Omnibus Law:
Regulasi
Nano-Nano
BEM KM
UGM 2020
Perspektif
Normatif
Perkembangan pembentukan perundang-undangan telah
menemui terobosan yang breakthrough ketika muncul inisiasi
perumusan RUU Omnibus Law yang telah disepakati oleh Ke-
menterian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Badan Legislasi
(Baleg) Dewan Perwakilan Rakyat untuk dijadikan regulasi priori-
tas pada Prolegnas 2020. Omnibus law yang akan digadang oleh
pemerintah akan membahas mengenai ketenagakerjaan dan
pemberdayaan UMKM yang mana merupakan unsur penting
dan genting sebagaimana amanah Pasal 27 ayat (2) UUD NRI
1945 mengenai Hak masyarakat untuk mendapat pekerjaan dan
penghidupan yang layak.
BEM KM
UGM 2020
Landasan Omnibus
Mengutip dari Bryan A. Garner, et.al (Eds.) dalam Black’s Law
Dictionary Ninth Edition bahwa omnibus bill merupakan peratur-
an perundangan yang bersifat menagih atau memaksa, yang
mana pada sistem hukum amerika omnibus bill merupakan way
to force the executive to accept all the unrelated minor provi-
sions or to veto the major provision, yang sejatinya terdapat
prosedural hukum yang tidak kompatibel dengan sistem hukum
yang berlaku indonesia. Habitat dari omnibus bill yaitu common
law system memberikan keleluasaan parlemen untuk membuat
satu undang-undang baru untuk mengamandemen beberapa
undang-undang sekaligus. Berbeda dengan konsep omnibus
law yang ada di indonesia yaitu mengatur beberapa un-
dang-undang dalam satu perundang-undangan, namun hanya
menyisipkan atau mengurangi pasal dari regulasi utama atau
regulasi induknya sehingga status dari omnibus law dan induk
regulasinya menjadi bias.
BEM KM
UGM 2020
Penerapan
Omnibus Law
Disamping pelik dan biasnya status omnibus law di indonesia,
pada periode kedua Pemerintah Indonesia melalui kepemi-
mpinan Presiden Joko Widodo, masih terdapat target pertum-
buhan ekonomi yang harus dipenuhi. Pemerintah menegaskan
kompleksitas tingkat tinggi pada aspek regulasi yakni sejumlah
42 ribu aturan sehubungan mulai dari undang-undang, peratur-
an pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri hingga
peraturan gubernur, walikota dan bupati. Banyaknya regulasi ini
menghambat kecepatan pemerintah dalam mengambil keputu-
san. Pendekatan yang usang terkait regulasi yang parsial masih
muncul sebagai kendala perundang-undangan. Pembentukan
regulasi pada tingkatan kementerian, lembaga pusat dan pe-
merintah daerah juga dinilai masih menekankan ego sektoral
yang kemudian mengabaikan fakta terkait kebutuhan sektor
lain secara khusus dan kebutuhan hukum masyarakat secara
umum.
BEM KM
UGM 2020
Penerapan
Omnibus Law
dengan aspek Ease of Doing Business (EoDB) pada tahun 2019.
Berdasarkan beberapa parameter untuk mengukur EoDB terse-
but yakni melalui 10 aspek mencakup:
BEM KM
UGM 2020
BEM KM
UGM 2020
Kendala.
Berdasarkan perencanaan pembentukan omnibus law, kita
dapat menelisik lebih dalam bahwasannya prioritas pemerintah
merujuk pada pendekatan simplifikasi berupa pemangkasan
regulasi, perizinan dan penghematan waktu. Simplifikasi ini
memiliki orientasi utama untuk meningkatkan investasi dan di
saat yang bersamaan juga menguntungkan Maka dari itu,
menurut Penulis terdapat dua tantangan yang perlu diperhati-
kan yakni pertama, harmonisasi peraturan. Omnibus Law juga
menunjukkan posisinya sebagai regulasi yang dipertanyakan
statusnya apakah sebagai sekelompok aturan terpisah yang
berkedudukan lex speciali atau regulasi yang membaharui reg-
ulasi lain berkedudukan sebagai lex posteriori. Maka perlu
diperjelas posisinya agar teguh posisinya dalam hierarki pera-
turan perundang-undangan.
Harmonisasi yang membutuhkan koordinasi yang mumpuni
dan kerjasama antar lembaga sehingga terciptanya harmoni-
sasi regulasi. Perlu diingat bahwa terdapat banyak regulasi di
samping Undang-Undang mencakup diantaranya peraturan
pelaksana, peraturan teknis, peraturan menteri, keputusan
menteri, surat edaran dan lain sebagainya. Harmonisasi tidak
cukup dilakukan oleh pihak-pihak di pusat, maka dari itu pent-
ing bagi pemerintah pusat untuk memperhatikan kepentingan
pemerintah daerah. Setiap provinsi dan kabupaten/kota di
Indonesia tentunya ingin meningkatkan pendapatan daerah,
menekan angka pengangguran, mencapai produktivitas
ekonomi serta mencapai persaingan sehat antar daerah.
#ONIGIRI
BEM KM OPINI DALAM NEGERI
UGM 2020
Instansi daerah bisa saja memiliki regulasi yang beragam maka orien-
tasi dan target utama adalah meminimalisasi perbedaan pendapat di
internal pemerintah. Kewenangan pemerintah daerah seperti tertulis
dalam UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah, bahwa mas-
ing-masing daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur daer-
ahnya sendiri sesuai dengan amanat UU. Apabila Omnibus Law yang
diterapkan oleh pemerintah merubah unsur UU induk yang mana men-
jadi rujukan dari Peraturan Daerah atau peraturan kebijaksanaan
lainya yang di bawah tingkat UU akan mengalami kekacauan dan
perlu melakukan penyesuaian. Terlebih lagi sektor private yang juga
mempunyai regulasi yang berlandas pada Peraturan Daerah terkait
akan mengalami prahara yang perlu disesuaikan, yang mana me-
makan waktu dan biaya.
Impact Pembuatan
Omnibus Law
Menilik lebih dekat dengan perbandingan Omnibus Law di
Amerika, kita dapat memahami bahwasannya pembuatan Om-
nibus Law di Indonesia tidaklah relevan. Dampak penetapan
Omnibus Law dengan gaya dan pendekatan menyerupai Omni-
bus Bill di Amerika adalah terkait sulitnya pelaksanaan upaya
hukum. Hal ini ditengarai posisinya yang sekilas tampak seperti
tingkat Undang-Undang akan tetapi bila dilihat lebih kompre-
hensif hadir sebagai regulasi dengan tingkat di atas Un-
dang-Undang. Berdasarkan tatanan Pasal 7 UU 12/2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, di atas Un-
dang-Undang hanya ada TAP MPR dan tidak ada regulasi lain di
antara kedua instrumen tersebut. Jika membandingkan dengan
penerapan Omnibus Bill di negara common law, sebagai contoh
penerapan The Omnibus Public Land Management Act of 2009,
dimana UU ini menetapkan jutaan hektar lahan di Amerika Seri-
kat. sebagai kawasan lindung dan menetapkan sistem konser-
vasi lanskap nasional . Pembentukan UU ini diawali karena
adanya keprihatinan terhadap perubahan iklim yang dapat
mempengaruhi akses terhadap sumber daya air. Selain itu, UU
ini juga memiliki muatan recovery act yang diharapkan dapat
menghasilkan investasi yang bermanfaat bagi perlindungan
dan pemulihan ekosistem di Amerika Serikat. Mencermati The
Omnibus Public Land Management Act of 2009, maka bentuknya
adalah UU yang muatannya lebih dari satu materi substantif
yang sebelumnya. Dalam penerapan Omnibus Bill terkait, Ameri-
ka melalui beberapa proses perundangan yang tidak kompati-
BEM KM
UGM 2020
Kesimpulan
Konsep omnibus law juga dikenal dengan omnibus bill di
negara common law merupakan terobosan baru bagi indonesia.
Secara umum Omnibus Law yang digadang-gadang pemerintah
menjadi solusi atas ketidak efektif dan efisiennya birokrasi
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Yang
kedua Omnibus law dicanangkan sebagai regulasi yang mem-
permudah investasi masuk dengan memangkas izin lingkungan
yang berantai, memberikan jaminan kepada pekerja yang di
PHK dengan jaminan berupa kompensasi dan pelatihan ter-
tentu, dan juga kemudahan berusaha sangat linear dengan visi
pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dengan dunia usaha, yang nantinya akan mendongkrak per-
tumbuhan ekonomi indonesia. Namun status dari Omnibus Law
yang masih bias dimata sistem hukum indonesia, mulai dari
status utama dan juga upaya hukumnya. Terlebih lagi Omnibus
Law yang berkesan berpihak kepada pihak pebisnis juga mere-
sahkan masyarakat, terutama pekerja-pekerja yang terimbas
dari Omnibus Law khususnya mengenai Cipta Kerja. Untuk seka-
rang ini publik akan menilai, antara urgensi ekonomi dan kejela-
san hukum guna keadilan dan kepastian hukum bagi mas-
yarakat indonesia yang akan menjadi pilihan mereka.
Daftar Pustaka
Website
- “Ease of Doing Business Index,” accessed on January 24 2020 through https://www.-
doingbusiness.org/en/rankings
- Gais, R. (2020). Is Devolution Working? Federal and State Roles in Welfare. [online]
Brookings. Accessed 26 Jan. 2020. Through https://www.brookings.edu/arti-
cles/is-devolution-working-federal-and-state-roles-in-welfare
- Barrack Obama, ‘Obama Signs The Omnibus Public Lands Management Act of 2009’
(New York Times, 30 Maret 2009) diakses 27 Januari 2020
<https://www.nytimes.com/2009/03/30/us/politics/30la
Undang-undang
- Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-un-
dangan
- Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
- Undang-Undang No. 15 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan