Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini saya menjelaskan
mengenai UU Cipta Kerja. Makalah ini saya buat dalam rangka
memperdalam matakuliah Hukum Acara Pidana. Saya menyadari, dalam
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan
terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran. Demi perbaikan dan
kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
STATUS
Mencabut :
UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 juncto Staatsblad Tahun 1940 Nomor
450 tentang Undang-Undang Gangguan (Hinderordonnantie)
Mengubah :
UU No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU No. 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah
UU No. 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian
Berkelanjutan
UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
UU No. 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
UU No. 6 Tahun 2017 tentang Arsitek
UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
UU No. 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran
Indonesia
UU No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam
UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten
UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
UU No. 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
UU No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan
UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi
UU No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani
UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan
UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
UU No. 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan
UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
UU No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan
UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
UU No. 38 Tahun 2009 tentang POS
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
UU No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
UU No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Menjadi Undang-Undang
UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
UU No. 37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang Menjadi
Undang-Undang
UU No. 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-
Undang
UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran
UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
UU No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
3. Pasal Kontroversial
Banyaknya UU yang tumpang tindih di Indonesia ini yang coba
diselesaikan lewat Omnibus Law. Salah satunya sektor ketenagakerjaan.
Jika disahkan, RUU Cipta Kerja akan merevisi sejumlah pasal di UU
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Di sektor ketenagakerjaan, pemerintah berencana menghapuskan,
mengubah, dan menambahkan pasal terkait dengan UU Ketenagakerjaan.
Contohnya, pemerintah berencana mengubah skema pemberian uang
penghargaan kepada pekerja yang terkena PHK. Besaran uang
penghargaan ditentukan berdasarkan lama karyawan bekerja di satu
perusahaan.
Namun, jika dibandingkan aturan yang berlaku saat ini, UU Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, skema pemberian uang
penghargaan Omnibus Law RUU Cipta Kerja justru mengalami
penyusutan.
Di dalam Omnibus Law RUU Cipta Kerja, pemerintah juga
berencana menghapus skema pemutusan hubungan kerja (PHK), dimana
ada penghapusan mengenai hak pekerja mengajukan gugatan ke
lembaga perselisihan hubungan industrial.
Sejumlah pasal dari RUU Omnibus Law adalah dianggap serikat
buruh akan merugikan posisi tawar pekerja. Salah satu yang jadi sorotan
yakni penghapusan skema upah minimum UMK yang diganti dengan UMP
yang bisa membuat upah pekerja lebih rendah. Lalu, buruh juga
mempersoalkan Pasal 79 yang menyatakan istirahat hanya 1 hari per
minggu. Ini artinya, kewajiban pengusaha memberikan waktu istirahat
kepada pekerja atau buruh makin berkurang dalam Omnibus Law RUU
Cipta Kerja. Jika disahkan, pemerintah dianggap memberikan legalitas
bagi pengusaha yang selama ini menerapkan jatah libur hanya sehari
dalam sepekan. Sementara untuk libur dua hari per minggu, dianggap
sebagai kebijakan masing-masing perusahaan yang tidak diatur
pemerintah. Hal ini dinilai melemahkan posisi pekerja.
4. Klaim Pemeintah
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
mengatakan, Omnibus Law RUU Cipta Kerja akan bermanfaat besar
untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional dan membawa Indonesia
memasuki era baru perekonomian global.
“RUU Cipta Kerja akan mendorong reformasi regulasi dan
debirokratisasi, sehingga pelayanan Pemerintahan akan lebih efisien,
mudah, dan pasti, dengan adanya penerapan Norma, Standar, Prosedur,
dan Kriteria (NSPK) dan penggunaan sistem elektronik,” ujar Menko
Airlangga dlama keterangan resminya.
Selama ini kata Airlangga, masalah yang kerap menghambat
peningkatan investasi dan pembukaan lapangan kerja, antara lain proses
perizinan berusaha yang rumit dan lama, persyaratan investasi yang
memberatkan, pengadaan lahan yang sulit, hingga pemberdayaan UMKM
dan koperasi yang belum optimal. Ditambah lagi, proses administrasi dan
birokrasi perizinan yang cenderung lamban pada akhirnya menghambat
investasi dan pembukaan lapangan kerja.
Airlangga mengatakan, RUU Cipta Kerja ditujukan untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan yang menghambat peningkatan
investasi dan pembukaan lapangan kerja. Hal itu dilakukan melalui
penyederhanaan sistem birokrasi dan perizinan, kemudahan bagi pelaku
usaha terutama UMKM, ekosistem investasi yang kondusif, hingga
penciptaan lapangan kerja untuk menjawab kebutuhan angkatan kerja
yang terus bertambah. Ia juga mengatakan, manfaat yang dapat
dirasakan setelah berlakunya RUU Cipta Kerja antara lain pelaku UMKM
berupa dukungan dalam bentuk kemudahan dan kepastian dalam proses
perizinan melalui OSS (Online Single Submission).
Selain itu ucap Airlangga, ada kemudahan dalam mendaftarkan
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), kemudahan dalam mendirikan
Perseroan Terbuka (PT) perseorangan, hingga kemudahan dengan
persyaratan yang mudah dan juga biaya yang murah, sehingga ada
kepastian legalitas bagi pelaku usaha UMKM. Tidak hanya itu, Omnibus
Law RUU Cipta Kerja juga disebut menawarkan kemudahan dalam
pendirian koperasi, dengan menetapkan minimal jumlah pendirian hanya
oleh 9 orang. Koperasi juga diberikan dasar hukum yang kuat untuk
melaksanakan prinsip usaha syariah, selain juga kemudahan dalam
pemanfaatan teknologi.
Kesejahteraan Pekerja
UU Cipta Kerja juga mengatur perlindungan dan peningkatan
kesejahteraan pekerja/buruh. Sebagai aturan turunannya, terdapat 4 PP
yang mengatur pelaksanaan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan
(JKP) serta menyempurnakan ketentuan mengenai waktu kerja, hubungan
kerja, dan pemutusan hubungan kerja (PHK), serta pengupahan.
“Kami mengharapkan aturan ini dapat membantu menanggulangi
dampak pandemi Covid-19 terhadap kesejahteraan para pekerja. Selain
itu, di dalam UU Cipta Kerja juga diperjelas dan dipertegas ketentuan
mengenai penggunaan tenaga kerja asing (TKA) yang diperlukan hanya
untuk alih keahlian/keterampilan dan teknologi baru, serta pelaksanaan
investasi,” papar Menko Airlangga.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5fb4e462866ba/10-dampak-
uu-cipta-kerja-terhadap-uu-ketenagakerjaan/
https://ekonomi.bisnis.com/read/20201005/12/1300806/ini-kelebihan-ruu-
cipta-kerja-versi-pemerintah
https://nasional.kontan.co.id/news/putusan-mk-omnibus-law-uu-112020-
cipta-kerja-inkonstitusional-ini-penyebabnya
https://www.bkpm.go.id/id/publikasi/detail/berita/uu-cipta-kerja-berikan-
jalan-mudah-untuk-berinvestasi-di-indonesia
https://jdih.bapeten.go.id/id/dokumen/peraturan/undang-undang-no-11-
tahun-2020-tentang-cipta-kerja
https://www.jobstreet.co.id/career-resources/dampak-uu-cipta-kerja-
ppada-pekerja-di-tahun-2021/?utm_campaign=id-c-ao-
[c]_jsid_google_all_sem_dsa_allpages_ao&utm_source=google&utm_me
dium=cpc&utm_content=&utm_term=&pem=google&gclid=CjwKCAiAtouO
BhA6EiwA2nLKH7fo9A2SrOB_SiBKqTETOV2YAE2-
pYVcd22iwInpWVN5oQiy6ldlRhoC1mUQAvD_BwE