Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Analisis Terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020


Tentang Cipta Kerja "Dampak dan Kontroversi Terhadap Hak-
Hak Buruh"

Oleh:

Oleh:
ZURRIYYAH MUYASSARAH
B012231026

dibuat untuk memenuhi tugas


POLITIK HUKUM (PROF. DR. A. PANGERANG, S.H., MH., DFM.)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Politik Hukum, yang membahas tentang
“Analisis Terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja: Dampak dan Kontroversi Terhadap Hak-hak Buruh”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat


banyak kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi materi, metode, maupun
penyajian. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dan
bermanfaat di masa mendatang.

4 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
A. Dampak UU Cipta Kerja terhadap Hak-Hak Buruh.....................................4
B. Analisis Kontroversi UU Cipta Kerja..............................................................6
BAB III PENUTUP.....................................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta


Kerja) adalah salah satu produk hukum yang dihasilkan oleh pemerintah dan
DPR RI dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, investasi dan
lapangan kerja di Indonesia. UU Cipta Kerja mengubah, menghapus, atau
menetapkan pengaturan baru dalam beberapa undang-undang sektor yang
dianggap menghambat kemudahan berusaha, perlindungan dan pemberdayaan
koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), peningkatan
ekosistem investasi dan percepatan proyek strategis nasional, termasuk
peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja.1

UU Cipta Kerja memiliki 10 ruang lingkup, yaitu: 1) peningkatan


ekosistem investasi dan kegiatan berusaha; 2) ketenagakerjaan; 3) kemudahan,
perlindungan, serta pemberdayaan koperasi dan UMKM; 4) kemudahan
berusaha; 5) dukungan riset dan inovasi; 6) pengadaan tanah; 7) kawasan
ekonomi; 8) investasi pemerintah pusat dan percepatan proyek strategis
nasional; 9) pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan 10) pengenaan
sanksi.

UU Cipta Kerja merupakan salah satu upaya pemerintah untuk


mengatasi dampak pandemi COVID-19 yang telah menurunkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi minus 2,07 persen pada tahun 20204. Pemerintah
berharap dengan adanya UU Cipta Kerja, Indonesia dapat meningkatkan daya
saing, produktivitas dan kualitas sumber daya manusia, serta menarik investasi
baik domestik maupun asing yang dapat menciptakan lapangan kerja dan
kesejahteraan bagi masyarakat.

1
Sutrisno, N., & Poerana, S. A. (2020). Reformasi Hukum Dan Realisasi Investasi Asing
Pada Era Presiden Joko Widodo. Undang: Jurnal Hukum, hal 242

1
Namun UU Cipta Kerja juga menuai berbagai kritik dan kontroversi
dari berbagai pihak, terutama pekerja/buruh dan aktivis lingkungan hidup.
Mereka menilai bahwa UU Cipta Kerja mengandung sejumlah pasal yang
merugikan hak-hak buruh dan lingkungan hidup, seperti pengurangan upah
minimum, penghapusan pesangon, pengurangan cuti, pengabaian hak
normatif, penghilangan perlindungan kontrak kerja, pengurangan kewajiban
analisis dampak lingkungan, pengabaian hak masyarakat adat dan lain-lain.
Mereka juga menyoroti proses pembentukan UU Cipta Kerja yang dinilai
tidak transparan, tidak partisipatif dan tidak demokratis, serta mengandung
sejumlah kesalahan teknis dan materiil.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk


melakukan analisis terhadap UU Cipta Kerja, khususnya mengenai dampak
dan kontroversi yang ditimbulkan oleh UU Cipta Kerja terhadap hak-hak
buruh dan kontroversi yang ditimbilkan dari adanya UU ini. Penulis berharap
analisis ini dapat memberikan gambaran yang objektif dan komprehensif
mengenai UU Cipta Kerja, serta memberikan rekomendasi yang konstruktif
bagi pemerintah, DPR, pekerja/buruh dan masyarakat luas.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini ialah:

1. Bagaimana dampak UU Cipta Kerja terhadap hak-hak buruh, khususnya


mengenai upah, pesangon, cuti, hak normatif dan perlindungan kontrak
kerja?

2. Mengapa UU Cipta Kerja menimbulkan kontroversi dan penolakan dari


berbagai pihak, khususnya pekerja/buruh dan aktivis lingkungan hidup?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah:

2
1. Untuk mengetahui dampak UU Cipta Kerja terhadap hak-hak buruh,
khususnya mengenai upah, pesangon, cuti, hak normatif dan perlindungan
kontrak kerja.

2. Untuk mengetahui alasan UU Cipta Kerja menimbulkan kontroversi dan


penolakan dari berbagai pihak, khususnya pekerja/buruh dan aktivis
lingkungan hidup

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak UU Cipta Kerja terhadap Hak-Hak Buruh

Omnibus pertama kali dikenalkan di Inggris pada tahun 1861 mengatur


tentang perjanjian perkeretaapian di Inggris. Menurut Lorne Gunther, Inggris
menggunakan metode omnibus sejak tahun 1860 dalam penyusuanan undang-
undang salah satunya yaitu Budget Finance Bill, yang merupakan omnibus
tertua yang ada di Inggris. Seiring berjalannya waktu negara-negara lainnya
mulai menggunakan metode omnibus. Omnibus bill ini pertama kalinya
diperkenalkan di Kanada pada tahun 1967 saat pengajuan amandemen hukum
kriminal. Di negara Kanada omnibus adalah salah satu sarana dan juga metode
parlemen dalam merancang, mengubah, mencabut dan menggabungkan
undang undang dengan tujuan untuk mempersingkat proses legislasi.2

Menurut Sofyan Djalil (Menteri Agraria dan Tata Ruang), konsep


omnibus law sendiri di indonesia sebenarnya adalah untuk mencakup serta
memperbaiki beberapa undang-undang yang tumpang tindih yang dapat
menghambat proses berusaha. Maka dari itu harapanya kedepan, konsep
omnibus law ini dapat mengatasi serta menemukan titik terang permasalahan
tumbang tindih undang-undang serta undang-undang yang saling
bertentangan.3

Tujuan digunakannya metode omnibus law di indonesia tidak lain untuk


menyelesaikan permasalahan yang sampai saat ini sering terjadi di indonesia
yaitu, permasalahan tumpang tindih undang-undang yang ada. Maka dari itu,
adanya omnibus law ini di harapkan mampu menjadi jalan keluar dalam
mengatasi masalah tumpang tindih Undang-Undang tersebut.4

2
Hakim, Y. R. (2021). Kebijakan Omnibus Law Dalam Perspektif Kebijakan Buruh Di
Indonesia. Jurnal Politics and Government, hal 241
3
ibid

4
UU Cipta kerja memiliki pengaruh yang besar terhadap hak-hak buruh
di indonesia diantaranya:5

1. UU Cipta Kerja mengubah, menghapus, atau menambah beberapa pasal


dalam UU Ketenagakerjaan yang berdampak pada hak-hak buruh, seperti
upah, pesangon, cuti, hak normatif, perlindungan kontrak kerja, jaminan
sosial, dan sebagainya.

2. UU Cipta Kerja menghapus ketentuan mengenai upah minimum provinsi,


upah minimum kabupaten/kota, dan upah minimum sektoral, serta
menggantinya dengan upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Hal ini dapat
menurunkan standar hidup buruh dan mengabaikan perbedaan kondisi
ekonomi antar daerah.

3. UU Cipta Kerja mengubah besaran pesangon yang diterima buruh yang di-
PHK dari maksimal 32 bulan gaji menjadi maksimal 19 bulan gaji, serta
menghapus ketentuan mengenai uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak. Hal ini dapat merugikan buruh yang telah bekerja lama
dan mengurangi perlindungan mereka terhadap PHK sewenang-wenang.

4. UU Cipta Kerja menghapus ketentuan mengenai lama kontrak kerja dalam


perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), serta menghapus ketentuan
mengenai kompensasi bagi buruh yang di-PHK sebelum masa kontrak
berakhir. Hal ini dapat memperluas ruang bagi pengusaha untuk
mengeksploitasi buruh dengan sistem kontrak yang tidak jelas dan tidak
adil.

5. UU Cipta Kerja menghapus ketentuan mengenai cuti tahunan, cuti hamil,


cuti melahirkan, cuti keguguran, cuti menikah, cuti khitanan, cuti baptis,
dan cuti meninggal, serta menggantinya dengan cuti yang diatur dalam

4
Hayati, N. N. S., & Warjiyati, S. (2021). Analisis yuridis konsep Omnibus Law dalam
harmonisasi peraturan Perundang-Undangan di Indonesia. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, hal 3
5
Zubi, M., Marzuki, M., & Affan, I. (2021). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak-Hak
Normatif Tenaga Kerja Setelah Berlakunya Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Law). Jurnal
Ilmiah METADATA

5
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Hal ini dapat
mengurangi hak normatif buruh dan menyerahkan kebijakan cuti kepada
pengusaha yang dapat bersifat diskriminatif.

6. UU Cipta Kerja menghapus ketentuan mengenai cuti tahunan, cuti hamil,


cuti melahirkan, cuti keguguran, cuti menikah, cuti khitanan, cuti baptis,
dan cuti meninggal, serta menggantinya dengan cuti yang diatur dalam
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Hal ini dapat
mengurangi hak normatif buruh dan menyerahkan kebijakan cuti kepada
pengusaha yang dapat bersifat diskriminatif.

7. UU Cipta Kerja menghapus ketentuan mengenai sanksi pidana bagi


pengusaha yang melanggar ketentuan ketenagakerjaan, serta menghapus
ketentuan mengenai larangan penggunaan tenaga kerja asing (TKA) yang
tidak memiliki keterampilan atau keahlian khusus. Hal ini dapat
melemahkan penegakan hukum dan perlindungan bagi buruh, serta
membuka peluang bagi masuknya TKA yang bersaing dengan buruh lokal

8. UU Cipta Kerja menghapus ketentuan mengenai jaminan sosial bagi


buruh, seperti jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian, serta menggantinya dengan
program jaminan kehilangan pekerjaan yang belum jelas mekanisme dan
sumber pendanaannya. Hal ini dapat mengancam kesejahteraan buruh dan
keluarganya, terutama di masa pandemi COVID-19.

B. Analisis Kontroversi UU Cipta Kerja

Ada beberapa faktor yang menjadi kelemahan omnibus law sehingga


menimbulkan kontradiksi terhadap para buruh yang pertama yaitu
perumusannya yang kurang terbuka dalam perumusanya serta tidak
melibatkan seluruh elemen terutama dari elemen buruh. 6 Menurut Alnick
Nathan omnibus law yang dijunjung mampu menghasilkan lapangan

6
Hakim, Y. R. (2021). Kebijakan Omnibus Law Dalam Perspektif Kebijakan Buruh Di
Indonesia. Jurnal Politics and Government, hal 241

6
pekerjaan justru malah menjadi hal yang tidak ingin diterima oleh para pekerja
atau buruh, dikarenakan ketidakpastian serta perampasan hak-hak yang telah
di tetapkan sebelumnya. Posisi seperti ini tidak hanya dirasakan pada sektor
kota tapi juga sektor kabupaten seperti data yang di dapatkan Wulansari
bagaimana peraturan pemerintah tentang upah minimum membuat nominal
upah menjadi menurun yang mengakibatkan ketidaklayakan kehidupan buruh
di setiap daerah karena ketidak cukupan memenuhi setandar kehidupan yang
layak.

