dari proses yang ugal-ugalan tersebut menjadikan tanda tanya besar apa yang
sedang pemerintah canangkan. Katanya sebuah undang-undang yang bertujuan untuk
meningkatkan investasi, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan perekonomian
Indonesia melalui reformasi struktural pada berbagai sektor, termasuk ketenagakerjaan,
perizinan, dan investasi. Undang- undang cipta kerja juga merupakan langkah pemerintah
untuk mempercepat proses pembangunan negara, terutama dengan mendorong
kewirausahaan, mengembangkan investasi untuk menerima tenaga kerja, serta
menciptakan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Namun, kenyataan apabila dilihat dari
proses yang terjadi banyak kecacatan yang terjadi. Dimana proses penyusunan Undang-
Undang Cipta Kerja juga dinilai tidak partisipatif dinilai terkesan eksklusif dengan tidak
melibatkan pihak yang terdampak. Ternyata banyak pasal-pasal yang kontroversial yang
merugikan sebagian pihak seperti hak-hak buruh ataupun masyarakat. Pengesahan
Undang-undang ini banyak menimbulkan kecaman karena Perppu cipta kerja akan
merugikan banyak sekali pihak. Sehingga perlu dilakukan penolakan dan peninjauan
ulang.
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
PERNYATAAN SIKAP

1. MENUNTUT PEMERINTAH UNTUK MENCABUT PENGESAHAN


PERPU CIPTA KERJA

2. MENGKAJI ULANG PERPU CIPTA KERJA SECARA TERBUKA DAN


MELIBATKAN SEMUA PIHAK TERKAIT

3. MEREVISI ATAU MENGKAJI KEMBALI PASAL-PASAL YANG


BERMASALAH
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA

A, Nano Tresna. 2021. “MK: Inkonstitusional Bersyarat, UU Cipta Kerja Harus


Diperbaiki dalam Jangka Waktu Dua Tahun”.
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=17816. Diakses pada 23 Maret
2023 pukul 21.35 WIB;

Ashar, Syamsul. 2022. “Pakar Hukum Denny Indrayana: Terbitkan Perpu No 2/2022
Presiden Lecehkan Putusan MK”. https://amp.kontan.co.id/news/pakar-hukum-
denny-indrayana-terbitkan-perpu-no-22022-presiden-lecehkan-putusan-mk.
Diakses pada 23 Maret 2023 pukul 23.55 WIB;

BPSDM Kementrian Hukum Dan Ham. 2022. “Yasonna: Pemerintah Patuhi Putusan MK Tentang
UU Cipta Kerja Demi Kepastian Hukum”https://bpsdm-dev.kemenkumham.go.id/berita-
utama/yasonna-pemerintah-patuhi-putusan-mk-tentang-uu-cipta-kerja-demi-kepastian-
hukum#:~:text=UU%20Cipta%20Kerja%20telah%20mengalami,%2FPUU%2DXVIII
%2F2020. Diakses pada 24 Maret 2023 pukul 21.50 WIB;

Debora, Yantina. 2020. “Arti dan Sejarah Omnibus Law Atau UU Sapu Jagat”.
https://baktinews.bakti.or.id/artikel/arti-dan-sejarah-omnibus-law-atau-uu-sapu-jagat.
Diakses pada 23 Maret 2023 pukul 20.50 WIB;

Finaka, Andrean W. 2021. “Perjalanan Omnibus Law Cipta Kerja Hingga Menjadi UU”.
https://indonesiabaik.id/infografis/perjalanan-omnibus-law-cipta-kerja-hingga-menjadi-
uu. Diakses pada 23 Maret 2023 pukul 19.46 WIB;

Ginting, Eriko Fahri. 2021. “Telisik Istilah: Omnibus Law dari Konsep hingga Sejarah”.
https://heylawedu.id/blog/telisik-istilah-omnibus-law-dari-konsep-hingga-sejarah.
Diakses pada 23 Maret 2023 pukul 20.59 WIB;

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK


INDONESIA. 2020. “Apa Tujuan Utama RUU Cipta Kerja?”.
https://ekon.go.id/publikasi/detail/271/apa-tujuan-utama-ruu-cipta-kerja. Diakses
pada 23 Maret 2023 pukul 22.58 WIB;

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK


INDONESIA. 2020. “OMNIBUS LAW CIPTA LAPANGAN KERJA”.
https://dikti.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2020/10/Booklet-UU-Cipta-
Kerja.pdf. Diakses pada 23 Maret 2023 pukul 23.13 WIB;
DEPARTEMEN POLITIK AKSI DAN KAJIAN STRATEGIS
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Sekretariat: Gedung Administrasi Jurusan
Kampus Baru UI, Kota Depok, 16425, Telepon: 087865330712
E-mail: polkastragbempnj23@gmail.com
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA. 2023. “UU
Cipta Kerja Percepat Proses Pembangunan Nasional”.
https://www.setneg.go.id/baca/index/uu_cipta_kerja_percepat_proses_pembang
unan_nasional#:~:text=Lahirnya%20UUCK%20merupakan%20langkah%20tero
bosan,menciptakan%20keadilan%2C%20dan%20kesejahteraan%20rakyat.
Diakses pada 23 Maret 2023 pukul 22.20 WIB;
Lararenjana, Edelweis. 2020. “Mengenal Apa Itu Omnibus Law Beserta Konsep dan
Sejarah Perkembangannya” https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-apa-itu-
omnibus-law-beserta-konsep-dan-sejarah-perkembangannya-kln.html. Diakses pada 23
Maret 2023 pukul 21.30 WIB;

Qothrunnada, Kholida. 2022. “Omnibus Law: Pengertian, Tujuan, dan


Manfaatnya”https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
5971850/omnibus-law-pengertian-tujuan-dan-manfaatnya/amp. Diakses pada 23
Maret 2023 pukul 22.30 WIB;
Rastika, Icha. 2021. “MK Putuskan UU Cipta Kerja Inkonstitusional Bersyarat, Apa
dampaknya?”. https://nasional.kompas.com/read/2021/11/26/08002581/mk-putuskan-
uu-cipta-kerja-inkonstitusional-bersyarat-apa-dampaknya Diakses pada 23 Maret 2023
pukul 21.45 WIB;

Syafitri, Intanung. 2023. “Pelaksanaan Sosialisasi Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang (Perppu) No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja”.
https://bapeten.go.id/berita/pelaksanaan-sosialisasi-peraturan-pemerintah-pengganti-
undangundang-perppu-no-2-tahun-2022-tentang-cipta-kerja-
102709#:~:text=Latar%20belakang%20terbitnya%20Perppu%20No,pangan%20yang%
20sudah%20dirasakan%20Indonesia. Diakses pada 23 Maret 2023 pukul 22.00 WIB;

Anda mungkin juga menyukai