HUKUM DAN GLOBALISASI

PROF. DR. MULADI, SH

JAKARTA, 13 SEPTEMBER 2014
STADIUM GENERALE
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Prof. Dr. Muladi, SH

 ABSTRAK
GLOBALISASI YANG SEMULA BERNUANSA EKONOMIS, DENGAN DITUNJANG
OLEH KEMAJUAN TEKNOLOGI MODERN DI BIDANG TELEKOMUNIKASI,
TRANSPORTASI, DAN INFORMATIKA MODERN PADA AKHIRNYA BERSIFAT
MULTIDIMENSIONAL DAN INTERDISIPLINER, BAIK YANG BERSIFAT POSITIF
MAUPUN NEGATIF (BUSINESS, CAPITAL, INVESTMENT, TESCHNOLOGY,
MIGRATION AND MOVEMENT OF PEOPLE, WORLD VIEWS, PRODUCT, IDEAS,
CULTURE, KNOWLEDGE, TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME AND SECURITY
ETC.), YANG SECARA KESELURUHAN MEMBUTUHKAN PERANGKAT HUKUM
UNTUK MENGATURNYA.

Prof. Dr. Muladi, SH

 RALF MICHAELS (2009) MENYATAKAN BAHWA UNTUK
MENGGAMBARKAN HUBUNGAN ANTARA HUKUM DAN GLOBALISASI
SECARA JELAS DAN MEMENUHI KARAKTER GLOBALISASI YANG BERSIFAT
MULTIDIMENSIONAL DAN INTERDISIPLINER, MAKA PEMAHAMAN
TERHADAP KONSEP GLOBALISASI TIDAK DAPAT DILAKUKAN SECARA
OVERSIMPLIFIED.
GLOBALISASI DAN HUKUM HARUS DIFAHAMI MELALUI 3 (TIGA)
KONSEP YANG BERBEDA YAITU:
GLOBALISASI SEBAGAI REALITAS (AS REALITY); SEBAGAI TEORI (AS
THEORY); DAN SEBAGAI IDEOLOGI (AS IDEOLOGY);
MICHAELS MENYIMPULKAN BAHWA: RATHER, GLOBALIZATION
AND LAW MUTUALLY SHAPE EACH OTHER-TODAYS GLOBALIZATION IS
AS MUCH A PRODUCT OF A LAW AS IT INFLUENCES THE LAW.
DI SISI LAIN SIEBER (2010) DALAM MENGGAMBARAN LEGAL ORDER IN A
GLOBAL WORLD, MENGGAMBARKAN BAHWA GLOBALISASI MEMPENGARUHI
HUKUM SECARA FUNDAMENTAL DALAM KERANGKA SISTEM PENGENDALIAN SOSIAL
DAN BERSIFAT MULTIDISIPLIN DAN INTERDISIPLINER. BERBAGAI NEGARA
MEMANDANG BAHWA DI SAMPING PERHATIAN TERHADAP KEBUTUHAN
INTERNASIONAL DAN TRANSNASIONAL, PENTING JUGA PERLUNYA PERHATIAN
TERHADAP PENGARUH KONDISI PARTIKULARISTIK MASING-MASING NEGARA AGAR
SECARA TRANSFORMASIONALIS GLOBALISASI BISA DIMANFAATKAN DEMI
KEPENTINGAN NASIONAL MELALUI HUKUM.

Prof. Dr. Muladi, SH

 KARENA GLOBALISASI DI SAMPING TELAH
MEMBENTUK INTERCONNEDTEDNESS OF THE
GLOBAL SOCIETY DI SEMUA SEKTOR KEHIDUPAN,
JUGA TELAH MEMBAWA GLOBAL RISK SOCIETY
BAIK INTERNASIONAL, TRANSNASIONAL DAN
NASIONAL YANG KOMPLEKS (HUMAN SECURITY)
YANG AL. HARUS DIATASI DENGAN HUKUM.
 KARENA GLOBALISASI DI SAMPING TELAH
MEMBENTUK INTERCONNEDTEDNESS OF
THE GLOBAL SOCIETY DI SEMUA SEKTOR
KEHIDUPAN, JUGA TELAH MEMBAWA
GLOBAL RISK SOCIETY BAIK
INTERNASIONAL, TRANSNASIONAL DAN
NASIONAL YANG KOMPLEKS (HUMAN
SECURITY) YANG AL. HARUS DIATASI
DENGAN HUKUM.
 SAYANGNYA PERKEMBANGAN REGULASI DALAM GLOBALISASI YANG
MERUPAKAN PRODUK KERJASASAMA ANTAR NEGARA, LEMBAGA-
LEMBAGA TRANSNASIONAL, SUPRANASIONAL, IGO, INGO DAN
KELOMPOK BISNIS DALAM BENTUK LEX MERCATORIA OF
MERCHANT, MENIMBULKAN FRAGMENTASI PENGATURAN
DENGAN SEGALA AKIBATNYA YANG BETENTANGAN DENGAN
PRINSIP-PRINSIP HUKUM MODERN. UNTUK MENGAKHIRI SISI
NEGATIF INI DIPERLUKAN MODEL-MODEL PENGATURAN
INTERNASIONAL DAN TRANSNASIONAL YANG IDEAL. HAL INI
PENTING KARENA GLOBALISASI DAN HUKUM SEBENARNYA SALING
MEMPENGARUHI DAN SALING MEMBENTUK (MUTUALLY SHAPE
INDONESIA SEBAGAI NEGARA BERKEMBANG
DENGAN BERBAGAI INDEKS INTERNASIONAL YANG
MASIH LEMAH SERTA FAKTOR-FAKTOR INTERNAL
LAIN YANG DI SAMPING MERUPAKAN KEUNGGULAN
DAN SEKALIGUS MERUPAKAN KELEMAHAN SANGAT
BERKEPENTINGAN TERHADAP KETERTIBAN DALAM
PENGATURAN GLOBALISASI.

Prof. Dr. Muladi, SH

 DALAM RANGKA MEMANTAU DAN MENGHADAPI
PROSES GLOBALISASI YANG PENUH DENGAN
KEMUNGKINAN BAIK POSITIF MAUPUN NEGATIF,
NEGARA MEMBUTUHKAN SDM YANG HANDAL,
KHUSUSNYA DALAM MENJALANKAN MISI
DIPLOMASI SEHINGGA PERKEMBANGAN INTERAKSI
ANTARA HUKUM DAN GLOBALISASI TIDAK
MERUGIKAN KEPENTINGAN NASIONAL. SECARA
KONSEPTUAL DAPAT DIKATAKAN BAHWA
DIPLOMASI MERUPAKAN ELEMEN DARI KEKUATAN
ATAU KETAHANAN NASIONAL (FENDRICK, 2006).
 DALAM PROSES GLOBALISASI YANG KOMPLEKS PADA
AKHIRNYA HUKUM BERFUNGSI DI DI SAMPING
MENCIPTAKAN WORLD LEGAL ORDER JUGA HARUS
MELINDUNGI YANG LEMAH (THE PROTECTOR OF THE
WEAK), BAIK BERUPA KORPORASI, NEGARA, ORGANISASI
INTERNASIONAL, PENGAMBIL KEPUTUSAN DI DUNIA
MILITER ATAU INDIVIDU YANG BERADA DALAM
GLOBALIZING ENVIRONMENT. PERLINDUNGAN HARUS
DILAKUKAN SECARA ADIL, PASTI DAN BERMANFAAT, BAIK
DALAM PEMBUATAN HUKUM MAUPUN DALAM PENEGAKAN
HUKUM.
 HAKIKAT GLOBALISASI

a. GLOBALIZATION, IN SHORT, CAN BE THOUGHT OF AS

THE WIDENING, INTENSIFYING, SPEEDING UP, AND
GROWING IMPACT OF WORLDWIDE
INTERCONNECTEDNESS. (HELD AND McGREW, 1999);

b. GLOBALIZATION IS THE PROCESS OF INTERNATIONAL

INTEGRATION RISING FROM THE INTERCHANGE OF
WORLD VIEWS, PRODUCTS, IDEAS, AND OTHER ASPECTS
OF CULTURE (RODHAN, NAYEF AND STOUDMAN, 2006);

Prof. Dr. Muladi, SH

 c. GLOBALIZATION IS THE COMPRESSION OF THE
WORLD AND THE INTENSIFICATION OF THE
CONSCIOUSNES OF THE WORLD AS A WHOLE
(ROBERTSON 2002);
d. INTERDEPENDENSI AKTIVITAS EKONOMI DAN
BUDAYA YANG BERKEMBANG SELANJUTNYA
DITUNJANG OLEH PERKEMBANGAN MODERN
SARANA TRANSPORTASI, TELEKOMUNIKASI,
INFRASTRUKTUR, TERMASUK TELEGRAPH DAN
INTERNET MENJADIKAN GLOBALISASI BERSIFAT
MULTIDIMENSIONAL DAN INTERDISIPLINER;
 TAHUN 2000, IMF (INTERNATIONAL MONETARY
FUND) MENGIDENTIFIKASIKAN ADANYA 4 (EMPAT)
ASPEK GLOBALISASI: PERDAGANGAN DAN
TRANSAKSI; PERGERAKAN MODAL DAN TRANSAKSI;
MIGRASI DAN PERGERAKAN MANUSIA; DAN
DISEMINASI PENGETAHUAN; SELANJUTNYA ORANG
MULAI BERBICARA TENTANG TANTANGAN
LINGKUNGN HIDUP SEPERTI PEROBAHAN IKLIM
DAN POLUSI AIR DAN UDARA LINTAS BATAS
NEGARA DLL.;
 GLOBALISASI BERPENGARUH SECARA LUAS,
TERHADAP PERDAGANGAN DAN KINERJA
ORGANISASI, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN
LINGKUNGAN ALAM; BAHKAN TERMASUK
PENGARUH NEGATIF DI BIDANG KEAMANAN AL.
BERUPA PERKEMBANGAN KEJAHATAN
TRANSNASIONAL TERORGANISASI (TOC)
(PALERMO CONVENTION, 2000);
 GLOBALISASI GLOBAL SOCIETY
ADVANTAGEOUS AFFECTS OR EFFECTS THAT ARE
DAMAGING TO SOCIETY GLOBAL RISK SOCIETY
LEGAL ORDER (HK. PIDANA, PERDATA,
ADMINISTRASI, NASIONAL DAN INTERNASIONAL )
(SIEBER, 2010);
 HUBUNGAN HUKUM DAN GLOBALISASI
(MICHAELS,2009)

1.SEBAGAI REALITAS, GLOBALISASI BUKAN

MERUPAKAN SUATU PERKEMBANGAN EKSTERNAL
TERHADAP HUKUM YANG DATANG DARI LUAR,
TETAPI DAPAT DIKATAKAN BAHWA GLOBALISASI
DAN HUKUM SALING MEMBENTUK (MUTUALLY
SHAPE) SATU SAMA LAIN DAN SALING
MEMPENGARUHI;

Prof. Dr. Muladi, SH

2. SESUATU YANG BERSIFAT LOKAL DAN GLOBAL
SALING MELANDASI SATU SAMA LAIN (MUTUALLY
CONSTITUTE); YANG TERJADI ADALAH GLOBALIZED
LOCALISM DAN LOCALIZED GLOBALISM; (CONTOH:
PERDAGANGAN GLOBAL BERPENGARUH PADA
HUKUM NASIONAL DISERTAI DENGAN MEKANISME
PENEGAKAN HUKUM DOMESTIK; CONTOH LAIN
ADALAH GERAKAN HAM MENCOBA MELAKUKAN
PEROBAHAN TERHADAP KEBIJAKAN LOKAL DENGAN
MEMBENUK JARINGAN LOKALISME DIGLOBALKAN;
3. GLOBALISASI MEMILIKI 4 UNSUR YAITU:
PERLUASAN (EXTENSITY) LINTAS PERBATASAN DAN
JARAK, LUASNYA SALING KETERHUBUNGAN
(INTENSITY) DALAM TRANSAKSI, MENGGAMBARKAN
KECEPATAN TRANSAKSI (VELOCITY) DAN DAMPAK,
KONSEKUENSI DAN KETERLIBATAN GLOBAL DAN
LOKAL (IMPACT); (GLOBAL TRADE, GLOBAL MARKET,
GLOBAL COMMUNICATIONINTERNET, GLOBAL
TRAVEL, GLOBAL MIGRATION, GLOBAL NETWORKS,
GLOBAL ENVIRONMENTAL DESTRUCTION, HYBRIDITY
OF CULTURE ETC);
4.HUBUNGAN ANTAR NEGARA, MENJADI SALING
KETERGANTUNGAN (GLOBAL INTERDEPENDENCE) DAN
PENINGKATAN DARI BERBAGAI TRANSAKSI GLOBAL YANG
MENCIPTAKAN TANTANGAN BARU BAGI TRANSAKSI
HUKUM. KETERKAITAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR GLOBAL
DAN LOKAL, YANG REFLEKSINYA NAMPAK DI BIDANG
HUKUM YAITU MENINGKATNYA GARIS-GARIS KABUR
(BLURRED LINES) ANTARA HUKUM DOMESTIK DAN
HUKUM INTERNASIONAL;

5
Prof. Dr. Muladi, SH
5. GLOBALISASI TIDAK SEMATA-MATA BERNUANSA
UNIFORMIZATION BUDAYA, KEBIJAKAN DAN HUKUM.
YANG KADANG-KADANG TERJADI JUSTRU ADALAH
TERJADINYA BERBAGAI VARIASI KEBIJAKAN YANG BERBEDA
ANTARA NEGARA YANG SATU DENGAN YANG LAIN, YANG
MUNGKIN BERMANFAAT. HUKUM YANG SAMA MUNGKIN
BERBEDA PENERAPANNYA. CONTOH HUKUM DAGANG,
HUKUM KONTRAK, HUKUM TATA NEGARA. YANG TERJADI
ADALAH PERPADUAN BUDAYA (HYBRIDIZED CULTURE);
6. METHODOLOGICAL NATIONALISM (WESTPHALIAN MODEL)
STATE AS CONTAINER OF SOCIAL PROCESS.
NEGARA MENDEMONSTRASIKAN KEDUDUKANNYA SEBAGAI TITIK
UTAMA SUMBER RUJUKAN, BAIK BAGI HUKUM DOMESTIK MAUPUN
HUKUM INTERNASIONAL. HUKUM DOMESTIK ADALAH HUKUM
DALAM SUATU NEGARA, DAN HUKUM INTERNASIONAL AKTORNYA
ADALAH JUGA NEGARA DAN MERUPAKAN HUKUM ANTAR NEGARA.
LEMBAGA SUPRANASIONAL ADALAH BENTUKAN NEGARA; (MIS. PBB
DAN UNI EROPA, ASEAN); NAMUN DEMIKIAN GLOBALISASI MENOLAK
IDE NASIONALISME DAN MENCARI CARA BARU UNTUK MENDASARI
TEORI MASYARAKAT DAN HUKUM
7. SEBAGAI TEORI, DALAM GLOBALISASI TERJADI KONVERGENSI
GLOBAL YANG MENCAKUP JUGA HUKUM, MELALUI
PENINGKATAN HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM
SUPRANASIONAL;

8. SEBAGAI IDEOLOGI, GLOBALISASI MENYEBABKAN TIMBULNYA

BERBAGAI HAL YANG BERBEDA, AL. DINYATAKAN BAHWA
GLOBALIZATION AS COSMOPOLITANISM, SESEORANG BUKAN
LAGI WARGA DARI NEGARA PER NEGARA, TETAPI WARGA DUNIA;
MUNCUL AL. HUKUM DUNIA DAN PENGADILAN DUNIA (WORLD LAW
AND WORLD COURT) YANG SANGAT POPULER, MIS. MAHKAMAH
PIDANA INTERNASIONAL (INTERNATIOAL CRIMINAL COURT/ ICC);

Prof. Dr. Muladi, SH

9. MUNCUL JUGA APA YANG DINAMAKAN LEX
MERCATORIA, YANG BERKAITAN DENGAN PEMIKIRAN
INDIVIDUALISASI PENGATURAN, YAITU YANG DIPILIH OLEH
PARA PIHAK DI LINGKUNGAN BISNIS GLOBAL (NON-STATE
NORMS) DALAM SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DI
MANA NEGARA KEHILANGAN DAYA PENGATURAN; SEBAGAI
COMMERCIAL CUSTOM DAPAT SAJA DIAKUI DAN
DIINCORPORASIKAN MENJADI STATE LAW;
10.GLOBALISASI MENDORONG MUNCULNYA AKTOR-AKTOR NON-NEGARA
SEPERTI PERUSAHAAN MULTINASIONAL (MULTINATIONAL ENTERPRISES/
MNEs) DAN NON-GOVERNMENT ORGANIZATION/ INGOs SERTA
TERJADINYA KOMPETISI PENGATURAN YANG MEMBATASI DISKRESI
KEBIJAKAN NEGARA, WALAUPUN NEGARA DENGAN PENGUASAAN
WILAYAH, PENDUDUK DAN STRUKTUR ADMINSTRATIF TETAP KUAT, BAHKAN
DIPERKUAT OLEH GLOBALISASI; YANG TERJADI ADALAH
DISAGGREGATION NEGARA, DI MANA NEGARA BUKAN LAGI
MERUPAKAN SATU-SATUNYA AKTOR (UNITARY ACTOR) PENGATURAN
TETAPI MERUPAKAN KOMBINASI BERBAGAI LEMBAGA DAN AKTOR YANG
BERURUSAN DENGAN INTERNASIONALISASI DAN GLOBALISASI DENGAN
CARA BERBEDA;

Prof. Dr. Muladi, SH

 GLOBALSASI MENYEBABKAN TERJADINYA MIGRASI
GLOBAL, SEHINGGA TERJADI KARAKTER MULTINASIONAL
DARI PENDUDUK. MASALAH KEWARGANEGARAAN
MENGANDUNG KOMPLEKSITAS HAK-HAK SIPIL DAN
POLITIK, SEPERTI WAJIB MILITER DAN HAK POLITIK
DALAM PEMILU; JUGA MUNCUL APA YANG DISEBUT
MULTIPLE NON-STATE IDENTITIES AL. PROFESIONAL
YANG BEKERJA ANTAR NEGARA DENGAN STATUS
TRANSNASIONAL YANG BERSIFAT PLURALIS DAN
MULTIKULTURAL YANG MEMPUNYAI PENGARUH
TERHADAP HUKUM;
 SEKALIPUN INTEGRITAS TERITORIAL DAN
JURISDIKSI TETAP KUAT, TETAPI
PERKEMBANGAN INTERNASIONAL MEMUNGKINKAN
TERJADINYA EFEK INTRATERITORIAL (BERLAKUNYA
HUKUM INTERNASIONAL/ SUPRANASIONAL KE
DALAM NEGERI), EKSTRATERITORIAL (PERLUASAN
BERLAKUNYA HUKUM NASIONAL KE LUAR
JURISDIKSI) DAN BAHKAN ADA APA YANG
DINAMAKAN UNIVERSAL JURISDICTION DAN JUS
COGENS DALAM HUKUM PIDANA INTERNASIONAL;
 DALAM HAL INI MENDORONG TERJADINYA
KERJASAMA INTERNASIONAL SEPERTI MUTUAL
LEGAL ASSISTANCE/MLA IN CRIMINAL MATTERS,
EKSTRADISI, TRANSFER OF PROCEEDING, JOINT
INVESTIGATIONS, LAW ENFORCEMENT
COOPERATION DLL;
CONTOH LAIN ADALAH US FOREIGN CORRUPT
PRACTICING ACT, 1977; US ALIEN TORT CLAIMS
ACT (ACTA), 1789;
13. DI SAMPING NEGARA MEMILIKI KEWENANGAN MEMBUAT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, TETAPI DALAM
KENYATAANNYA DALAM GLOBALISASI BANYAK LEMBAGA-
LEMBAGA NON-NEGARA, ATAU LEMBAGA SUPRANASIONAL (MIS.
PBB, UNI EROPAH, ASEAN) DAPAT MEMBUAT PERATURAN YANG
MENGIKAT DAN DAPAT MENERAPKANNYA MELALUI PERADILAN
NEGARA ATAU MELALUI ARBITRASE. NAMUN DEMIKIAN
SEBENARNYA NEGARA TIDAK HANYA LAWMAKER TETAPI
JUGA MERUPAKAN SATU-SATUNYA LEMBAGA YANG BEBAS UNTUK
MENENTUKAN ATURAN MANA YANG HARUS DIAKUI SEBAGAI
HUKUM (DUAL MONOPOLY OF LAWMAKING AND LAW
ENFORCEMENT).

Prof. Dr. Muladi, SH

 INTERDEPENDENSI MENGHARUSKAN TERJADINYA
KERJASAMA ANTAR NEGARA. BISA MELALUI TRAKTAT DAN
KESEPAKATAN EKSEKUTIF, ATAU MELALUI KONSULTASI
INTERNASIONAL AD HOC. DENGAN DEMIKIAN
SOVEREIGNITY IS THUS SHARED. KERJASAMA
INTERNASIONAL MENANGANI ISUE-ISUE
TRANSNASIONAL. DENGAN DEMIKIAN TIDAK TERJADI APA
YANG DINAMAKAN DECLINE OF SOVEREIGNITY, TETAPI
THE NEW SOVEREIGNITY; DALAM HAL INI YANG
TERJADI ADALAH HUKUM INTERNASIONAL TELAH
MELAKUKAN APA YANG DISEBUT TO BREAK UP THE IDEA
OF ABSOLUTE STATE SOVEREIGNITY;
 MUNCUL APA YANG DINAMAKAN HUKUM
TRANSNASIONAL (TRANSNATIONAL LAW) YANG
MENCAKUP HUKUM YANG MENGATUR
PERBUATAN-PERBUATAN ATAU KEJADIAN DI LUAR
BATAS NASIONAL, BAIK PUBLIK (MENGATUR
HUBUNGAN NEGARA DAN INDIVIDU) MAUPUN
PRIVAT (MENGATUR HUBUNGAN ANTAR
INDIVIDU);
15.SAAT INI PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA
INTERNASIONAL DAN SUPRANASIONAL SANGAT
BERPENGARUH DALAM KOORDINASI ANTAR NEGARA
DAN PEMBANGUNAN NORMA-NORMA DAN ATURAN,
MELALUI ATAU BERUPA REKOMENDASI, TRAKTAT,
RESOLUSI DAN TINDAKAN LAIN (UN, OECD, WTO, WB,
COUNCIL OF EUROPE, ASEAN, IMF, ILO, ICAO, IMO,
ICC) YANG TIDAK DAPAT DILAKUKAN OLEH NEGARA
PER NEGARA;

Prof. Dr. Muladi, SH

 FENOMENA LAIN YANG MUNCUL ADALAH
MUNCULNYA INSTRUMEN KONTROL DARI
LEMBAGA-LEMBAGA NON-PEMERINTAH YANG
TIDAK MERUPAKAN BAGIAN DARI HUKUM
NASIONAL, INTERNASIONAL DAN
SUPRANASIONAL. DUA HAL TERAKHIR SERING
TERKENDALA OLEH PEROALAN KEDAULATAN
NEGARA. SELF REGULATION, YANG BERSIFAT
PRIVAT DAN OTONOM AL. BERUPA LEX
MERCATORIA OF MERCHANT;
 BENTUK LAIN ADALAH BENTUK PERCAMPURAN
KERJASAMA PENGATURAN ANTARA NEGARA DAN
PRIVAT (STATE-PRIVATE COOPERATION) YANG
DIGAMBARKAN SEBAGAI GOVERNANCE AT A
DISTANCE SEPERTI HUKUM PENCUCIAN UANG DI
SWISS YANG MEMILIKI LEMBAGA PENGATURAN
SENDIRI
 SEJARAH DAN DIMENSI GLOBALISASI
1. ARCHAIC GLOBALIZATION (SAMPAI TAHUN 1600-AN) BAIK DI BARAT (EROPA) MAUPUN TIMUR
(GUJARAT, BENGAL, CHINA) DAN, INDIA, SPANYOL, YUNANI, DALAM HUBUNGAN DAGANG LEWAT LAUT;
2. EARLY MODERN G. (PROTOGLOBLIZATION) (1600-1800) DITANDAI DENGAN BERKEMBANGNYA
KERAJAAN MARITIM EROPA (PORTUGIS, SPANYOL, BELANDA DAN INGRRIS). MUNCUL AL. APA YANG
DISEBUT MULTINATIONAL CORPORATION (MNC) PERTAMA SEPERTI DUTCH EAST INDIA COMPANY (VOC)
1602 DAN BRITISH EAST INDIA COMPANY (1600);
3. MODERN G. DITANDAI SEBAGAI HASIL REVOLUSI INDUSTRI (ABAD 19). STANDARDISASI PRODUK
TEKAIT DENGAN NAIKNYA JUMLAH PENDUDUK DAN PERMINTAAN, DITEMUKANNYA KAPAL UAP DAN
MULAI BERKEMBANGNYA IMPERIALISME MEWARNAI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI AFRIKA DAN
ASIA. SETELAH PD II MUNCUL KONFERENSI BRETTON WOODS (1944-1976), BERUPA KESEPAKATAN
NEGARA-NEGARA BESAR UNTUK MEMBANGUN KEBIJAKAN KEUANGAN INTERNASIONAL,
PERDAGANGAN, NERACA PEMBAYARAN, DAN DIDIRIKANNYA BEBERAPA LEMBAGA INTERNASIONAL
UNTUK MEMFASILITASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENYEDERHANAKAN SERTA MENGURANGI
HAMBATAN PERDAGANGAN. SEMULA DIBENTUK GATT (GENERAL AGREEMENT ON TARRIF AND TRADE)
(1948-1994), KEMUDIAN DIGANTIKAN OLEH WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION) PER 1 JANUARI
1995, UNTUK MENGELOLA SISTEM PERDAGANGAN DUNIA. KARENA KEGAGALAN DOHA ROUND BANYAK
NEGARA BERGESER PADA PERDAGANGAN BILATERAL ATAU KESEPAKATAN MULTILATERAL YANG LEBIH
KECIL, SEPERTI PADA TAHUN 2011 FTA ANTARA KORSEL DAN USA , MUNCUL OPEN SKIES POLICIES DAN
LOW-COST CARRIERS, DAN JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR NEGARA. TERJADINYA PD I DAN PD II
MEMPERLAMBAT PERDAGANGAN INTERNASIONAL, KEMUDIAN REFORMASI DI RUSIA DAN CHINA
MENIMBULKAN KETERBUKAAN BAGI KAPITALISME EROPA. KRISIS TAHUN 2000 MULAI MEREDA DAN
MEMBANGKITKAN KEMBALI PERDAGANGAN INTERNASIONAL;

Prof. Dr. Muladi, SH

 MODERN G. DITANDAI SEBAGAI HASIL REVOLUSI
INDUSTRI (ABAD 19). STANDARDISASI PRODUK TEKAIT
DENGAN NAIKNYA JUMLAH PENDUDUK DAN
PERMINTAAN, DITEMUKANNYA KAPAL UAP DAN MULAI
BERKEMBANGNYA IMPERIALISME MEWARNAI
PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI AFRIKA DAN ASIA.
SETELAH PD II MUNCUL KONFERENSI BRETTON WOODS
(1944-1976), BERUPA KESEPAKATAN NEGARA-NEGARA
BESAR UNTUK MEMBANGUN KEBIJAKAN KEUANGAN
INTERNASIONAL,
 PERDAGANGAN, NERACA PEMBAYARAN, DAN
DIDIRIKANNYA BEBERAPA LEMBAGA INTERNASIONAL
UNTUK MEMFASILITASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
MENYEDERHANAKAN SERTA MENGURANGI HAMBATAN
PERDAGANGAN. SEMULA DIBENTUK GATT (GENERAL
AGREEMENT ON TARRIF AND TRADE) (1948-1994),
KEMUDIAN DIGANTIKAN OLEH WTO (WORLD TRADE
ORGANIZATION) PER 1 JANUARI 1995, UNTUK
MENGELOLA SISTEM PERDAGANGAN DUNIA
 . KARENA KEGAGALAN DOHA ROUND BANYAK NEGARA
BERGESER PADA PERDAGANGAN BILATERAL ATAU
KESEPAKATAN MULTILATERAL YANG LEBIH KECIL, SEPERTI
PADA TAHUN 2011 FTA ANTARA KORSEL DAN USA ,
MUNCUL OPEN SKIES POLICIES DAN LOW-COST
CARRIERS, DAN JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR NEGARA.
TERJADINYA PD I DAN PD II MEMPERLAMBAT
PERDAGANGAN INTERNASIONAL, KEMUDIAN REFORMASI
DI RUSIA DAN CHINA MENIMBULKAN KETERBUKAAN
BAGI KAPITALISME EROPA. KRISIS TAHUN 2000 MULAI
MEREDA DAN MEMBANGKITKAN KEMBALI
PERDAGANGAN INTERNASIONAL;
4. GLOBAL BUSINESS ORGANIZATION BERUPA: MNE, MNC, TNC
YANG BEROPERASI DI PASAR-PASAR NASIONAL;
5. DAN PERKEMBANGAN-PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
LAIN YANG MASIF SEPERTI BERKEMBANGNYA PERDAGANGAN
INTERNASIONAL BERUPA PERTUKARAN BARANG, MODAL,
JASA LINTAS BATAS INTERNASIONAL DAN WILAYAH; TURISME
INTRRNASONAL; SPORT INTERNASIONAL; PERDAGANGAN
GELAP INTERNASIONAL (BLACK MARKET) DAN KEJAHATAN
TRANSNASIONAL TERORGANISASI (DRUG, HUMAN
SMUGGLING AND TRAFFICKING);

Prof. Dr. Muladi, SH

 ILLICIT INTERNATIONAL TRADE; GLOBAL FINANCIAL SYSTEM;
CAPITAL FLIGHT; GLOBALIZATION INDEX: MEASUREMENTS OF
ECONOMIC GLOBALIZATION FOCUSES ON VARIABLE SUCH AS
TRADE, FDI, PORTOFOLIO INVESTMENT AND INCOME; MEDIA AND
PUBLIC OPINION; INTERNET; POPULATION GROWTH;
URBANIZATION; HEALTH; GLOBAL WORKFORCE; INTERNATIONAL
MIGRATION; SUPPORT AND CRITICISM; ECONOMIC LIBERALISM
AND FREE TRADE; INTERNATIONAL COOPERATION; MILITARY
COOPERATION; ANTIGLOBALIZATION MOVEMENT; GLOBAL
JUSTICE AND INEQUALITY; GENDER INEQUALITY; ENVIRONMENTAL
OPPOSITION, DLL;
 3 (TIGA) ANCANGAN MENYIKAPI GLOBALISASI
(HELD AN McGREW, 1999)
1.THE HYPERGLOBALIST : TURBO CAPITALISM, OR SUPRA-TERRITORIAL
CAPITALSM, DE-NATIONALIZATION OF STRATEGIC (ECONOMIC) ACTIVITIES
DIANGGAP BERPENGARUH SECARA PASTI DAN BRSIFAT MEMUTUSKAN
TERHADAP ORGANISASI, LOKASI DAN DISTRIBUSI KEKUATAN EKONOMI DAN
KEKAYAAN; REGULASI POLITIK DAN KEBIJAKAN BERSIFAT INTERDEPENDENSI
SEHINGGA DIPERLUKAN PENGATURAN KHUSUS SECARA POLITIS; DALAM
SITUASI YANG BORDERLESS NEGARA TIDAK MEMILIKI OPSI KECUALI
MENGAKOMODASI KEKUATAN PASAR GLOBAL (G7, IMF, WORLD BANK,
WTO) YANG MEMBANGUN GLOBAL MARKET CIVILIZATION; PERAN
NEGARA BERSIFAT TRANSISIONAL DALAM MEREGULASI KEPENTINGAN
NASI0NALNYA. APA YANG DINAMAAN NEGARA KESEJAHTERAAN DAN
DEMOKRASI SOSIAL DIANGGAP SUDAH BERAKHIR. DEMIKIAN JUGA
OTONOMI DAN KEDAULATAN DARI NEGARA BANGSA TELAH TERDESAK
OLEH GLOBALISASI EKONOMI;

Prof. Dr. Muladi, SH

 THE SCEPTICS : PENDEKATAN INI LEBIH BERHATI-
HATI DALAM MENYIKAPI REVOLUSI KARAKTER
GLOBALISASI; PANDANGAN INI MENOLAK IDE A
UNIFIED GLOBAL ECONOMY DAN
MENYIMPULKAN BAHWA DUNIA TELAH
TERPECAH MENJADI BEBERAPA MAJOR
ECONOMY AND POLITICAL BLOCKS YANG DI
DALAMNYA TERDAPAT BEBERAPA BENTUK
KAPITALISME YANG TERUS BERKEMBANG.
 PASCA PERANG DINGIN YANG BERKEMBANG BUKAN A
NEW WORLD ORDER TETAPI A RETURN TO OLD STYLE
GEO-POLITICS AND NEO-IMPERIALISM DAN MELALUI
KEDUANYA TERJADI KONSOLIDASI NEGARA DAN
KEKUATAN SOSIALNYA YANG KUAT DALAM DOMINASI
GLOBAL.
PENDEKATAN INI BERANGGAPAN BAHWA THE
HYPERGLOBALIST MENGESAMPINGKAN KEUNGGULAN
YANG BERLANJUT DARI KEKUATAN NASIONAL DAN
KEDAULATAN;
3.AN INTERMEDIATE WAY: THE TRANSFORMATIONALIST
ANALYSIS. GLOBALISASI TIDAK SEMATA-MATA MERUPAKAN SUATU
PERGESERAN SKALA HUBUNGAN DAN AKTIVITAS SOSIAL, TETAPI
JUGA MELIBATKAN REORGANISASI SPASIAL/ RUANG DARI
KEKUATAN EKONOMI, POLITIK, MILITER DAN KEKUATAN BUDAYA.
DEBAT TENTANG GLOBALISASI UTAMANYA BERKAITAN DENGAN
KEKUATAN, MODALITAS, INSTRUMENTALITAS, ORGANISASI DAN
DISTRIBUSI. DALAM HAL INI HARUS DIFAHAMI KETERLIBATAN
SUATU PERGESERAN ATAU TRANSFORMASI DALAM SKALA
ORGANISASI SOSIAL KEMANUSIAAN YANG MELUAS PADA
HUBUNGAN KEKUATAN MELINTASI WILAYAH DAN BENUA UTAMA DI
DUNIA. DALAM HAL INI BISA BERARTI SUATU PENYUSUTAN, TETAPI
SEBAGIAN BESAR MENCIPTAKAN JARAK DARI HUBUNGAN SOSIAL.

Prof. Dr. Muladi, SH

 GLOBALISASI MERUPAKAN PROSES
MULTIDIMENSIONAL DAN PROSES PERSAINGAN
YANG HEBAT DARI BERBAGAI KEPENTINGAN,
BAHKAN TERMASUK GERAKAN ANTI WTO,
TERUTAMA GLOBALISASI DI BIDANG EK0NOMI
DAN POLITIK. DI BIDANG EKONOMI TERJADI
KONTES ANTARA CORPORATE CAPITAL DARI
MNCs SEBAGAI AUTHORITATIVE ACTORS YANG
MENGUASAI PASAR DENGAN HAKIKAT
KEKUASAAN NEGARA DAN KEDAULATAN EKONOMI
 YANG SELALU MENOLAK UNTUK MENYERAHKAN
KEKUASAAN SUBSTANSIALNYA KEPADA AKTOR-AKTOR
NON-NEGARA (INGO, INTERNASIONAL CHAMBER OF
COMMERCE, INTERNATIONAL TRADES UNIONS,
RAINFOREST FOUNDATION). DI BIDANG POLITIK PERANAN
INTERGOVERNMENTAL ORGANIZATION (IGOs) SEMAKIN
MENINGKAT UNTUK MENGKOORDINASIKAN
PEMERINTAH, ANTAR PEMERINTAH DAN LEMBAGA-
LEMBAGA TANSNASNASIONALPUBLIK DAN PRIVAT- ATAS
DASAR ATURAN GLOBAL DAN TRANSNASIONAL, SEPERTI
PERSOALAN LINTAS BATAS. CONTOH WTO.
 DALAM BIDANG POLITIK DI ABAD-20 TERLIHAT
PEROBAHAN LINGKUP DAN ISI HUKUM
INTERNASIONAL (HOMOGENISING FORCE)
SEPERTI HUKUM PERANG, KEJAHATAN
KEMANUSIAAN, LINGKUNGAN HIDUP DAN HAM
(HUKUM KOSMOPOLITAN) . DALAM HAL INI
HUKUM MEMBATASI KEKUASAAN POLITIK DARI
NEGARA-NEGARA. NEGARA TIDAK LAGI DAPAT
MEMPERLAKUKAN WARGA NEGARANYA
SEKEHENDAKNYA.
 PELANGGARAN TERJADI KARENA NEGARA-
NEGARA INGIN MENYELESAIKANNYA SESUAI
DENGAN HUKUM NASIONALNYA. DEMIKIAN JUGA
DI BIDANG HUKUM PERDATA DAN DAGANG
INTERNASIONAL. TERJADI PERGESERAN DARI
MONISTIC CONCEPTION KE ARAH POLYCENTRIC
CONCEPTION DARI HUKUM KEDAULATAN.
 NAMUN PERLU DICATAT BAHWA TRANSFORMASI DARI
REZIM WESPHALIAN TENTANG KEDAULATAN DAN
OTONOMI MEMPUNYAI KONSEKUENSI YANG BERBEDA
UNTUK NEGARA-NEGARA YANG BERBEDA, EKONOMI.
TUJUAN BERSAMA BERKAITAN DENGAN NASIB,
IDENTITAS, ASOSIASI DAN SOLIDARITAS.
TERGANTUNG POSISI NEGARA DALAM HIERARKHI
POLITIK GLOBAL, MILITER DAN EKONOMI. GLOBALISASI
MENINGKATKAN KERJASAMA REGIONAL DAN GLOBAL AL.
BERKAITAN DENGAN PENYAKIT MENULAR, MIGRASI,
KEAMANAN, PERDAMAIAN DAN KESEJAHTERAAN
 KONSISTENSI TERHADAP ELEMEN PARTIKULARISTIK

1. DALAM PROSES GLOBALISASI YANG MENGAKIBATKAN PEMBATASAN BERLAKUNYA

HUKUM NASIONAL, MELALUI TERJADINYA EKSPANSI HUKUM INTERNASIONAL
DAN SUPRANASIONAL SERTA BERKEMBANGNYA PRIVATE REGULATION,
PERANAN NEGARA (STATE) TETAP SENTRAL, SEBAB NEGARA SECARA
TRADISIONAL DENGAN 3 (TIGA) ELEMENNYA YAITU TERITORI, PENDUDUK
DAN STRUKTUR ADMINISTRATIF. NEGARA MEMILIKI PERANAN SEBAGAI
CONSTITUTIVE OF THE LAW (HAVING THE POWER TO ENACT OR
ESTABLISH) DAN SEBALIKNYA TRANSFORMASI AKIBAT GLOBALISASI
BERDAMPAK TERHADAP HUKUM;

Prof. Dr. Muladi, SH

 PERUNDANG-UNDANGAN NEGARA;
2. HUKUM MERUPAKAN PENERIMA MANFAAT ATAU
RECIPIENT OF GLOBALIZATION, SEKALIPUN
HUKUM JUGA SALAH SATU YANG SANGAT PENTING
DALAM MEMBENTUK GLOBALISASI.
PERDAGANGAN DUNIA TIDAK AKAN TERJADI
SEBELUM ADANYA PERUNDANG-UNDANGAN
NEGARA;
 TUJUAN DAN KEPENTINGAN NASIONAL

DENGAN DEMIKIAN ELEMEN PARTIKULARISTIK

BERUPA LATENCY (PATTERN OF MAINTENANCE)
(PARSON, 1950): KARAKTER NEGARA DALAM
BENTUK CITA-CITA, TUJUAN DAN KEPENTINGAN
NASIONAL TETAP HARUS DIPERTIMBANGKAN
DALAM ADAPTASI TERHADAP PROSES
PENGATURAN GLOBALISASI;
 CITA-CITA NASIONAL
CITA-CITA NASIONAL (NATIONAL IDEA): NEGARA
INDONESIA, YANG MERDEKA, BERSATU,
BERDAULAT, ADIL DAN MAKMUR; TUJUAN
NASIONAL (NATIONAL GOLAL): NEGARA
INDONESIA YANG MELINDUNGI SEGENAP BANGSA
INDONESIA DAN SELURUH TUMPAH DARAH
INDONESIA DAN UNTUK MEMAJUKAN
KESEJAHTERAAN UMUM, MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BANGSA, DAN IKUT MELAKSANAKAN
KETERTIBAN DUNIA YANG BERDAARKAN
 KEPENTINGAN NASIONAL
KEPENTINGAN NASIONAL (NATIONAL INTEREST):
TETAP TEGAKNYA NKRI YANG BERDASARKAN PS,
UUD NRI TAHUN 1945 DAN SESANTI BHINNEKA
TUNGGAL IKA;
PERJANJIAN INTERNASIONAL (UU NO. 24 TAHUN
2000): ADALAH PERJANJIAN, DALAM BENTUK DAN
NAMA TERTENTU, YANG DIATUR DALAM HUKUM
INTERNASIONAL YANG DIBUAT SECARA TERTULIS
SERTA MENIMBULKAN HAK DAN KEWAJIBAN DI
BIDANG HUKUM PUBLIK;
 PEMBUATAN PERJANJIAN
DALAM PEMBUATAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL, PEMERINTAH RI BEPEDOMAN
PADA KEPENTINGAN NASIONAL DAN
BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP PERSAMAAN
KEDUDUKAN, SALING MENGUNTUNGKAN DAN
MEPERHATIKAN, BAIK HUKUM NASIONAL
MAUPUN HUKUM INTERNASIONAL YANG
BERLAKU (PASAL 4 AYAT 2);
 INDEKS INTERNASIONAL SEBAGAI BAHAN INTROSPEKSI DALAM
PROSES GLOBALISASI
a. GLOBALIZATION INDEX (AT KEARNEY/ FOREIGN POLICY GLOBALIZATION INDEX) ATAS DASAR: GLOBAL
CONNECTIVITY; INTEGRATION AND INTERDEPENDENCE IN THE ECONOMIC, SOCIAL, TEHNOLOGICAL, CULTURAL,
POLITICAL AND ECOLOGICAL SPHERES; 2013 INDONESIA NO. 90 DARI 187 NEGARA;
b. CORRUPTION PERCEPTION INDEX (TRANSPARANSI INTERNASIONAL; 2013 IND. NO. 32/177 NEGARA;
c. COMPETITIVENESS INDEX (WORLD ECONOMIC FORUM), 2013/2014 IND. NO. 34/144 NEGARA (INSTITUTIONS,
INFRACTRUCTURE, A STABLE MACROECONOMIC FRAMEWORK, GOOD HEALTH AND PRIMARY EDUCATION,
HIGHER EDUCAION AND TRAINING, MARKET EFFICIENY, TECHNOLOGICAL READINES, BUSINESS SOPHISTICATION,
AND INNOVATION;
d. THE EASE OF DOING BUSINESS INDEX (WORLD BANK) 2013 IND. NO. 120/189 NEGARA. PARAMETERS: STARTING
A BUSINESS, DEALING WITH CONSTRUCTION PERMITS, GETTING ELECTRICITY, REGISTERING PROPERTY, GETTING
CREDIT, PROTECTING INVESTORS, PAYING TAXES, TRADING ACROSS BORDERS, ENFORCING CONTRACTS,
RESOLVING INSOLVENCY);
e. DEMOCRACY INDEX (ECONOMIST INTELIGENCE UNIT) 2013 IND. NO 45/167 NEGARA, MASUK KATEGORI
FLAWED DEMOCRACY URUTAN FULL D, FLAWED D. HYBRID REGIMES, AUTHORITARIAN R. PARAMETERS;
ELECTORAL PROCESS AND PLURALISM, CIVIL LIBERTIES, FUNCTIONING OF GOVERNMENT, POLITICAL
PARTICIPATION, POLITICAL CULTURE;
f. HUMAN DEVELOPMENT INDEX (UNDP, 2013 IND. NO. 108/187 NEGARA). PARAMETER: HIDUP PANJANG DAN
SEHAT, AKSES UNTUK ILMU PENGETAHUAN, STANDAR KEHIDUPAN LAYAK;
g. FAILED STATES INDEX (FUND FOR PEACE) 2013 IND. NO. 76 /178 NEGARA. SEMAKIN KECIL ANGKANYA SEMAKIN
BURUK. PARAMETERS: DEMOGRAPIC PRESSURES, REFUGEES AND IDPs, GROUP GRIEVENCES, HUMAN FLIGHT
AND BRAIN DRAIN (SOCIAL INDICATORS); UNEVEN ECONOMIC DEVELOPMENT, POVERTY AND ECONOMIC
DECLINE (ECONOMIC INDICATORS). STATE LEGITIMACY, PUBLIC SERVICES, HUMAN RIGHTS AND RULE OF LAW,
SECURITY APPARATUS, FACTIONALIZED ELITE, EXTERNAL INTERVENTIONS (POLITICAL AND MILITARY INDICATORS).
h. DLL. Prof. Dr. Muladi, SH
 COMPETITIVENESS INDEX (WORLD ECONOMIC
FORUM), 2013/2014 IND. NO. 34/144 NEGARA
(INSTITUTIONS, INFRACTRUCTURE, A STABLE
MACROECONOMIC FRAMEWORK, GOOD HEALTH
AND PRIMARY EDUCATION, HIGHER EDUCAION
AND TRAINING, MARKET EFFICIENY,
TECHNOLOGICAL READINES, BUSINESS
SOPHISTICATION, AND INNOVATION;
 THE EASE OF DOING BUSINESS INDEX (WORLD
BANK) 2013 IND. NO. 120/189 NEGARA.
PARAMETERS: STARTING A BUSINESS, DEALING
WITH CONSTRUCTION PERMITS, GETTING
ELECTRICITY, REGISTERING PROPERTY, GETTING
CREDIT, PROTECTING INVESTORS, PAYING TAXES,
TRADING ACROSS BORDERS, ENFORCING
CONTRACTS, RESOLVING INSOLVENCY);
 DEMOCRACY INDEX (ECONOMIST INTELIGENCE
UNIT) 2013 IND. NO 45/167 NEGARA, MASUK
KATEGORI FLAWED DEMOCRACY URUTAN FULL
D, FLAWED D. HYBRID REGIMES, AUTHORITARIAN
R. PARAMETERS; ELECTORAL PROCESS AND
PLURALISM, CIVIL LIBERTIES, FUNCTIONING OF
GOVERNMENT, POLITICAL PARTICIPATION,
POLITICAL CULTURE;
 HUMAN DEVELOPMENT INDEX (UNDP, 2013
IND. NO. 108/187 NEGARA). PARAMETER:
HIDUP PANJANG DAN SEHAT, AKSES UNTUK
ILMU PENGETAHUAN, STANDAR
KEHIDUPAN LAYAK;

 FAILED STATES INDEX (FUND FOR PEACE) 2013

IND. NO. 76 /178 NEGARA. SEMAKIN KECIL
ANGKANYA SEMAKIN BURUK. PARAMETERS:
DEMOGRAPIC PRESSURES, REFUGEES AND IDPs,
GROUP GRIEVENCES, HUMAN FLIGHT AND BRAIN
DRAIN (SOCIAL INDICATORS); UNEVEN ECONOMIC
DEVELOPMENT, POVERTY AND ECONOMIC
DECLINE (ECONOMIC INDICATORS).
 STATE LEGITIMACY, PUBLIC SERVICES,
HUMAN RIGHTS AND RULE OF LAW,
SECURITY APPARATUS, FACTIONALIZED
ELITE, EXTERNAL INTERVENTIONS (POLITICAL
AND MILITARY INDICATORS).
DLL.
 PERGESERAN MAKNA KEDAULATAN DAN RESPONSIBILITY TO PROTECT
1. KEDAULATAN (SOVEREIGNITY): PANDANGAN TRADISIONAL MENGACU PADA PEACE OF
WESPHALIAN 1648 YANG MENGAKHIRI PERANG 30 TAHUN DI EROPA, MENYETUJUI PRINCIPLE OF
TERRITORIAL INTEGRITY :
a. DOMESTIC SOVEREIGNITY ACTUAL CONTROL OVER A STATE EXERCISED BY AN AUTHORITY
ORGANIZED WITHIN THIS STATE;
b. INDEPENDENCE SOVEREIGNITY ACTUAL CONTROL OF MOVEMENT ACROSS STATES BORDERS,
ASSUMING THE BORDERS EXIST;
c. INTERNATIONAL LEGAL SOVEREIGNITY FORMAL RECOGNITION BY OTHER SOVEREIGN STATES;
d. WESPHALIAN SOVEREIGNITY LACK OF OTHER AUTHORITY OVER STATE THAN THE DOMESTIC
AUTHORITY. (KRASHNER, 2000);
2. ARTICLE 2.1 UN CHARTER: THE NORM OF NONINTERVENTION, EXCLUSIVE AND TOTAL
JURISDICTION WITHIN ITS TERRITORIAL BORDERS.
3. SOVEREIGNITY AS RESPONSIBILITY (KONSEKUENSI SEBAGAI ANGGOTA PBB). FROM SOVEREIGNITY AS
CONTROL TO SOVEREIGNTY AS RESPONSIBILITY, IN BOTH INTERNAL FUNCTIONS AND EXTERNAL
DUTIES;
a. IT IMPLIES THAT THE STATE AUTHORITIES ARE RESPONSIBLE FOR THE FUNCTIONS OF
PROTECTING THE SAFETY AND LIVES OF CITIZENS AND PROMOTION OF THEIR WELFARE;
b. IT SUGGEST THAT THE NATIONAL POLITICAL AUTHORITIES ARE RESPONSIBLE TO TYE CITIZENS
INTERLLY A TO THE INTERNATIONAL COMMUNITY THROUGH THE UN;
c. THAT THE AGENTS OF STATE ARE RESPOSIBLE FOR THEIR ACTIONS ; THEY ARE ACCOUNTABLE FOR
THEIR ACTS OF COMMISSIONS AND OMISSION;

Prof. Dr. Muladi, SH

4. PERSOALAN KEDAULATAN SEBAGAI PENGAWASAN (CONTROL) DAN TANGGUNGJAWAB SEMAKIN
MENGEMUKA SEHUBUNGAN DENGAN BERKEMBANGNYA PENGHAYATAN TERHADAP HUMAN SECURITY,
SEMENJAK DITANDATANGANINYA UN CHARTER 1945. HUMAN SECURITY DIARTIKAN SEBAGAI THE
SECURITY OF PEOPLE KEAMANAN FISIKNYA, KESEJAHTERAAN EKONOMI DAN SOSIALNYA, PENGHORMATAN
TERHADP MARTABATNYA, DAN NILAI-NILAINYA SEBAGAI MANUSI, DAN PERLINDUNGAN HAM DAN
KEBEBASAN DASARNYA;
5. RESPONSIBILITY TO PROTECT (R2P): SUATU NORMA ATAU SEPERANGKAT ASAS ATAS DASAR PEMIKIRAN
BAHWA KEDAULATAN BUKAN SEMATA-MATA PRIVILEGE AND CONTROL, TETAPI JUGA MERUPAKAN
TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY) INTERNAL DAN EKSTERNAL. APABILA SUATU NEGARA GAGAL UNTUK
MELINDUNGI WARGANEGARANYA DARI KEKEJAMAN MASSAL (MIS. GENOSIDA DAN ETHNIC CLEANSING)
DAN JALAN DAMAI TIDAK BERKERJA, MASYARAKAT INTERNASIONAL SEBAGAI LAST RESORT ATAS DASAR
MANDAT DEWAN KEAMANAN PBB MEMPUNYAI TANGGUNGJAWAB UNTUK MELINDUNGI DENGAN
MELAKUKAN INTERVENSI MULAI DARI LANGKAH-LANGKAH DIPLOMASI SAMPAI DENGAN LANGKAH MILITER
PROPORSIONAL. HAL INI MENCAKUP TAGGUNGJAWAB UNTUK BEREAKSI, TANGGUNGJAWAB UNTUK
MENCEGAH DAN TANGGUG JAWAB UNTUK MEMBANGUN KEMBALI; 4 (EMPAT) ASAS (THRESHOLDS) YANG
DIPERSYARATKAN: THE JUST CAUSE THRESHOLD, THE PRECAUTINARY PRINCIPLES; RIGHT AUTHORITY AND
OPERATIONAL PRINCIPLE. (ICISS, 2001).
6. DOKTRIN SOVEREIGNITY AS RESPONSIBILITY JUGA NAMPAK DARI NORMA-NORMA UNITED NATIONS
CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS 1982), YANG ANTARA LAIN DI SAMPING MENGAKUI
WILAYAH INDONESIA SEBAGAI ARCHIPELAGIC STATE JUGA MENGHARUSKAN INDONESIA UNTUK MEMBUKA
3 (TIGA) SEA LANES ATAU ALKI UNTUK KEPENTINGAN PELAYARAN DAN PENERBANGAN INTERNASIONAL;
7. BERKEMBANGNYA KONSEP SHARED SOVEREIGNITY YANG MERUPAKAN THE NEW CONCEPT OF
SOVEREIGNITY DENGAN MUNCULNYA PEMBUAT PERATURAN DI LUAR NEGARA (LEMBAGA NON-MEGARA
ATAU LEMBAGA SUPRANASIONAL (MID. PBB, UNI EROPA, ASEAN). HUKUM INTERNASIONAL TELAH
MENGHENTIKAN PEMIKIRAN TENTANG KEDAULATAN ABSOLUT NEGARA (ABSOLUT STATE SOVEREIGNITY) ;

Prof. Dr. Muladi, SH

 BEBAN GEOGRAFIS, SEKALIGUS KEUNGGULAN INDONESIA
1. POSTUR SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN (ARCHIPLAGIC STATE) YANG
DIAKUI DUNIA (UNCLOS 1982), TERLETAK DALAM POSISI SILANG DUNIA;
2. KEBERADAAN /KEWAJIBAN MEMBUKA 3 (TIGA) ALKI;
3. PERBATASAN DENGAN 10 NEGARA, DARAT/LAUT;
4. NEGARA NO. 4 TERBESAR DI DUNIA DAN KE-3 TERBESAR SEBAGAI
NEGARA DEMOKRASI DARI SISI KUANTITAS POPULASI ;
5. DEMOKRASI DAPAT BERJALAN SEIRING DENGAN ISLAM;
6. ANGGOTA G-20 DAN PENDIRI ASEAN;
7. NEGARA NO. 10 EKONOMI TERBESAR DI DUNIA DI ANTARA 177 NEGARA
DENGAN PERTUMBUHAN POSITIF DI ATAS 5 %;
8. KEMAMPUAN MEMBERANTAS TERORISME ;
9. NEGARA DENGAN POL. LN BEBAS AKTIF;
Prof. Dr. Muladi, SH
 PERGESERAN POLA ANCAMAN BAHAYA KEAMANAN DAN PENGATURAN
TENTANG OPERASI MILITER SELAIN PERANG (OMSP/MOOTW)
1. SEMASA PERANG DINGIN ANCAMAN BAHAYA KEAMANAN BERSIFAT SIMETRIK,
MILITERISTIK DAN TRADISIONAL. ANCAMAN BAHAYA KEAMANAN DILAKUKAN OLEH
NEGARA YANG SATU TERHADAP NEGARA LAIN (STATE CENTRIC);
2. SETELAH BERAKHIRNYA PERANG DINGIN MUNCUL BAHAYA KEAMANAN BARU
TERHADAP HUMAN SECURITY YANG DILAKUKAN OLEH NON-STATE ACTOR.
ANCAMAN BAHAYA KEAMANAN INI DINAMAKAN ANCAMAN BAHAYA KRAMANAN
ASIMETRIK ATAU NON-TRADISIONAL; CONTOH ISIS;
3. HYBRID SECURITY THREAT AL. STATE SPONSORED TERRORISM ; CROSS BORDER
TERRORISM DI AFRICA;
4. MUNCUL GENERASI IV PERANG (INSURGENCY) , NEOCORTEX WAR, PROXY WAR, CYBER
WARFARE; ARAB SPRING;
5. KARAKTER HUMAN SECURITY THREAT (MIS. TERORISME) YANG BERSIFAT LUAR
BIASA (JARINGAN TRANSNASIONAL; RANDOM TARGET; PENGGUNAAN WMD;
KEMUNGKINAN ADANYA STATE SPONSORED; BERKEMBANGNYA TRANSBORDER
TERRORISM)), TERORGANISASI DENGAN BAIK, MENDAYAGUAKAN ALAT KOMUNIKASI
MODERN YANG MEMBUTUHKAN KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM
PENANGGULANGANNYA; (MULADI, 2012).

Prof. Dr. Muladi, SH

 GLOBAL TRENDS 2015/2025(US NATIONAL INTELLIGENCE COUNCIL)
1. DEMOGRAPIC : 2000 6,1 BILL. 2015 7,2 BILL. 95 % DI NEGARA BERKEMBANG DENGAN
HARAPAN HIDUP SEMAKIN TINGGI + URBANISASI MENIMBULKAN INSTABILITAS;
2. NATURAL RESOURCES AND DEVELOPMENT : POOR INFRASTRUCTURE, DIATRIBUTION OF FOOD,
POLITICAL INSTABILITY, CHRONIC POVERTY ANDM WATER SCARCITIES AND ALLOCATION,
TERUTAMA DI TIMTENG , ASIA, AFRIKA, ASIA SELATAN DAN CHINA UTARA TENSION OVER
WATER;
3. SCIENCE AND TEHNOLOGY : REVOLUSI IT, BIOTEKNOLOGI, NANOTECHNOLOGI DLL.,
DIMANFAATKAN OLEH FAILED STATES, TERORIS; TOCGANGGUAN TERHADAP STABILITAS DAN
KEAMANAN DUNIA;
4. THE GLOBAL ECONOMY AND GLOBALIZATION : JARINGAN LUAS , ARUS INFORMASI, PEMIKIRAN,
BUDAYA, MODAL, BARANG, JASA DAN MANUSIA POLITICAL INSTABILITY, KESENJANGAN
EKONOMI DAN TURBULENSI FINANSIAL KRONIS;
5. NATIONAL AND INTERNATIONAL GOVERNANCE. NEGARA KEHILANGAN KONTROL TERHADAP
ARUS INFORMASI , TEKNOLOGI, PENYAKIT, MIGRAN, SENJATA DAN TRANSAKSI FINANSIAL, LEGAL
DAN ILEGAL LEWAT PERBATASAN , PERANAN NON-STATE ACTORS SEMAKIN BESAR , NASIONAL,
INTERNASIONAL BAIK YANG BERORIENTASI PROFIT, MAUPUN TRADISIONAL;
6. FUTURE CONFLICT : ASSYMETRIC THREAT; WMD MENYEBAR DI CHINA , KOREA SLT-UTARA,
IRAN (PROLFERATION SECURITY INITIATIVES); REGIONAL MILITARY THREAT ; PERANAN AS TETAP
DOMINAN KEY DRIVER DALAM SISTEM INTERNASIONAL; MUNCULNYA REGIONAL MILITARY
THREAT;
7. LEADERSHIP WILL BE THE KEY-LEADER AND THEIR IDEAS (POSITIVE, NEGATIF) WERE AMONG
BIGGEST GAME-CHANGERS;

Prof. Dr. Muladi, SH

 PARAMETER SUPREMASI HUKUM SEBAGAI SARANA
PENGINTEGRASI DAN SARANA PENYELESAIAN KONFLIK DALAM
GLOBALISASI
RULE OF LAW (PBB) (2005) :

PRINCIPLE OF GOVERNANCE : ALL PERSON, ISTITUTIONS AND ENTITIES,

PUBLIC AND PRIVATE, INCL. THE STATE ITSELF, ARE ACCOUNTABLE TO LAWS
THAT ARE PUBLICLY PROMULGATED, EQUALITY ENFORCED AND
INDEPENDENT ADJUDICATED AND WHICH ARE CONSISTENT WITH
INTERNATIONAL HUMAN RIGHTS NORM AND STANDARDS, IT REQUIRES AS
WELL MEASURES TO ENSURES ADHERENCE TO THE PRINCIPLE OF :
SUPREMACY OF LAW; EQUALITY BEFORE THE LAW; ACOUNTABILITY TO THE
LAW; FAIRNESS IN THE APPLICATION OF THE LAW; SEPARATION OF
POWERS; PARTICIPATION IN DECISION MAKING; LEGAL
CERTAINTY;AVOIDANCE OF ARBITRARINESS; AND PROCEDURAL AND LEGAL
CERTAINTY.
Prof. Dr. Muladi, SH
 FUNGSI HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
(GATRA/DETERMINAN EKONOMI SEBAGAI LEVERAGE EFFECT
DETERMINAN LAIN)
(FULLER, 1977)
1. A COMMON BASIS WHICH PARTIES CAN MAKE AGREEMENTS ;
2. IT PROVIDES PARTIES WITH CONFIDENCE THAT DISPUTES CAN BE
RESOLVED EFFICIENTLY AND FAIRLY;
3. THE PREDICTABILITY AND ORDER THAT THE RULE OF LAW PROMOTE
IN SUBSTANTIVE LAW IS VIEWED AS THE STABILIZING FORCE BEHIND
MUCH ECONOMIC DEVELOPMENT;
4. HELPS SET RULE OF THE GAME IN CRITICAL AREAS SUCH AS
INVESTMENTS, PROPERTY, CONTRACTS, RIGHTS RELATING TO LAND,
LABOR, CAPITAL;
5. MEMBANGUN KEPERCAYAAN PENANAM MODAL (FOREIGN DIRECT
INVESTMENT/FDI)) DAN MELINDUNGI ARUS BARANG DAN JASA SERTA
MODAL.
Prof. Dr. Muladi, SH
 STANDAR HUKUM MODERN
(GALANTER, 1966)
1. UNIFORM AND UNVARYING;
2. TRANSACTIONAL;
3. UNIVERSALISTIC;
4. HIERARCHICAL;
5. ORGANIZED BUREAURATICALLY;
6. RATIONAL;
7. RUN BY PROFESSIONAL;
8. LAWYERS REPLACE MERE GENERAL AGENTS;
9. AMENDABLE;
10. POLITICAL;
11. LEGISLATIVE, JUDICIAL AND EXECUTIVE ARE SEPARATE AND DISTINCT.

Prof. Dr. Muladi, SH

 FENOMENA PEREMBANGAN HUKUM GLOBAL YANG FRAGMENTARIS
1. BERKEMBANGNYA HUKUM INTERNASIONAL BERUPA SOFT LAW YANG BERSIFAT NON-BINDING
METHODS SEPERTI BASIC PRINCIPLES; BODY PRINCIPLES; DECLARATION; CODE OF CONDUCT;
GUIDELINES; GUIDING PRINCIPLES; MANUAL; MODEL TREATY; PRINCIPLES; STUDY; DAN HARD
BINDING MECHANISM YANG BERSIFAT MENGIKAT SEPERTI DIRECTIVES; CONVENTION;
PROTOCOL; COVENANT; SAFEGUARDS; STANDARD MINIMUM RULES; RESOLUTION RULES; ( MIS.
HAM DALAM ADMINSTRATION OF JUSTICE, BASSIOUNI, 2001)
2. BERKEMBANGNYA HUKUM KOSMOPOLITAN YANG MENEMBUS BATAS-BATAS KEDAULATAN SEBAGAI
PRIVILEGE AND CONTROL SEPERTI : STATUTA ROMA TENTANG ICC (TRIGGER MECHANISM :
NEGARA PIHAK, JAKSA ICC DAN DEWAN KEAMANAN) DAN TRIBUNAL INTERNASIONAL LAIN;
KETENTUAN TENTANG JUS COGENS, SEKALIPUN DIBATASI OLEH PRINCIPLE OF SUBSIDIARITY ;
DOKTRIN RESPONSIBILITY TO PROTECT (R2P); UNIVERSAL JURISDICTION; (MULADI, 2011).
3. PERATURAN YANG BERSIFAT TRANSNASIONAL AL. PALERMO CONVENTION 2000 TENTANG
TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME; PADA TAHUN 2000 PBB TELAH MENERBITKAN UN GLOBAL
COMPACT MAINSTREAM THE TEN PRINCIPLES IN BUSINESS ACTIVITIES AROUND THE WORLD; OECD
GUIDELINES FOR MULTINATIONAL ENTERPRISES, 2008;
4. BERKEMBANGNYA ORGANISASI-ORGANISASI INTERNASIONAL ANTAR PEMERINTAH (IGO/WORLD
GOVERNANCE) SEPERTI PBB, ASEAN, SAARC, OAU, NAM, OECD DAN NON-PEMERINTAH (INGO) MIS.
KADIN INTERNASIONAL (INTERNATIONAL CHAMBER OF COMMERCE). OECD (ORGANIZATION OF
ECONOMIC COOERATION AND DEVELOPMENT) AL. MENGELUARKAN GUDELINES FOR MNC;
ORGANISASI-ORGANISASI TERSEBUT MEMILIKI KEWENANGAN UNTUK MEMBUAT PERATURAN
GLOBAL; DEMIKIAN PULA KEBERADAAN DISPUTE SETTLEMENT PROCESS DI WTO;

Prof. Dr. Muladi, SH

5. BERKEMBANGNYA LEX MERCATORIA DI MANA HUKUM DICIPTAKAN SECARA
PRIVAT YANG MENGATUR HUBUNGAN ANTAR PENGUSAHA GLOBAL ; HAL INI
DIAKUI NEGARA WALAUPUN TIDAK SEBAGAI HUKUM, TETAPI SEBAGAI
KEBIASAAN PERDAGANGAN;
6. TERJADINYA BLENDING NORMA, NILAI DAN STANDAR HUKUM DARI
BERBAGAI KELUARGA HUKUM, KHUSUSNYA ANTARA SISTEM COMMON LAW
DAN SISTEM CIVIL LAW;
7. ALTERNATIVE PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL;
8. KEBUTUHAN UNTUK HARMONISASI HUKUM ANTAR NEGARA SEBAGAI
LANDASAN KERJASAMA DI BIDANG HUKUM;
9. KEBUTUHAN ADANYA PERATURAN HUKUM SUPRA-NASIONAL UNTUK SUATU
WILAYAH YANG LUAS. CONTOH TREATY OF LISBON UNI EROPA, ASEAN
CHARTER;
10. KEBUTUHAN UNTUK MENCIPTAKAN PERATURAN-PERATURAN GLOBAL YANG
BERSIFAT HYBRID, UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KERJASAMA ANTAR
NEGARA DAN PERHATIAN TERHADAP KEDAULATAN SETIAP NEGARA;

Prof. Dr. Muladi, SH

 MODEL-MODEL PENGATURAN HUKUM SECARA INTERNASIONAL DI ERA GLOBAL
1. HARMONISASI HUKUM DAN PERBANDINGAN HUKUM (LEGAL HARMONIZATION AND
COMPARATIVE LAW) ;
a. DALAM HARMONISASI HUKUM, PENEKANAN PADA ATURAN-ATURAN ATAU REGULASI YANG
RELEVAN AGAR SATU SAMA LAIN SAMA . CONTOH INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS/ IPR, INT.
CRIMINAL LAW, DENGAN KEMUNGKINAN ;
b. BENTUKNYA DAPAT BERUPA : SOFT NON BINDING METHODS SEPERTI AL.
RECOMMENDATIONS, MODEL CODES, SIMPLE INFORMATION. ATAU HARD BINDING
MECHANISM AL. DIRECTIVES (MIS. EU DIRECTIVES OF ENVIRONMENTAL CRIME, 2008). STUDI
MENGENAI IMPELEMENTASI DAN TRANSPLANTASI HUKUM ASING OLEH AKADEMISI DALAM
HAL INI SANGAT MEMBANTU KESUKSESAN;
c. STUDI TENTANG PERBANDINGAN HUKUM SANGAT PENTING UNTUK MEMAHAMI GARIS BESAR
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DI ANTARA TERTIB HUKUM (NASIONAL DAN INTERNASIONAL)
DAN MENGIDENTIFIKASI PELAKSANAAN PRAKTEK HUKUM TERBAIK, SEBAGAI PRASYARAT
YANG ESENSIAL TERHADAP HARMONISASI HUKUM; CONTOH DALAM HUKUM PERDATA
UNIDROIT, UNIVERSAL INSTITUTE FOR THE UNIFICATION OF PRVATE LAW; KEMUDIAN
UNCITRAL DI BIDANG TRADE LAW; CORPUS JURIS DI BIDANG HUKUM PIDANA UNTUK
MELINDUNGI KEPENTINGAN FINANSIAL EROPA SEBAGAI BAGIAN UNTUK MEMBENTUK
EUROPEAN PROSECUTOR;
d. KEDUA TERAKHIR DI ATAS SANGAT PENTING SEBAGAI PRASYARAT (PREREQUISITIES) BAGI
KERJASAMA ANTAR NEGARA DAN PENGEMBANGAN PEMECAHAN MASALAH
SUPRANASIONAL.

Prof. Dr. Muladi, SH

2. MODEL KERJASAMA NASIONAL (NATIONAL COOPERATION MODELS); YANG SAAT INI BIASA
DILAKUKAN UNTUK MEMBANTU MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH TRANSNASIONAL DAN
GLOBAL SERTA KENDALA PENEGAKAN HUKUM . MODEL INI MENCAKUP RUANG LINGKUP
PENERAPAN HUKUM NASIONAL DAN MENJADIKAN BERBAGAI KEPUTUSAN DARI SUATU
SISTEM HUKUM EFEKTIF DI AREA JURISDIKSI SISTEM HUKUM LAIN. CONTOH PERATURAN
NASIONAL BERKAITAN DENGAN PENGAKUAN KEPUTUSAN BADAN ASING DAN SUATU
KEPUTUSAN PENGADILAN PIDANA, PERDATA DAN ADMINISTRATIVE (MIS. NE BIS IN IDEM,
ARBITRASE DAN ALTERNATIVE PENYELESAIAN SENGKETA/ADR, EKSTRADISI, JOINT
INVESTIGATION). PRINSIP YANG DIGUNAKAN ADALAH IF THE TWO LEGAL SYSTEM SHARE
THE SAME VALUES AND HAVE SIMILAR LEGAL REGULATION; KESULITAN AL. TENTANG
PIDANA MATI, TINDAK PIDANA POLITIK DAN MILITER, KEUANGAN DLL.;
3. MODEL SUPRANASIONAL ( SUPRANATIONAL MODELS); HAL INI TERJADI DALAM BENTUK
ADANYA KERANGKA SATU ATURAN YANG SAMA (UNIFORM) YANG DIBUAT UNTUK SUATU
WILAYAH LUAS MENCAKUP BEBERAPA NEGARA. CONTOH : EUROPEAN HUMAN RIGHTS
CONVENTION DAN BEBARAPA PERATURAN TERTENTU ( MIS. REGULASI ANTI TRUST DI UNI
EROPA). DALAM HAL INI BATAS-BATAS NEGARA MENJADI KABUR (FUZZY); TREATY OF LISBON
YANG DIDUKUNG OLEH PARLEMEN EROPA DAPAT MEMECAHKAN PERSOALAN LEGITIMASI
HUKUM DI UNI EROPA. BERLAKUNYA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TAHUN 1915 BISA
MENGGUNAKAN CARA-CARA INI; MODEL INI AKAN LEBIH EFEKTI APABILA DISERTAI DENGAN
MODEL KERJASAMA (HYBRID COOPERATIVE AND SUPRANATIONAL SYSTEM); MIS. UNTUK
MEMECAHKAN PERSOALAN KEDAULATAN DALAM PERADILAN PIDANA;

Prof. Dr. Muladi, SH

4. MODEL PEMBUATAN ATURAN SECARA PRIVAT (PRIVATE RULE-MAKING/PRIVATE CONTROL
MECHANISM) DALAM MASYARAKAT MADANI, DALAM BENTUK TERBATAS, FLEKSIBLE, CEPAT
DAN TIDAK DIBATASI OLEH BATAS-BATAS WILAYAH NEGARA ; PERSOALAN SERIUS BERKAITAN
DENGAN LEGITIMASI, KESEIMBANGAN ADIL ANTARA KEPENTINGAN, KEADILAN, DAN DAPAT
DITEGAKKANNYA KEPUTUSAN, YANG SEMUANYA SANGAT KOMPLEKS. MASALAH
PERLINDUNGAN MEREKA YANG TERDAMPAK SEPERTI MANUSIA, KALANGAN BISNIS DAN
KEPENTINGAN LAIN SEPERTI LINGKUNGAN. DENGAN DEMIKIAN KEPENTINGAN
KESEJAHTERAAN BERSAMA, SISTEM TEHNIS, EKONOMI, SOSIAL DAN REGULASI MANDIRI
HARUS DIRANGKAIKAN ATAU DISERTAI DENGAN MEKANISME KONTROL DAN MEKANISME
UNTUK MENJAMIN LEGITIMASINYA SEBAGAIMANA TINDAKAN DALAM HUKUM PERDATA DI
DALAM MENGENDALIKAN KEADAAN UMUM BISNIS. DALAM HAL INI PERSOALAN UTAMANYA
BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN DEMOKRASI, PEMISAHAN KEKUASAAN, PRINSIP THE
RULE OF LAW , PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK-HAK SIPIL YANG KEHILANGAN PENGARUH
PARAREL DENGAN MUNDURNYA NEGARA BANGSA, YANG TIDAK SECARA OTOMATIS
MUNCUL KEMBALI DI TINGKAT INTERNASIONAL. PERTANYAAN YANG TIMBUL ADALAH SIAPA
YANG MENGAMBIL ALIH FUNGSI NEGARA DI TINGKAT NASIONAL DALAM KAITANYA DENGAN
LEGITIMAS DAN KONTROL ? CONTOH KEMUNGKINAN ADANYA PENGATURAN NON-NEGARA
(GLOBAL) DALAM PERBURUHAN YANG BERSIFAT TRANSNASIONAL (TRANSNATIONAL NON-
STATE LABOR LAW). DI LUAR UNI EROPAH, MEREKA MENDERITA DEFISIT LEGITIMASI.

Prof. Dr. Muladi, SH

5. BENTUK-BENTUK PENGATURAN SECARA CANGKOKAN/PERKAWINAN (HYBRID
FORMS OF RULE-MAKING); HAL INI UNTUK MENGATASI FENOMENA BAHWA TIDAK
ADA MODEL PERATURAN YANG IDEAL (IDEAL INTERNATIONAL RULE MAKING
MODEL) UNTUK SEMUA WILAYAH DAN KONDISI MASALAH YANG DIHADAPI.
BENTUK, TIPE ATAU MODEL KOMBINASI (HYBRID) BANYAK DIPRAKTEKKAN DALAM
BENTUK PERPADUAN (BLENDING) ANTARA SISTEM NASIONAL DAN INTERNASIONAL.
MODEL KERJASAMA DAN BENTUK SUPRANASIONAL, TERMASUK SISTEM
PENGATURAN BERSAMA ANTARA NEGARA DAN PRIVAT. MIS. DI BIDANG HUKUM
PIDANA TERDAPAT APA YANG DINAMAKAN HYBRID TRIBUNAL DI KAMBOJA DAN
SIERRA LEONE ANTARA PBB DAN NEGARA SETEMPAT. UNI EROPA MERUPAKAN
PEPADUAN ANTARA MODEL KERJASAMA DAN MODEL SUPRANASIONAL. PBB DAN
ICRC, YANG SAAT INI MELAKUKAN NEGOSIASI DENGAN LEMBAGA-LEMBAGA MILITER
PRIVAT DAN BADAN KEAMANAN. PERADILAN PIDANA NASIONAL DI BIDANG
EKONOMI DI UNI EROPA BERKAITAN DENGAN EUROJUST (JUSTICE EUROPEAN
COMMISSION) YAITU LEMBAGA SUPRANASIONAL DAN BENTUK HYBRID UNTUK
MENINGKATKAN KERJASAMA JUDISIAL DALAM MEMERANGI KEJAHATAN BERAT.
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION DIDASARKAN ATAS KERJASAMA
KEMITRAAN PUBLIK-SWASTA.

Prof. Dr. Muladi, SH

6. KETERTIBAN DALAM SISTEM SECARA MENYELURUH (ORDER IN THE SYSTEM AS A WHOLE); MERUPAKAN
KENYATAAN BAHWA KETERTIBAN NORMATIF DI TINGKAT GLOBAL SANGAT FRAGMENTATIF ANTAR SUB-
SISTEM. UNTUK ITU KLARIFIKASI DIPERLUKAN UNTUK MENCEGAH CONFLICTS OF NORMS AND VALUES BAIK
INTER-NASIONAL MAUPUN INTER-SISTEMATIK. HAL INI DIKARENAKAN BAHWA KEBERADAAN NORMA-NORMA
NASIONAL, INTERNASIONAL DAN SUPRANASIONAL, KEMUDIAN EKSISTENSI REZIM PRIVAT TRANSNASIONAL,
NORMA-NORMA BUDAYA REGIONAL, DAN BERBAGAI KONVENSI SOSIAL YANG BERBEDA-BEDA BERDASAR
BERBAGAI LATAR BELAKANG SERING BERTABRAKAN DI DUNIA. KEKUATAN CENTRIFUGAL DAN CENTRIPETAL
MEMPENGARUHI KOMPETISI DAN PERKEMBANGAN SISTEM TERSEBUT DAN SISTEM HUKUM NASIONAL
CENDERUNG MENJADI ATAU DI BAWAH PENGARUH HUKUM INTERNASIONAL. YANG TERJADI ADALAH
PLURALISTIC GLOBAL ORDER. BELUM LAGI PENGARUH KELUARGA HUKUM SEPERTI SISTEM COMMON
LAW DAN SISTEM CIVIL LAW, SEMUANYA TELAH MEMICU KONFLIK HUKUM. BAHKAN DIKATAKAN BAHWA
UNIFORMITAS HUKUM DIANGGAP MENGANCAM BUDAYA HUKUM PLURALISTIK. CONTOH PENGATURAN
TENTANG PERLINDUNGAN EKONOMI DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN; HUKUM LAUT DAN HUKUM
REGIONAL TENTANG PERIKANAN, MASALAH HAM DAN HUKUM HUMANITER, KONFLIK HUKUM NEGARA DAN
NORMA-NORMA AGAMA BUDAYA; SULIT UNTUK MENEGAKKAN HIERARKHI NORMA. DEMIKIAN JUGA
UNIFORMITAS HUKUM, HOMOGENITAS, KESATUAN KARENA KEBERADAN BERBAGAI LEMBAGA YANG DAPAT
MENCIPTAKAN NORMA DAN HUKUM. THE VIENNNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES DAN
BERBAGAI MAXIM LATIN TENTANG HUKUM (LEX SPECIALIS, LEX POSTERIOR, LEX SUPERIOR) SULIT
DITEGAKKAN SECARA KONSISTEN DI TINGKAT GLOBAL. UNTUK ITU DIPERLUKAN EVALUASI SECARA
MENYELURUH TERHADAP SISTEM HUKUM DUNIA. MAKSUDNYA TIDAK HANYA UNTUK SUKSESNYA INTEGRASI
BERBAGAI KETENTUAN DAN KETERTIBAN, TETAPI JUGA DEMI KERJASAMA ANTAR SISTEM HUKUM NASIONAL.
HAL INI BERKAITN DENGAN HAM DAN LEGITIMASI SERTA KONTROL. UNTUK ITU DIPERLUKAN RISET
INTERDISIPLINER DAN RISET PERBANDINGAN HUKUM. SETIAP NEGARA HARUS MEMPERJUANGKAN
ASPIRASINYA DALAM MERUMUSKAN VALUES, NORMS AND STANDARDS GLOBAL.

Prof. Dr. Muladi, SH

 PENUTUP
GLOBALISASI YANG BUKAN MERUPAKAN MASALAH SEDERHANA TIDAK MERUPAKAN
PILIHAN, MELAINKAN HARUS DIHADAPI SETIAP NEGARA SECARA SISTEMATIS DENGAN
PENDEKATAN TRANSFORMASIONALIS.
SECARA REALITAS, TEORITIK DAN IDEOLOGIS HUKUM DAN GLOBALISASI SALING
MEMPENGARUHI SATU SAMA LAIN.
FRAGMENTASI HUKUM DAN PENGATURAN YANG TERJADI AKIBAT GLOBALISASI YANG
SANGAT KOMPLEKS MEMERLUKAN PEDOMAN BERUPA MODEL-MODEL IDEAL YANG
DIDUKUNG OLEH RISET AKADEMIS.
DALAM RANGKA MENGHADAPI GLOBALISASI, MAKA PERUNDANG-UNDANGAN DI
INDONESIA DI SAMPING HARUS MENDENGARKAN ASPIRASI SUPRASTRUKTUR,
INFRASTRUKTUR, KEPAKARAN, JUGA HARUS MENGKAJI ASPIRASI HUKUM GLOBAL , BAIK
YANG BERUPA SOFT LAW YANG BERSIFAT NON-BINDING METHODS MAUPUN HARD
LAW YANG BERSIFAT BINDING MECHANISM.
BERBAGAI REGULASI HUKUM NASIONAL YANG TERBIT KARENA PROSES GLOBALISASI, BAIK
DALAM PEMBUATANNYA MAUPUN DALAM PENEGAKANNYA HARUS MERUPAKAN SARANA
PENGINTEGRASI (INTEGRATIVE MECHANISM) BERBAGAI DETERMINAN BAIK
INTERNASIONAL, TRANSNASIONAL MAUPUN NASIONAL, TERMASUK CITA-CITA, TUJUAN
DAN KEPENTINGAN NASIONAL.

Prof. Dr. Muladi, SH

UNTUK MENCEGAH DAN MENGHINDARKAN DIRI DARI DAMPAK NEGATIF
HUKUM YANG DICIPTAKAN DALAM KERANGKA GLOBALISASI, MAKA
PERANAN AKTIF DARI KEMENTERIAN TERKAIT DIPERLUKAN DALAM BENTUK
USAHA AGAR ASPIRASI NASIONAL BERUPA NILAI, NORMA DAN STANDAR
NASIONAL DAPAT TERTAMPUNG DAN MEWARNAI HUKUM GLOBAL.
DI ERA GLOBALISASI YANG KOMPLEKS, HUKUM DI SAMPING HARUS
MENCIPTAKAN TERTIB HUKUM DUNIA (WORLD LEGAL ORDER), JUGA
HARUS MELINDUNGI YANG LEMAH (KORPORASI, NEGARA, ORGANISASI
INTERNASIONAL, PENGAMNIL KEPUTUSAN ATAU INDIVIDU) SECARA PASTI,
ADIL DAN BERMANFAAT (GARCIA, 2013)
DI SAMPING ITU PERAN DIPLOMASI SEBAGAI DETERMINAN KETAHANAN
NASIONAL, DENGAN SDM YANG HANDAL DIPERLUKAN UNTUK
MENANGGAPI PERKEMBANGAN HUKUM DAN GLOBALISASI, KHUSUSYA
DALAM BENTUK MITIGASI DAN ADAPTASI SEHINGGA TIDAK MERUGIKAN
KEPENTINGAN NASIONAL. (FENDRICK, 2006). CONTOH AKAN BERLAKUNYA
MAYARAKAT EKONOMI ASEAN TAHUN 1915.

Prof. Dr. Muladi, SH

 DAFTAR PUSTAKA
AN-NAIM, ABDULLAHI AHMED, HUMAN RIGHTS IN CROSS-CULTRAL PERSPECTIVES, A QUEST FOR CONSENSUS, UNIVERSITY OF PENNSYLVANIA
PRESS, PHILADELPHIA, 1992.
BASSIOUNI, CHERIF M, THE PROTECTION OF HUMAN RIGHTS IN THE ADMINISTRATION OF JUSTICE, A COMPENDIUM OF UN NORMS AND
STANDARDS, GENEVE 1994.
BROOKS, TOM, THE GLOBAL JUSTICE READER, BLACKWELL PUBLISHING, OXFORD, 2008.
COHEN, ED, LEADERSHIP WITHOUT BORDERS, JOHN WILEY & SONS (ASIA) PTE LTD, 2007.
FENDRICK, REED J, DIPLOMACY AS AN INSTRUMENT OF NATIONAL POWER, DALAM : BARTHOLOMEES J., BOONE US ARMY WAR COLLEGE GUIDE
TO NATIONAL SECURITY POLICY AND STRATEGY, DEPT. OF NATIONAL SECURITY AD STRATEGY, JUNE, 2006.
GALANTER, MARC, THE MODERNIZATION OF LAW, REPRINTED FROM MODERNIZATION BY MYRON WEINER, BASIC BOOKS, INC, PUBL. 1966.
GARCIA, FRANK J., INTRODUCTION : GLOBALIZATION, POWER, STATES, AND ROLE OF LAW, BOSTON COLLEGE REVIEW VO. 54, ISSUE 3, RTICLE 3, 2013.
HELD, DAVID, AND McGREW, ANTHONY, GLOBAL TRANSFORMATIONS, POLITICS, ECONOMICS AND CULTURE, POLITY PRESS, CAMBRIDGE, 1999.
INTERNATIONAL COMMISSION ON INTERVENTION AND STATE SOVEREIGNITY (ICISS), REPORT, DECEMBER 2001.
KRIEKEN, PETER J. VAN, TERRORISM AND THE INTERNATIONAL LEGAL ORDER, TMC ASSER PRESS, THE HAGUE, 2002.
MULADI & SULISTYANI RS, DIAH, PERANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI (CORPORATE CRIMINAL RESPONSIBILITY), PT ALUMNI, BANDUNG, ,
2013.
MULADI, STATUTA ROMA TAHUN 1998 TENTANG MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL, DALAM KERANGKA HUKUM PIDANA INTERNASIONAL DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP HUKUM PIDANA NASIONAL, PT ALUMNI, BANDUNG 2011.
MULADI, COOPERATIVE SECURITY UNTUK MENGHADAPI COMPHREHENSIVE SUCURITY THREAT, MAKALAH CERAMAH PPSA LEMHANNAS, 2012.
MAY, LARRY, GLOBAL JUSTICE AND DUE PROCESS, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS, CAMBRIDGE, 2011.
MICHAELS, RALF, GLOBALIZATION AND LAW : LAW BEYOND THE STATE, , CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS, CAMBRIDGE, 2009.
NIC, MAPPING THE GLOBAL FUTURE, THE 2020 GLOBAL LANDSCAPE , NATIONAL INTELLIGENCE COUNCIL, WASHINGTON DC.
ROBERTSON, ROLAND, GLOBALIZATION : SOCIAL THEORY AND GLOBAL CULTURE (REPRINT. ED), LONON : SAGE, 1992.
STIGLITZ, JOSEPH E, MAKING GLOBALIZATION WORK, WW NORTON & COMPANY NC., NEW YORK, 2006.
SIEBER, ULRICH, LEGAL ORDER IN A GLOBAL WORLD- THE DEVELOPMENT OF A FRAGMENTED SYSTEM OF NATIONAL, INTERNATIONAL, AND PRIVATE
NORMS-, MAX PLANCK YEARBOOK OF UN LAW, VOL. 14, 2010, P 1-49
VOLCANSEK, MARY L., LAW ABOVE NATIONS, SUPRANATIONAL COURTS AND THE LEGALIZATION OF POLITICS, UNIVERSITY PRESS OF FLORIDA,
ORLANDO, 1997.
VAN DEN WYNGAERT, CHRISTINE, INTERNATIONAL CRIMINAL LAW, A COLLECTION OF INTERNATIONAL ND EUROPEAN INSTRUMENTS, THIRD
REVISED EDITION, BOSTON, 2005.
WEISS G, THOMAS ET.AL, THE UNITED NATIONS AND CHANGING WORLD POLITICS, FIFTH EDITION, WESTVIEW PRESS, COLORADO, 2007.

Prof. Dr. Muladi, SH