Tidak hanya itu juga mirisnya UU Cipta Lapangan Kerja ini juga
menghilangkan ketentuan terkait upah minimum kerja dan upah minimum
sektoral, dan juga besaran upah yang di terima mngacu pada upah minimum
provinsi yang diatur oleh gubernur yang mengakibatkan penurunan nominal
upah minimum bagi pekerja atapun buruh di seluruh indonesia diakrenakan
upah minimum pekerja lebih rendah dari upah miminum kerja.

Adanya RUU Omnibus dinilai mampu untuk memecahkan


permasalahan yang ada seperti pengangguran yang tercatat sekitar 7 juta orang
di Indonesia, setiap angkatan kerja baru yang bertambah 2 juta orang setiap
tahunnya. Sementara itu jumlah pekerja informal mendominasi yaitu 74,1 juta
pekerja (57,26%) pada tahun 2019 dan pekerja formal sekitar 55,3 juta
(42,74%). Di sisi lain untuk tetap menjaga pertumbuhan ekonomi nasional,
maka pemerintah memerlukan investasi baru sebesar Rp 4.800 Triliun dan
setiap 1% memerlukan Rp 800 Triliun (sumber: cnbcindonesia.com). Untuk
menjaga keseimbangan perluasan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi
nasional maka diperlukan reformasi regulasi secara menyeluruh termasuk
untuk sektor ketenagakerjaan. Dengan kondisi seperti itu maka, omnibus law
ini sebagai jawaban atau resolusi untuk perluasan lapangan kerja dan
perlindungan pekerja sekaligus mengembalikan iklim investasi guna
memperbaiki laju pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia.

7
Adanya omnibus law ini ditujukan untuk menjawab permasalahan-
permasalahan dalam UU sebelumnya yang mengatur tentang hak-hak bagi
buruh. Akan tetapi omnibus law yang dibuat untuk memperbaiki kebijakan
sebelumnya justru malah berbanding sebaliknya, adanya omnibus law ini
malah memperkeruh keadaan serta mencederai beberapa aturan undang-
undang sebelumnya banyak serikat buruh seperti SPSI yang menolak adanya
perumusan kebijakan tersebut dikarenakan tujuan dari perumusan
kebijakannya lebih berpihak pada kepentingan pengusaha atau investor
daripada kepentingan buruh.7

Adapun beberapa UU yang dianggap dilanggar oleh omnibus law antara


lain UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, PP No. 24 tahun 2018
Tentang Perizinan, UU No. 21 tahun 2000 tentaag Organisasi Serikat,
Federasi, Konfederasi, UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Mengatur Jam Kerja dll, UU No. 2 tahun 2004 tentang Permasalahan Kerja
dan Mengantisipasi Adanya PHK dan Juga Penetapan upah.

Beberapa pasal yang menjadi masalah pada omnibus law adalah pasal
89 ayat 25, pasal 156 undang-undang nomor 13 tahun 2003, pasal 156 ayat 1
nomor 13 tahun 2003 serta pasal 156 ayat 3 huruf g dan h , pasal pasal
tersebut adalah pasal yang berfokus pada pemenuhan hak-hak buruh selama
masa kerja dan pasal tersebut dihilangkan pada undang-undang cipta lapangan
kerja, sehingga menimbulkan perselisihan serta kontra buruh dengan
pemerintah.

Para buruh menilai bahwa omnibus law Cipta Lapangan Kerja ini yang
menindas dan tidak melibatkan serikat buruh seperti SPSI, SPN,
GASBIINDO, KASBI dll. dalam perancang atau pembahasan RUU tersebut
dan lebih mengagungkan posisi investor daripada memberikan perlindungan
terhadap rakyatnya/buruh. Para ketua DPP dari serikat buruh ini juga
7
Antonio, C. D., & Suryaningsi, S. (2022). Analisis Tindakan Pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang Dialami Anak-Anak di Bawah Umur di Indonesia. Nomos: Jurnal Penelitian Ilmu
Hukum, hal 33

8
menyatakan bahwa tidak akan menyerah serta mundur dalam keadaan apapun
demi membela hak hak serta keadilan buruh serta akan terus memantau
jalannya perumusan serta pengesahan omnibus law.

Anggapan tersebut tentu membuat para buruh semakin bersemangat


dalam melakukan penolakan RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja,
seperti peristiwa aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para buruh di depan
Gedung DPR pada senin (20 januari 2020) untuk menolak RUU Cipta
Lapangan Kerja. Aksi demonstrasi tersebut tergabung dalam anggota
Konfederensi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan afiliasi lainnya sekitar 25
ribu anggota, “ujar Sekjen FSPMI Riden Hatam Aziz di LBH Jakarta.

Selain itu, dalam aksi demonstrasi tersebut para buruh juga mengatakan
akan mengadakan pemogokan massal di seluruh Indonesia apabila aspirasi
mereka tidak di dengarkan oleh pemerintah. Dengan adanya aksi demonstrasi
tersebut menunjukkan bahwa kontranya para buruh/pekerja terhadap RUU
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Undang-Undang Cipta Kerja memiliki dampak signifikan terhadap hak-


hak buruh di Indonesia. Beberapa perubahan yang dilakukan, seperti
pengurangan pesangon, penghapusan upah minimum daerah, dan perubahan
dalam kontrak kerja, dapat merugikan buruh. Selain itu, penghapusan sanksi
pidana bagi pelanggaran ketentuan ketenagakerjaan dan jaminan sosial bagi
buruh dapat melemahkan perlindungan mereka. Sebagai hasilnya, UU Cipta
Kerja menuai kontroversi dan perdebatan terkait dampaknya terhadap
kesejahteraan buruh di Indonesia.

UU Cipta Kerja atau Omnibus Law menimbulkan kontroversi yang


kompleks di Indonesia. Beberapa kelemahan yang disoroti termasuk
kurangnya keterlibatan elemen buruh dalam perumusan undang-undang,
ketidakpastian yang dihadapi pekerja, dan penurunan standar upah minimum.
Meskipun diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran dan
meningkatkan iklim investasi, UU ini justru dinilai merugikan buruh dengan
mengurangi perlindungan hak-hak mereka. Sementara pemerintah berpendapat
bahwa UU ini diperlukan untuk reformasi regulasi secara menyeluruh, buruh
dan serikat pekerja menentangnya dengan aksi demonstrasi dan ancaman
pemogokan massal. Oleh karena itu, kontroversi terus berlanjut antara
kepentingan pekerja, pengusaha, dan pemerintah.

B. Saran

Tingkatkan transparansi dalam proses legislatif, terutama terkait


perubahan-perubahan signifikan dalam undang-undang, seperti UU Cipta
Kerja. Libatkan masyarakat, khususnya para buruh, dalam proses pengambilan
keputusan, termasuk Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

10
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, C. D., & Suryaningsi, S. (2022). Analisis Tindakan Pelanggaran Hak


Asasi Manusia yang Dialami Anak-Anak di Bawah Umur di
Indonesia. Nomos: Jurnal Penelitian Ilmu Hukum, 2(1), 29-36.

Hakim, Y. R. (2021). Kebijakan Omnibus Law Dalam Perspektif Kebijakan


Buruh Di Indonesia. Jurnal Politics and Government

Hayati, N. N. S., & Warjiyati, S. (2021). Analisis yuridis konsep Omnibus Law
dalam harmonisasi peraturan Perundang-Undangan di Indonesia. Jurnal
Hukum Samudra Keadilan, 16(1), 1-18.

Sutrisno, N., & Poerana, S. A. (2020). Reformasi Hukum Dan Realisasi Investasi
Asing Pada Era Presiden Joko Widodo. Undang: Jurnal Hukum, 3(2), 237-
266.

Zubi, M., Marzuki, M., & Affan, I. (2021). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak-
Hak Normatif Tenaga Kerja Setelah Berlakunya Undang-Undang Cipta
Kerja (Omnibus Law). Jurnal Ilmiah METADATA, 3(3), 1171-1195.

11

Anda mungkin juga menyukai