Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Di dalam kehidupan bermasyarakat tiap orang mempunyai kepentingan yang


berbeda antara satu dengan yang lainnya. Adakalanya kepentingan-kepentingan
tersebut saling bertentangan, sehingga dapat menimbulkan sengketa. Pelaksanaan
hukum materiil, khususnya hukum materiil perdata, dapat berlangsung secara
diam-diam Untuk itu hukum acara perdata mengatur tentang bagaimana cara
mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya, dan pelaksanaan dari
putusan.

Tuntutan hak dalam hal ini tidak lain adalah tindakan yang bertujuan untuk
memperoleh perlindungan hukum yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah
eigenrichting atau tindakan menghakimi sendiri. Di dalam hukum acara perdata
tidak terdapatketentuan yang tegas melarang tindakan menghakimi sendiri.
Larangan eigenrichting terdapat dalam putusan MA 10 Desember 1973 No.366
K/Sip/1973 (Chidir Ali 1985:49)1

Terdapat beberapa upaya dalam mengajukan tuntutan hak dalam rangka


menjamin hak, salah satunya adalah sita jaminan terhadap barang milik debitur (sita
conservatoir). Penggugat sangat berkepentingan agar gugatannya dimenangkan
atau dikabulkan, terjamin haknya atau dapat dijamin bahwa putusannya dapat
dilaksanakan. Sebab ada kemungkinan bahwa pihak lawan atau tergugat, selama
sidang berjalan, mengalihkan harta kekayaannya kepada orang lain. Untuk itu
undang-undang menyediakan upaya untuk menjamin hak tersebut, yaitu dengan
penyitaan (arrest; beslag). Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan
tugas akhir mata kuliah hukum acara perdata. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai upaya menjamin hak, khususnya sita conservatoir, dengan menggunakan
bahan analisis yaitu putusan perkara perdata dengan nomor perkara
24/Pdt.G/2013/PN.JKT.BAR.

1
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Cahaya Atma
Pustaka, 2013), hlm. 3.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kasus Posisi
PT. Mandiri Dipta Cipta merupakan property developer sekaligus
pengelola gedung Mangga Dua Square (MDS) mempunyai hubungan
hukum dengan PT. Monalisa Tunggal Jaya yang memiliki direksi yaitu Jong
Rocky Sanjaya dan Dewan Komisaris yaitu Jong Zandy Hadinata melalui
Surat Perintah Kerja No. 012/SPK-POM/Pers.&GA-IMP/XII/I. SPK ini
dibuat dan ditandatangani pada 1 Desember 2011 oleh PT. Mandiri Dipta
Cipta yang diwakili oleh Eva Lioe selaku Property Management General
Manager dan PT. Monalisa Tunggal Jaya yang diwakili oleh Jong Zandy
selaku pihak penerima pekerjaan. SPK ini diadakan untuk melakukan
pekerjaan pengadaan dan pemasangan lighting facade pada gedung MDS.
PT. Mandiri Dipta Cipta telah membayar uang muka sebesar
Rp560.000.000,00. Pada perjanjian sesuai MoU, pekerjaan harus telah
selesai pada 29 Februari 2012.
Dharma Gesturi adalah Manager Engineering yang bertugas
mengawasi semua unsur teknis dan pengerjaan lapangan di MDS. Ia
bertemu Jong Zandy saat pertama kali diadakan tender pada awal 2011.
Jong Zandy mengatakan kepada Dharma bahwa ia adalah direksi PT.
Monalisa Tunggal Jaya, namun saat Dharma melihat kartu namanya, tidak
tertera jabatan disitu. Dharma selalu menyediakan absen setiap hari agar
mengetahui apa yang dikerjakan oleh karyawan PT. Monalisa Tunggal
Jaya, karyawan PT tersebut hanya bekerja selama 2 jam sehingga pekerjaan
menjadi terbengkalai, disamping penyebab lainnya yaitu bahan material inti
(lampu) yang akan dipasang belum dikirimkan oleh PT. Monalisa Tunggal.
Pada 10 Januari 2012 managemen PT. Mandiri adipta Cipta
mengalami perubahan/penggantian. Satu hari sebelumnya (9 Januari 2012)
sudah ada pemasangan lampu namun masih di bawah 5%. Pada 20 Maret

2
2012, PT. Mandiri Dipta Cipta mengirimkan surat kepada PT. Monalisa
Tunggal Jaya, yang isinya antara lain menyatakan bahwa SPK tersebut di
atas berikut adendumnya akan dilakukan perubahan sehubungan dengan
kebutuhan perubahan lighting façade. Dalam surat itu juga dinyatakan
bahwa PT. Monalisa Tunggal Jaya diberi kesempatan utnuk menyusun
proposal baru yang mengacu pada cakupan pekerjaan dan item-item yang
diusulkan pada penawaran 1 Desember 2011. Design lighting façade
gedung sudah dirancang oleh designer ATMOSFER dan sudah disetujui
oleh PT. Dipta Cipta.
Pada 9 Agustus 2012, berlangsung rapat antara Didik Kurniadi
(General Manager Operation PT. Mandiri Dipta Cipta) dengan Jong Zandy.
Dalam rapat itu Didik meminta agar pemasangan lampu di MDS segera
diselesaikan. Didik juga meminta agar barang yang sudah dibayar melalui
uang muka segera diletakkan di gudang MDS, namun Jong Zandy ingkar
janji.
Jong Rocky Sanjaya memiliki beberapa harta, antara lain 3 (tiga)
unit Satuan Rumah Susun non hunian berupa kios seluas 7,80m2 yang
terletak di Lindeteves Trade Centre, Lantai 2 Blok C.37 Nomor 1, 2, dan 5.
Sedangkan harta yang dimiliki oleh PT. Mandiri Dipta Cipta antara lain
adalah bangunan di Mangga Dua Square lantai 3 Blok C beserta segala isi
peralatan yang ada didalamnya, dan bangunan di Mangga Dua Square
Lower Ground Blok A No.256-261. beserta segala isi peralatan yang ada
didalamnya.

B. Dasar Teori
1. Pengertian Penyitaan
Penyitaan berasal dari terminologi Beslag (Belanda)2. Pengertian yang
dikandung didalamnya adalah:3

2
Marianne Termorshuizen, Kamus Hukum Belanda-Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999), hlm.
49.
3
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, cet. 5, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 282.

3
a. Tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa
dalam keadaan penjagaan4 (to take into custody the propery of a
defendant).
b. Tindakan paksa penjagaan (custody) itu dilakukan secara resmi
berdasarkan perintah pengadilan atau hakim.
c. Barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut, berupa
barang yang disengketakan, tetapi juga boleh barang yang akan
dijadikan sebagai alat pembayaran atau pelunasan utang debitur
atau tergugat, dengan cara menjual lelang (executorial verkoop)
barang yang disita tersebut.
d. Penetapan dan penjagaan barang yang disita, berlangsung
selama proses pemeriksaan, sampai ada putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap, yang menyatakan sah atau tidak
tindakan penyitaan tersebut.
Penyitaan dalam Hukum Acara Perdata pada dasarnya adalah tindakan
persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata.
Barang-barang yang disita untuk kepentingan kreditur (penggugat)
dibekukan, ini berarti bahwa barang-barang itu disimpan (diconserveer)
untuk jaminan dan tidak boleh dialihkan atau dijual (Pasal 197 ayat 9,
199 HIR, 212, 214 Rbg).69 Selain itu, ketentuan mengenai penyitaan
juga diatur dalam Pasal 227 ayat (1) HIR, Pasal 261 ayat (1) RBG atau
Pasal 720 Rv mengenai penyitaan terhadap barang bergerak dan barang
tidak bergerak milik tergugat, serta penyitaan barang bergerak milik
penggugat yang berada dalam kekuasaan tergugat yang diatur dalam
Pasal 261 ayat (1) HIR.

2. Sita Conservatoir (Convervatoir Beslag)


Sita conservatoir merupakan salah satu bentuk sita jaminan
selain sita revindicatoir. Sita conservatoir merupakan tindakan
persiapan dari pihak penggugat dalam bentuk permohonan kepada

4
Merriam Webster’s Dictionary of Law, Merriam Webster Springfield, Massachusetts, 1966, hlm.
451.

4
Ketua Pengadilan Negeri untuk menjamin dapat dilaksanakannya
putusan perdata dengan menguangkan atau menjual barang debitur yang
disita, guna memenuhi tuntutan penggugat.5 Berdasarkan pasal 227
HIR, syarat mengajukan permohonan sita conservatoir, yaitu:
a. Harus ada persangkaan yang beralasan bahwa tergugat selagi
belum dijatuhkan keputusan yang dapat dilaksanakan, mencari
akal akan menggelapkan atau membawa barangnya.
b. Barang yang disita adalah barang milik tergugat.
c. Sita conservatoir diletakkan terhadap barang bergerak maupun
barang yang tidak bergerak
Yang berwenang menentukan atau menilai unsur persangkaan
adalah hakim, bukan penggugat. Sekalipun penggugat berhak
mengajukan fakta-fakta tentang adanya dugaan atau persangkaan
berupa petunjuk-petunjuk penggelapan yang akan dilakukan terhadap
harta terperkara atau harta kekayaannya, penilaiannya tergantung pada
pendapat dan pertimbangan hakim.6
Setiap saat debitur atau tersits dapat mengajukan permohonann
kepada hakim yang memeriksa pokok perkara yang bersangkutan, agar
sita jaminan atas barangnya dicabut. Permohonan pencabutan atau
pengangkatan sita jaminan dari debitur dapat dikabulkan oleh hakim
apabila debitur menyediakan tanggungan yang mencukupi (Pasal 227
ayat 5 HIR, 261 ayat 8 Rbg). Demikian pula apabila ternyata sita
jaminan itu tidak ada manfaatnya (vexatoir) atau barang yang telah
disita ternyata bukan milik debitur.
Yang dapat disita secara conservatoir adalah: barang bergerak
milik debitur, barang tetap milik debitur, dan barang bergerak milik
debitur yang ada di tangan orang lain.

5
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka,
2013), hlm. 98.

6
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan dan Penerapan Conservatoir Beslag, (Bandung:
Pustaka, 1990), hlm. 37.

5
a. Sita conservatoir atas barang bergerak milik debitur (Pasal 227
jo. 197 HIR, 261 jo. 208 Rbg)7
Barang bergerak yang disita harus dibiarkan tetap ada pada
tergugat atau tersita untuk disimpannya dan dijaganya serta
dilarang menjual atau mengalihkannya. Berdasarkan pasal 201
dan 202 HIR, tidak dapat diadakan sita rangkap terhadap barang
yang sama. Asas larangan sita tangkap ini disebut saisie sur
saisie ne vaut. Para kreditur lainnya dapat mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk ikut serta
dalam pembagian hasil penjualan barang debitur yang telah
disita.
b. Sita conservatoir atas barang tetap milik debitur (Pasal 227, 197,
198, 199 HIR, 261, 208, 214 Rbg)8
Jika yang disita adalah barang tetap, penyitaan itu harus
diumumkan dengan memberi perintah kepada kepala desa
supaya penyitaan tetap itu diumumkan di tempat, agar diketahui
oleh orang banyak. Kecuali salinan berita acara penyitaan
didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Tanah.
c. Sita conservatoir atas barang bergerak milik debitur yang ada di
tangan pihak ketiga atau derdenbeslag (Pasal 728 Rv, 197 ayat
8 HIR, 211 Rbg)9
HIR tidak mengatur derdenbeslag sebagai sita conservatoir,
tetapi sebagai sita eksekutorial. Untuk melindungi kepentingan
kreditur agar terjamin haknya srta untuk memenuhi kebutuhan
praktik, perlu dibuka kemungkinan untuk mengadakan
derdenbeslag.
d. Sita conservatoir terhadap kreditur (Pasal 75a Rv)10

7
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka,
2013), hlm. 101.

8
Ibid, hlm. 102
9
Ibid, hlm. 103.
10
Ibid, hlm. 104.

6
Ada kemungkinannyabahwa debitur meempunyai piutang
kepada kreditur. Dalam hal ini, kreditur yang mengajukan
gugatan dapat mengajukan permohonan sita conservatoir kepada
dirinya sendiri. Pada hakikatnya ini tidak lain adalah
derdenbeslag, hanya dalam hal ini pihak ketiga itu adalah
kreditur sendiri.
e. Sita gadai atau pandbeslag (Pasa 751-756 Rv)11
Hanya dapat diajukan berdasarkan tuntutan yang disebut dalam
pasal 1139 sub 2 BW dan dijalankan atas barang-baramg yang
disebut dalam pasal 1140 BW.
f. Sita conservatoir atas barang-barang debitur yang tidak
mempunyai tempat tinggal yang dikenal di Indonesia atau orang
asing bukan penduduk Indonesia (Pasal 757 Rv)12
Tujuannya adalah untuk melindungi penduduk Imdonesia
terhadap orang asing yang bukan penduduk Indonesia.
g. Sita conservatoir atas pesawat terbang (Pasal 763h-763k Rv)13
h. Penyitaan barang milik negara
Pada dasarnya bafang0barang milik negara, yaitu seperti uang
negara yang ada pada pihak ketiga, piutang negara pada pihak
keyiga, barang-barang milik negara tidak dapat disita kecuali
ada izin dari hakim. Izin untuk menyita itu harus dimintakan
kepada Mahkamah Agung.

C. Analisis Putusan
Pada perkara anatara PT. Mandiri Dipta Cipta dan PT. Monalisa
Tunggal Jaya dalam putusan nomor 24/Pdt.G/2013/PN.JKT.BAR, yang
menjadi penggugat adalah PT. Mandiri Dipta Cipta, sedangkan PT.
Monalisa Tunggal Jaya adalah tergugat I, dengan direksinya Jong Rocky

11
Ibid.
12
Ibid, hlm. 105.
13
Ibid.

7
Sanjaya sebagai tergugat II, dan dewan komisarisnya Jong Zandy sebagai
tergugat III yang selanjutnya disnebut para tergugat.
Dalam gugatannya yang tertera pada putusan halaman 11, PT.
Mandiri Dipta Cipta mengajukan permohonan sita jaminan (conservatoir
beslag) kepada hakim untuk melindungi kepentingan penggugat
sehubungan dengan gugatan a quo serta demi menghindari adanya upaya-
upaya para tergugat untuk mengalihkan asetnya (illusionir). Sita jaminan
tersebut dimohonkan untuk ditujukan kepada aset-aset milik para tergugat
yaitu:
1. 3 (tiga) unit Satuan Rumah Susun non hunian berupa kios seluas
7,80m2 yang terletak di Lindeteves Trade Centre, Lantai 2 Blok
C.37 Nomor 1, 2, dan 5.
2. Serta terhadap harta kekayaan milik para tergugat lainnya yang
perinciannya akan diserahkan oleh penggugat kemudian.

Sita jaminan dalam perkara ini merupakan conservatoir beslag


karena barang yang disita merupakan barang milik debitur. Majelis hakim
mengabulkan untuk meletakkaan sita jaminan atas 2 unit rumah susun non
hunian berupa kios milik Jong Rocky Sanjaya.
Apabila kita menilik kembali kepada syarat untuk mengajukan
permohonan sita conservatoir, yaitu harus ada prasangka bahwa tergugat
berusaha melarikan/memindahkan aset sebelum putusan dijatuhkan atau
dilaksanakan, maka terlihat bahwa kekhawatiran penggugat dalah
mengajukan permohonan sita ini sangat lah jelas. Dengan preseden buruk
yang dimiliki oleh para tergugat, dimana belum menyelesaikan pekerjaan
yang telah disepakati (pemasangan lampu) dalan SPK 1 Dsember 2011,
serta berdasarkan keterangan saksi Didik bahwa tergugat III selalu ingkar
janji. Dalam hal ini cukup dikemukakan dugaan yang beralasan, sehingga
tidak perlu digunakan acara pembuktian menurut undang-undang14.
Dalam gugatam rekonpensi, penggugat rekonpensi (PT. Monalisa
Tunggal Jaya) mengajukan permohonan sita jaminan berupa sita

14
Pasal 720 Rv, Star Busmann, hlm. 719.

8
conservatoir terhadap aset tergugat (PT. Mandiri Dipta Cipta) berupa
bangunan di Mangga Dua Square lantai 3 Blok C beserta segala isi peralatan
yang ada didalamnya, dan bangunan di Mangga Dua Square Lower Ground
Blok A No.256-261. beserta segala isi peralatan yang ada didalamnya.
Pengajuan permohonan ini ditolak oleh Majelis Hakim karena
gugatan rekonpensi ditolak pula secara keseluruhan. Alasan yang
dikemukakan oleh penggugat rekonpensi untuk mendasari pengajuan
permohonan sita jaminan kuranglah kuat, dan seakan-akan permohonan itu
diajukan hanya sebagai “serangan balik” kepada penggugat.

DAFTAR PUSTAKA

Fierdianna Dwi Handayani, Tinjauan Sita Jaminan terhadap Saham Go Public di


Bursa Efek, Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009

Harahap, Yahya. Ruang Lingkup Permasalahan dan Penerapan Conservatoir


Beslag. Bandung: Pustaka, 1990.

______________. Hukum Acara tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,


Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Cet ke-5. Jakarta: Penerbit Sinar
Grafika, 2007.

Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Edisi revisi.


Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2013.

Oloando Kristi, Sita Jaminan terhafap Barang yang Dilelang, Skripsi pada
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011

Soesilo, R. RIB/HIR dengan Penjelasan. Bogor: Policia, 1995.

Springfield, Merriam Webster. Merriam Webster’s Dictionary of Law.


Massachusetts, 1966.

Sutantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara Perdata


dalam Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit cv. Mandar Maju, 2009.

9
Termorshuizen, Marianne. Kamus Hukum Belanda-Indonesia. Jakarta: Djambatan,
1999.

10

Anda mungkin juga menyukai