Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN OMNIBUS LAW DI INDONESIA

Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan


Kamarudin, S.H., L.L.M.

Dibuat Oleh:
Muhammad Boy Bhaskara 20170610008
destalina Ainur Ramandhita 20180610008
Margaretha Hefina P.P 20180610013
Ifah Karimah Wulandarid 20180610016
Nur Alfi Syahriatul Chabibah 20180610021
Rizaldo Aditya 20180610026
2020
Fakultas Hukum
Universitas Hang Tuah Surabaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan Omnibus
Law di Indonesia”
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Ketenagakerjaan. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang
pengertian Penerapan Omnibus Law di Indonesia , landasan dan asas okum
ketenagakerjaan, tujuan okum ketenagakerjaan, hakikat dan perlindungan okum
ketenagakerjaan, sifat dan kedudukan okum ketenagakerjaan, sumber okum
ketenagakerjaan, prinsip dan kedudukan okum kerja dan hakikat dan sifat okum
kerja.
Penulis berterima kasih kepada Bapak Kamarudin, S.H., L.L.M.. selaku
dosen mata kuliah Hukum Ketenagakerjan yang telah memberikan bimbingan
kepada kami, dan kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun
tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini belum
sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua
pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Surabaya, 03 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Omnibus Law adalah suatu Undang-Undang yang dibuat untuk menyasar satu
isu besar yang mungkin dapat mencabut atau mengubah beberapa Undang-Undang
sekaligus sehingga menjadi lebih sederhana.
Omnibus Law juga dikenal dengan omnibus bill. Konsep ini sering digunakan di
Negara yang menganut sistem common law seperti Amerika Serikat dalam membuat
regulasi. Regulasi dalam konsep ini adalah membuat satu Undang-Undang baru
untuk mengamandemen beberapa Undang-Undang sekaligus.
Wacana implementasi Omnibus law semakin sering terdengar di berbagai media
Tanah Air. Omnibus law terdiri dari dua paying besar hukum yaitu Undang-Undang
Cipta Lapangan Kerja dan Undang-Undang Perpajakan. Secara garis besar, Omnibus
law merupakan payung hukum yang memiliki fungsi untuk menstandarisasi produk
hukum bermasalah di beberapa kebijakan sektoral seperti pembangunan ekonomi dan
investasi.
Namun muncul beberapa kalangan yang menolak wacana Omnibus law karena
dianggap tidak sejalan dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentan
Perundangan-Undangan, di anggap bahwa penerapan Omnibus law akan melemahkan
posisi pemerintah daerah dan buruh karena terjadinya shifting pemerintah pusat dan
bisnis akan menjadi lebih kuat.
Sebagai produk hukum yang belum pernah diterapkan secara formal di
Indonesia, Omnibus law tentu akan mendapat banyak tantangan serupa dari berbagai
pihak. Jika dicermati, ada dua tantangan terberat penerapan Omnibus law, masalah
pertama yaitu masih adanya persepsi tentang Omnibus law yang dianggap berdampak
pada kebijakan pemerintah daerah karena dinilai membatasi kebijakan pemerintah
setempat. Masalah yang kedua adalah Omnibus law tidak sejalan dengan Undang-
Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Perundang-Undangan.
Secara konsep, Omnibus law adalah produk hukum yang sudah tua dan sudah
diterapkan oleh beberapa negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, Irlandia,
Singapura dan Kanada. Sehingga, untuk implementasinya secara materi sudah tidak
menjadi persoalan lagi karena referensinya sudah cukup untuk diterapkan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah konsep Omnibus law dapat diterapkan di Indonesia?
2. Apakah dampak positif jika Omnibus law diterapkan di Indonesia?
3. Apakah dampak negatif jika Omnibus law diterapkan di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Agar mengoptimalkan terkait efisiensi waktu dan biaya pada saat merancang
sebuah Perundang-Undangan.
2. Untuk mengetahui dampak positif yang terjadi jika Omnbus law diterapkan di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui dampak negative yang terjadi jika Omnibus law diterapkan
di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASANAN

Dalam beberapa waktu terakhir, omnibus law memicu banyak perdebatan di


tingkat nasional. Istilah omnibus law di Indonesia pertama kali akrab di telinga
setelah pidato pelantikan Presiden Joko Widodo pada Oktober 2019 lalu. Omnibus
law juga dikenal dengan omnibus bill. Pemerintahan Presiden Jokowi sendiri
mengidentifikasi sedikitnya ada 74 UU yang terdampak dari omnibus law. Artinya,
omnibus law merupakan metode atau konsep pembuatan regulasi yang
menggabungkan beberapa aturan yang substansi pengaturannya berbeda, menjadi satu
peraturan dalam satu payung hukum.
Omnibus Law ini sangat penting dilaksanakan karena regulasi yang ada sudah
semakin kronis mengalami obesitas. Paling tidak ada tiga penyebab obesitas
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pertama, terlalu banyak jenis peraturan
perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 8 UU No 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, meskipun dapat dipahami hal
tersebut merupakan bagian dari penguatan eksistensi kelembagaan negara dan
pemerintahan pasca amandemen UUD 1945. Ditambah lagi dengan produk hukum
daerah sebagaimana diatur dalam Permendagri No 80 Tahun 2015. Sebaiknya jenis
peraturan perundang-undangan ke depan cukup peraturan perundang-undangan yang
jenisnya disebutkan dalam UUD 1945.Kedua, pembentukan peraturan perundang-
undangan terkesan hanya mengandalkan kuantitas, dan ‘kejar setoran’ dalam
prolegnas. Tidak mengherankan jika kumpulan dari rancangan regulasi hanya sebatas
'daftar' RUU yang akan dibahas (wishlist), dan tidak memperhatikan harmonisasi dan
sinkronsasi. Padahal dalam UU No 12 Tahun 2011 ada dua organ yang diberikan
kewenangan untuk melakukan hal tersebut, yaitu Badan Legislasi DPR dan
Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), yang juga diikuti pemerintahan
daerah dengan adanya Panitia Pembentukan Perda di DPRD dan Biro Hukum
Provinsi serta Bagian Hukum di kabupaten/kota. Dengan demikian penataan regulasi
harus lebih baik ke depan bukan hanya kejar target atau kejar tayang, tetapi
memperhatikan kemanfaatan bagi kepentingan bangsa. Ketiga, banyak regulasi tidak
memiliki korelasi yang kuat dengan kepentingan rakyat (mismatch between law and
society), bahkan dengan kepentingan negara sekalipun. Hal tersebut dapat dipahami
karena peraturan perundang-undangan lepas dari akar filosofis kebangsaan yang
diamanatkan alinea ke empat UUD 1945, yang secara substansi paling tidak ada tiga
hal di antaranya bahwa regulasi harus melandaskan pada adanya tujuan
“perlindungan masyarakat” (social defence) dan “kesejahteraan masyarakat” (social
welfare), serta nilai-nilai Pancasila.
Jika Omnibus Law dipahami sebagai jenis peraturan perundang-undangan
sama halnya dengan istilah UU payung (umbrella act) memang tidak dikenal dalam
UU No 12 tahun 2011. Namun jika Omnibus Law dipahami sebagai metode tidaklah
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan asal jenisnya adalah UU (bill)
yang mencakup lebih dari satu aspek yang digabungkan menjadi satu UU. Bahkan
dalam pratiknya, peraturan perundang-undangan dikenal adanya istilah Undang-
Undang Pokok seperti UUPA yang sampai saat ini masih berlaku dan mengikat,
meskipun ironisnya tercerabut oleh UU sektoral lainnya, sehingga keberadaannya
dapat dikatakan mati suri karena tergerus oleh asas lex spesialis dan lex posterior.
Banyaknya UU yang tumpang tindih di Indonesia ini yang coba diselesaikan
lewat omnibus law. Salah satunya sektor ketenagakerjaan. Di sektor ketenagakerjaan,
pemerintah berencana menghapuskan, mengubah, dan menambahkan pasal terkait
dengan UU Ketenagakerjaan. Contohnya, pemerintah berencana mengubah skema
pemberian uang penghargaan kepada pekerja yang terkena PHK. Besaran uang
penghargaan ditentukan berdasarkan lama karyawan bekerja di satu perusahaan.Di
dalam omnibus law, pemerintah juga berencana menghapus skema pemutusan
hubungan kerja (PHK), dimana ada penghapusan mengenai hak pekerja mengajukan
gugatan ke lembaga perselisihan hubungan industrial.
Melalui draf RUU ini juga, pemerintah berencana mewajibkan perusahaan
besar untuk memberikan bonus kepada pekerjanya. Aturan mengenai pemberian gaji
ini diatur dalam Pasal 92 tentang penghargaan lainnya. Sementara itu, Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kalau kehadiran omnibus law bisa
meredam gejolak ekonomi global sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi
hingga 6 persen. Dalam rangka mengatasi obesitas peraturan perundang-undangan
yang berimplikasi pada kesemrawutan dalam pelaksanaannya, maka gagasan
Omnibus Law dianggap sebagai alternatif penyelesaian akibat konfik regulasi
(disharmoni) dan obesitas.
Penerapan Omnibus Law akan sangat strategis dalam rangka: (1) mengatasi
obesitas peraturan perundang-undangan yang cenderung konflik atau tidak sinkron
(chaotik), (2) menyamakan persepsi atau penyeragaman di tingkat pusat dan daerah
sehingga menghilangkan ego-sektoral (kondusivitas hubungan antar instansi) dan
dapat memutus rantai birokrasi yang selama ini dianggap birokratik-rente, (3)
terakomodasinya jaminan kepastian hukum, (4) mempercepat (efektif dan efisien)
akselerasi pembangunan dalam rangka kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.
Tantangan ke depan, jikapun UU model Omnibus Law diberlakukan maka
harus menjadi komitmen bersama Presiden dan DPR sebagai origin function dalam
pembentukan UU termasuk diberikan kewenangan mengoreksi kepada MK pada saat
RUU (ex ante constitutional review). Dengan demikian Omnibus Law tidak rentan
saling adu kekuatan batal membatalkan dan mencegah resistensi instabilitas regulasi
yang menimbulkan ketidakpastian hukum. Karena dengan argumentasi asas maka
Omnibus Law akan rapuh dengan asas lex specialis derogate legi generali atau aturan
yang lebih khusus akan mengesampingkan aturan yang lebih umum, karena Omnibus
Law meramu beberapa materi yang berbeda dalam satu kesatuan sehingga akan
dipandang umum. Maka dengan demikian ketika ada UU yang bersifat parsial akan
dipandang lebih khusus dan mengakibatkan dapat mengesampingan Omnibus Law
yang lebih umum.Ancaman ke dua, jika terdapat UU baru yang mengatur materi yang
berbeda dengan Omnibus Law karena ada asas hukum yang terbaru (lex posterior)
maka mengesampingkan hukum yang lama (lex prior)/lex posterior derogate legi
priori.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Omnibus Law adalah suatu Undang-Undang yang dibuat untuk menyasar
satu isu besar yang mungkin dapat mencabut atau mengubah beberapa Undang-
Undang sekaligus sehingga menjadi lebih sederhana.
Di Indonsia Omnibus Law ini sangat penting dilaksanakan karena regulasi
yang ada sudah semakin kronis mengalami obesitas Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati menyebut kalau kehadiran omnibus law bisa meredam gejolak ekonomi
global sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen. Dalam rangka
mengatasi obesitas peraturan perundang-undangan yang berimplikasi pada
kesemrawutan dalam pelaksanaannya, maka gagasan Omnibus Law dianggap sebagai
alternatif penyelesaian akibat konfik regulasi (disharmoni) dan obesitas.
Dalam hal penjelasan di atas tidak adanya dampak negative, namun adanya
kekurangan yang dimiliki omnibus law yakni dengan argumentasi asas maka
Omnibus Law akan rapuh dengan asas lex specialis derogate legi generali atau aturan
yang lebih khusus akan mengesampingkan aturan yang lebih umum. Maka dengan
demikian ketika ada UU yang bersifat parsial akan dipandang lebih khusus dan
mengakibatkan dapat mengesampingan Omnibus Law yang lebih umum

3.2 Saran
Sebagai Sebagai catatan strategis original function legislation harus berkomitmen
bersama dan lebih lengkap dibuka kewenangan preventif dan korektif oleh MK
melalui kewenangan ex ante constitutional review. Karena pasti akan menerabas
sistem existing peraturan perundang-undangan yang cenderung parsial dan
spesifik, sementara Omnibus Law pasti bermateri umum karena memuat berbagai
macam materi diramu dalam satu regulasi, bahkan dapat berakibat mencabut
beberapa UU.

3.3 Daftar Pustaka

Hidayat, Rofiq. 2020. Penyusunan Omnibus law tetap mengacu Undang-Undang


Pembentukan Peraturan. Diambil dari
www.hukumonline.com/berita/baca/penyusunan-omnibus-law-tetap-mengacu-uu-
pembentukan-peraturan/ ( 3 Maret 2020)

Lete, Johan. 2020. Tentang Omnibus Law. Diambil dari


https://bahasan.id/johanlete/tentang-omnibus-law/ (3 Maret 2020)
Idris, Muhammad. 2020. Masih Bingung Apa itu Omnibus Law. Diambl dari
https://money.kompas.com/image/2020/02/18/160300026/masih-bingung-apa-itu-
omnibus-law (3 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai