Anda di halaman 1dari 5

Nama : M Rafi Nabhan N

NIM : 171244021
Kelas : 4-PM
Tugas Kajian Literatur PKN
Video 1 : Jokowi Unggah Dukungan Bank Dunia pada Omnibus Law UU Cipta Kerja
Link : https://www.youtube.com/watch?v=74UxjwY3z7c
Video 2 : Prabowo: Banyak Pendemo yang Belum Baca Omnibus Law UU Cipta Kerja
Link : https://www.youtube.com/watch?v=7YDscs4AYWs
Video 3 : Begini Kata Pengusaha Soal Omnibus Law UU Cipta Kerja
Link : https://www.youtube.com/watch?v=LNJnkV9iAh0
Simak ketiga video diatas dan buat kajian literature (dari banyak sumber yang relevan) dan telah
ditelaah, kemudian analisis dari berbagai sudut pandang, serta erikan rekomendasi atau saran
yang solutif.

Jawab :
Pada ketiga video diatas berisikan atau semuanya membahas tentang Omnibus Law UU
Cipta Kerja yang baru saja disahkan oleh DPR yang menimbulkan polemik dimasyarakat akhir -
akhir ini. Awalnya wacana tentang Omnibuw Law muncul pertama kali Dalam pidato
pelantikannya 20 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo meyampaikan konsep hukum
perundang-undangan yang disebut Omnibus Law. Secara defenisi omnibus law berasal dari
bahasa latin omnis yang berarti untuk semua atau banyak sedangkan kata law yang berarti
hukum, maka omnibus law dapat didefenisikan sebagai hukum untuk semua. Mantan Gubernur
Jakarta sekaligus Mantan Wali Kota Solo itu menjelaskan, konsep itu bakal menyederhanakan
suatu kendala regulasi . Wacana nya, Jokowi bersma anggota DPR mengelurkan dua Omnibus
Law, yakni Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja dan UndangUndangPemberdayan UMKM.
Presiden Joko Widodo sangat keberatan dengan banyaknya peraturan yang dimiliki Indonesia.
Regulasi itu, berkisar sekitar ribu aturan yang mencakup Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Menteri hingga Peraturan Gubernur, Wali kota dan Bupati di
daerah. Ribu peraturan tersebut ada yang bertentangan. Banyaknya peraturan tersebut membuat
sikap pemerintah mengambil keputusan menjadi lambat.
Sebagai Negara hukum peraturan perundang - undangan dicitrakan dan menjawab semua
permasalahan kebangsaan dengan kepentingan politis partai politik dan politisi di lembaga perwakilan.
Sebagai produk hukum perundang-undangan dianggap sebagai hal yang objektif karena dibuat dalam
proses dan teknis penyusunan yang taat dan sesuai dengan asas hukum oleh lembaga perwakilan rakyat.
Perundangundangan dapat didefinisikan sebagai Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan
perundang-undangan di Indonesia sering kali memberi ketidakpastian hukum, dampaknya banyak
tumpang tindih peraturan baik tingkatan hierarki yang sama atau dengan peraturan dibawahnya. Ke tidak
jelasan hukum dalam berbagai UU menjadi opini sebagai suatu persoalan yang menghambat investasi
selama ini. Jadi, UU Omnibus Law dinilai menjadi jalan keluar menyelesaikan persoalan investasi
dan kelak menjadi daya ungkit perekonomian Nasional , Sementara menurut data dari BKPM (2019),
realisasi investasi dalam negeri dan investasi asing sebesar Rp. 200,5 triliun dengan komposisi PMA
sebesar Rp. 104,9 triliun (52,3%) dan PMDN 95,6 triliun (47,7%) pada triwulan II tahun 2019. Sektor
yang menjadi primadona untuk PMA adalah Listrik, Gas dan Air dengan nilai investasi sebesar USD
1.350,5 Juta. Dengan demikian RUU Omnibus Law merupakan kekuatan supra struktur . Ada beberapa
poin yang menjadi substansi dalam rancangan undang-undang Omnibus Law; penyederhanaan perizinan
berusaha, persyaratan investasi, ketengakerjaan, kemudahan dan perlindungan UMKM, kemudahan
berusaha, riset dan inovasi, administrasi pemerintahan, pengenaan sanksi (menghapus pidana), pengadaan
lahan, kemudahan proyek pemerintah dan kawasan ekonomi. Kesembilan aspek tersebut menjadi pokok
usulan yang diharapkan memberikan kontribusi terhadap penciptaan lapangan pekerjaan yang besar
dengan harapan mampu mengurangi jumlah angka pengangguran terbuka sebesar 6,82 juta jiwa (data
BPS 2019).
Omnibus law adalah suatu Undang-Undang (UU) atau regulasi yang dibuat untuk menyasar satu
isu besar yang mungkin dapat mencabut atau mengubah beberapa UU sekaligus sehingga menjadi lebih
sederhana. Istilah hukum tersebut belakangan ini sedang marak di Indonesia. Pasalnya, pemerintah
Indonesia sedang menyusun omnibus law yang tujuan akhirnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional. Ada tiga hal yang disasar pemerintah, yakni UU perpajakan, cipta lapangan kerja, dan
pemberdayaan UMKM. Menurut Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Rizky Argama,
bukan hanya Indonesia yang akan menerapkan omnibus law, melainkan sudah ada sejumlah negara yang
menerapkannya sebagai strategi untuk menyelesaikan persoalan regulasi yang berbelit dan tumpang
tindih.

- Omnibus Law dari Sudut Pandang Serikat Pekerja


Negara Indonesia adalah Negara yang menganut sistem civil law. Indonesia adalah Negara hukum
materiil yang juga disebut Negara Hukum Modern atau Negara Kesejahteraan. Tujuan yang hendak
dicapai oleh Negara Indonesia adalah terwujudnya masyarakat adil dan makmur baik spiritual maupun
materiil berdasarkan Pancasila.

Konsep Hukum Negara Kesejahteraan disebut juga sebagai Negara Hukum Modern (idealistis)
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengutamakan kepentingan seluruh rakyat
2. Negara ikut terlibat dalam semua aspek kehidupan masyarakat
3. Kesetaraan kesempatan, distribusi kekayaan yang setara dan tanggung jawab masyarakat
terhadap orang-orang yang tidak mampu memenuhi persyaratan minimal untuk menjalani
kehidupan yang layak.
4. Tugas dari suatu welfare state adalah menyelenggarakan kesejahteraan umum
5. Tugas Negara adalah menjaga keamanan dalam arti luas yaitu keamanan sosial di segala
lapangan kehidupan masyaarakat
Kesejahteraan sosial adalah bagian tidak terpisahkan dari cita-cita kemerdekaan dan muara dari agenda
pembangunan kesejahteraan sosial. Melalui pasal 27 dan 34 UUD 1945 terlihat bahwa Indonesia
menganut prinsip keadilan sosial dan secara eksplisit mengamanatkan tanggung jawab pemerintah dalam
pembangunan sosial.
- Omnibus Law Dari Sudut Pandang Akademis
Presiden Joko Widodo memprediksi hukum telah membuat investasi tidak menarik. Regulasi bertumpuk.
Birokrasi berbelit. Waktu mengurus perizinan mengular. Obesitas regulasi menimbulkan dampak serius.
Pertama, lemahnya daya saing investasi (Ease of Doing Business/EoDB) dan pertumbuhan sektor swasta.
Misalkan saja di bidang kemudahan berusaha EODB yang dirilis Bank Dunia (World Bank), Indonesia
menduduki peringkat ke 73 dari 190 negara.
Dalam laporan tahun 2019, posisi Indonesia tercatat turun satu peringkat dibandingkan tahun sebelumnya
meskipun indeks yang diraih pemerintah naik 1,42 menjadi 67,96. Omnibus Law hadir menjadi terobosan
untuk menjawab dua hal sekaligus, yaitu efisiensi hukum dan harmonisasi hukum. RUU Omnibus Law
sebenarnya mengambil konsep hukum di negara-negara _common law_, di mana Indonesia menganut
sistem _civil law_, sehingga wajar jika masyarakat Indonesia agak kurang akrab dengan omnibus law.
Walaupun memang Indonesia sudah memiliki UU yang serupa.
Pada prinsipnya, omnibus law adalah satu undang-undang yang mengatur beberapa kepentingan luas yang
serupa. Dari segi hukum, UU model omnibus law adalah barang baru bagi Indonesia. Hal ini harus
diterima masyarakat sebagai bentuk terobosan hukum, untuk menjadikan masa depan Indonesia semakin
maju. Adapun beberapa catatan di antaranya adalah pertama, ada semangat yang baik dan bagus dalam
mengefisiensi keluhan investor, untuk menanamkan investasi di Indonesia. Semangat Presiden Joko
Widodo membuat terobosan omnibus law sayangnya tidak linear saat dimasukkan dengan teknis omnibus
law.
Salah satu di antaranya, terlalu banyak materi dalam omnibus law yang disinggung, seperti UU tentang
pers, UU tentang kesehatan, dan lainnya, yang sebenarnya tidak langsung berkenaan dengan investasi.
Kedua, ada terobosan yang menjadi masalah, dimana PP bisa menggeser UU. Secara umum, hukum di
Indonesia tidak memberikan peluang di mana PP bisa mengganti atau menggeser UU. Ketiga, Presiden
Joko Widodo sepertinya gelisah, karena ketika Pilkada berlangsung serentak, menjadikan hubungan
antara pusat dan daerah seperti terputus.
Di satu sisi, Kepala Daerah merasa sebagai sosok independen dari pemerintah pusat, karena telah dipilih
oleh rakyat di daerahnya. Hal ini dikuatkan dengan keluhan BKPM bahwa ada kepala daerah yang tidak
mengikuti instruksi Presiden tentang investasi. Permasalahan utama adalah ada konfigurasi politik yang
berbeda antara pusat daerah, sehingga perintah presiden bisa diterjemahkan berbeda. Dengan demikian,
Presiden Joko Widodo mencoba untuk menarik perizinan yang diatur pemerintah daerah, ditarik menjadi
wewenang pemerintah pusat.
Semangat reformasi adalah desentralisasi kekuasaan, di mana kewenangan dibagi antara pusat dan daerah.
Jika peraturan perizinan daerah ditarik ke ranah pemerintah pusat, maka akan timbul perdebatan tentang
sistem desentralisasi yang menjadi ruh dari refromasi. Masukan kalangan akademisi kepada pemerintah
adalah, dalam melakukan sosialisasi omnibus law, pemerintah seharusnya melakukan secara bertahap.
Pertama yaitu memberikan paradigma ke masyarakat bahwa omnibus law akan berkomitmen pada
demokrasi.
Kedua, pemerintah pusat akan membuat komitmen pada pemerintah daerah, serta ketiga, pemerintah
pusat dan daerah akan menjalankan komitmen pada penegakan hukum. Selanjutnya, bisa teruskan pada
perumusan pasal yang dilakukan secara tehnis. Omnibus law didominasi oleh pasal yang mengatur pada
perizinan. Ada dilema di mana Pilkada yang tidak sehat, maka perizinan dijadikan sarana menunjang
pemenangan, meski tidak selalu. Solusi utama masalah tersebut tidak berarti harus mencabut seluruh
kewenangan perizinan yang dikelola pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Sesuai dengan
semangat akademis, permasalahan tersebut sebaiknya diselesaikan dengan mengedepankan demokrasi
ekonomi yang berjalan sehat, yang linear dengan penegakan hukum terhadap perizinan yang tidak benar,
dan terhadap oknum-oknum yang bermain dalam perizinan.
Tanggapan Video :
- Berdasarkan video pertama mengenai Bank Dunia mendukung pemerintahan Jokowi tentang
Omnibus law yang diharapkan dapat menjadikan Indonesia lebih kompetitif, menurut saya kurang
tepat jika diterapkan diindonesia karena Bank Dunia yang menganut paham Ekonomi Neoliberal.
Paham ini memfokuskan pada metode pasar bebas, pembatasan yang sedikit terhadap perilaku
bisnis dan hak-hak milik pribadi. Dalam kebijakan luar negeri, neoliberal erat kaitannya dengan
pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi,
diplomasi, dan/atau intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada perdagangan bebas.
Dengan adanya pasar bebas ini dikhawatirkan akan mengancam pengusaha-penusaha lokal
Indonesia untuk sullit berkembang. Walaupun tujuan dari Omnibus law ini adalah untuk menarik
investor – investor luar agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia dan juga untuk
pemulihan ekonomi Indonesia.
- Berdasarkan video kedua yang berisikan Prabowo mengatakan banyak pendemo yang belum
membaca Omnibus law dan terdapat banyak hoaks dalam isi nya pendapat saya adalahhoaks yang
terjadi disebabkan karena tidak adanya transparansi dari pemerintah sehingga masyarakat
bingung mana yang harus dipercaya. Menurut saya seharusnya pemerintah hadir dengan
memberikan sosialisasi kepada masyarakat sebelum UU itu di sahkan dan menjadi polemik akhir-
akhir ini. Dan saya tidak setuju jika pak Prabowo mengatakan para pendemo banyak yang belum
membaca mengenai isi Omnibus Law karena point - point yang di protes oleh pendemo cukup
jelas.
- Berdasarkan video ketiga yang membahas tentang pandangan pengusaha mengenai omnibuslaw
ini dari narasumber (Rosan Roeslani) mengatakan bahwa DPR dan Pemerintah sudah
memberikan hasil yang terbaik, dimana perancangan RUU inisudah melalui beberapa proses yang
panjang dan terbuka. Dan reformasi struktural harus dilakukan sesegera mungkin dan secepat
mungkin agar Indonesia tidak tertinggal lagi. Pandangan dari narasumber ini sangat bertolak
belakang dengan fakta yang ada pada saat pengesahan Omnibus law seperti prosedural dalam
pembuatan UU Omnibus Law ini banyak sekali yang dilewati, terdapat perbedaan jumlah
halaman hasil paripurna dan yang diberikan kepada presiden, dan terdapat beberapa perubahan
didalam substansinya. Padahal setelah saya pelajari, bahwa naskah yang sudah di sahkan atau di
ketok palu itu sudah tidak diperbolehkan adanya perubahan. Ditambah lagi dengan adanya
kegaduhan antara anggota DPR pada saat paripurna yang berdampak pada semakin geram nya
masyarakat sehingga berakhir demonstrasi besar – besaran.

Solusi :
Pemerintah seharusnya memberikan transparansi dan sosialisasi mengenai Omnibus law ini
karena tidak semua lapisan masyarakat memiliki pola fikir yang sama, selain itu untuk DPR seharusnya
tidak mengabaikan procedural pengesahan UU yang ada agar tidak menimbulkan kejanggalan dan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap DPR, dan dalam pengaplikasian Omnibuslaw ini harus
menyertakan seluruh elemen masyarakat terkait seperti buruh, para ahli, akademisi, dan pihak terkait.
Agar dapat mencapai tujuan bersama yang tidak merugikan pihak manapun dan tidak menimbulkan
polemik.

Anda mungkin juga menyukai