Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, September 2020, hlm.

331 –341

Tarik Ulur Regulasi dan Hambatan Penerimaan Pajak E-Commerce:


Suatu Kajian Literatur
Bambang Haryadi, Agus Sari
Universitas Trunojoyo Madura, Jl. Raya Telang, Perumahan Telang Inda, Telang, Kamal, Kabupaten
Bangkalan, Jawa Timur 69162
bambang.haryadi@trunojoyo.ac.id doi.org/10.33795/jraam.v4i3.009

Informasi Artikel Abstract


Tanggal masuk 06-03-2020 This research aims to assess the tax potential for e-commerce, to assess
the controversy about taxation rules; to assess the barriers to tax. The
Tanggal revisi 11-07-2020
research approach employed was descriptive qualitative and this
Tanggal diterima 07-09-2020 research can also be categorized as literary study. The research results
show: (1) tax potential from digital trade is very large; (2) tax
Keywords: contribution is very significant; (3) the controversy over the
determination of the e-commerce tax has caused losses, because the tax
E-Commerce is only based on turnover and only for those who have an tax identity
Tax Barriers number (NPWP); (4) the barriers are low business awareness, weak
Tax Potential law enforcement, no specific regulations, and lack of ability to identify
online businesses.

Kata kunci: Abstrak


E-Commerce Tujuan riset ini adalah untuk menilai potensi pajak e-commerce, untuk
Hambatan Pajak mengurai kontroversi tentang aturan perpajakannya serta menilai
Potensi Pajak hambatan penerimaan pajak transaksi digital. Pendekatan riset yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif dan jenis penelitian adalah studi
kepustakaan. Studi diarahkan untuk analisis potensi pajak atas
perdagangan digital. Hasil penelitian menunjukkan: (1) potensi pajak
atas perdagangan digital Indonesia sangat besar; (2) kontribusi pajak e-
commerce sangat signifikan hasilnya; (3) tarik ulur penetapan pajak e-
commerce menimbulkan kerugian, dikarenakan pengenaan pajak hanya
berdasarkan omzet dan dikenakan hanya bagi yang memiliki NPWP;
(4) hambatan meliputi kesadaran pebisnis, lemahnya penegakan
hukum, belum ada peraturan khusus, serta belum memiliki kemampuan
mengidentifikasi pebisnis daring.

1. Pendahuluan itu dikarenakan adanya suatu wadah berupa


Perkembangan internet di masa kini aplikasi yang menyediakan fasilitas transaksi
telah memberi kemudahan bagi seluruh digital. Platform e-commerce secara efisien
pelaku bisnis dalam bertransaksi dengan telah menghubungkan pelanggan untuk
tanpa perlu bertemu langsung. Kemudahan mengakses informasi mengenai produk yang
331

Haryadi dan Sari, Tarik Ulur Regulasi dan Hambatan Penerimaan... 332

dipasarkan. Menurut data Asosiasi edaran tersebut belum diatur secara


Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia komprehensif mengatur mengenai transaksi
(AAJII) terdapat sejumlah pemakai internet perdagangan daring. Pada akhirnya peraturan
hingga berjumlah sekitar 171 juta atau mengenai pajak pertamban nilai (PPN) dan
sekitar 64,8% tahun 2019 [1]. pajak penghasilan (PPh) belum terlaksana.
Sistem dagang seperti ini sangat Berikutnya setelah pertumbuhan transaksi e-
memberikan banyak faedah bagi pelakunya. commerce berkembang pesat, pemerintah
Selain itu, memunculkan tantangan untuk mengeluarkan peraturan (PMK) bernomor
dapat meningkatkan efisiensi kehidupan serta 210 tahun 2018 [8].
kualitasnya [2]. Teknologi akan dapat Dalam peraturan ini menyebutkan bahwa
mempermudah segalanya, namun di sisi lain para pebisnis digital diharuskan memenuhi
ketergantungan terhadap komputer dan HP aturan tentang pajak penghasilan dan pajak
semakin tinggi pula. pertambahan nilai. Namun pada 29 Maret
Pada tahun 2014, Euro monitor 2019 melalui website kemenkeu.go.id
menegaskan bahwa omzet perdagangan menteri keuangan Sri Mulyani malah
digital Indonesia telah mencapai kurang lebih membatalkan peraturan nomor 210 tahun
1,1 miliar dolar Amerika. Hal ini didukung 2018 dan kemudian mengeluarkan PMK 32
data sensus BPS yang juga menyebutkan PMK.010/2019. Dengan demikian pebisnis
bahwa sekitar kurun waktu 10 tahun bisnis yang memiliki omzet hingga
ini meningkat 17 persen [3]. Hasil riset E- Rp4.800.000.000 dikenakan tarif
Conomy SEA [4], juga menyatakan bahwa di sebesarsetengah persen (0.5%) atas
Indonesia perkembangan bisnis digital telah omzetnya.
mencapai angka Rp391 triliun. Di mana Beberapa hasil penelitian terdahulu
angka ini merupakan angka terbesar untuk menunjukkan adanya pengaruh atau dampak
wilayah Asia Tenggara hingga mencapai positif atau perkembangan transaksi digital
49% kontribusinya. terhadap penerimaan pajak negara dilakukan
Wibowo menyatakan bahwa potensi oleh Pangesti menunjukkan bahwa terdapat
perkembangan digital sangat memengaruhi dampak e-commerce pada penerimaan pajak
model belanja daring yang dilakukan negara [9]. Meski begitu masih terdapat
generasi milenial [5]. Generasi milenial lebih beberapa kendala e-commerce yaitu belum
menyenangi mencari list harga yang bias banyak Wajib Pajak dalam menyetorkan
dibandingkan, diskon, fitur untuk dijadikan kewajiban pajaknya.
pertimbangan dalam menentukan pembelian Berikutnya penelitian dilakukan oleh
produk [6]. Perkembangan internet secara Lestari yang meneliti manfaat penggunaan
signifikan memberikan dampak terhadap sarana internet dalam bisnis. Hasilnya
perkembangan bisnis daring. Dengan adanya menunjukkan bahwa perusahaan yang
kemudahan akses internet ini bermunculan kompetitif merupakan perusahaan yang siap
toko–toko daring atau yang lebih umum menerapkan kemampuan teknologinya dalam
disebut daring shop. Dengan semakin sistem bisnisnya [10]. E-commerce adalah
maraknya pemakai internet tentu salah satu alat atau media untuk
berpengaruh terhadap peningkatan jumlah implementasi peningkatan penjualan atau
perdagangan pada gilirannya memunculkan omset serta mempertahankan tingkat
problematika di bidang keuangan, yaitu persaingan bisnis.
tentang bagaimana menerapkan pajak untuk Riset terdahulu menyatakan bahwa
bisnis ini [7]. transaksi digital sangat berkembang di
Pengaturan kebijakan perdagangan Indonesia [11]. Selama ini banyak pelaku
daring atau e-commerce telah dilakukan pada menawarkan barang dengan menggunakan
tahun 2013 melalui regulasi Dirjen Pajak media internet. Nilai dari transaksi e-
nomor 62 tahun 2013. Namun dalam surat commerce sangat tinggi dan dapat mencapai
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, September 2020, hlm. 331 –341

maksimal. Tentu akan rugi pemerintah tidak bertransaksi memiliki dampak yang cukup
memanfaatkan peluang ini. Perlu pemerintah besar dan signifikan terhadap penerimaan
membuar regulasi sebagaimana negara lain pajak negara. Untuk menangkap potensi
telah melakukan harmonisasi untuk meraih penerimaan dari perdagangan digital tersebut
pajak atas transaksi ini. maka tentu diperlukan upaya-upaya regulasi
Penelitian lain menguji perilaku dari pemerintah secara lebih serius dan
pebisnis daring dalam mencatat transaksi tertata.
daringnya, Hasil lain penelitian membuktikan Selanjutnya dari uraian pendahuluan dan
bahwa variabel e-commerce serta tingkat riset terdahulu, maka tujuan riset ini adalah
kepatuhan pelaku bisnis memiliki pengaruh untuk menilai potensi penerimaan pajak
positif terhadap penerimaan pajak [12]. E- negara atas pelaksanaan bisnis e-commerce
commerce berhubungan dengan tingkat berdasarkan kajian-kajian yang sudah ada.
kepatuhan WP. Kemudian varibael e- Selanjutnya riset juga bertujuan untuk
commerce memiliki tingkat pengaruh tinggi mengurai berbagai kontroversi tentang aturan
terhadap setoran pajak dengan dimediasi perpajakan dalam e-commerce, terakhir
variable kepatuhan. menilai beberapa hambatan yang dapat
Untuk mendapatkan pajak e-commerce, menghalangi penerimaan pajak negara atas
pemerintah perlu aktif bergerak dan peduli transaksi e-commerce.
dengan pertumbuhan bisnis ini. Dengan
menggali potensi pajak e-commerce tentunya 2. Metode
akan sangat bermanfaat bagi pembangnan Penelitian ini menggunakan pendekatan
serta mewujudkan keadilan bagi seluruh deskriptif kualitatif. Jenis penelitiannya
pelaku bisnis dalam bentuk apapun [9]. menggunakan studi kepustakaan (library
Hasil penelitian Diahvitaloka research) dalam rangka mendapatkan data,
menunjukkan bahwa diperlukan pengaturan informasi, karya tulis ilmiah yang berkenaan
PPh dan PPN atas perdagangan digital baik dengan tujuan atau objek penelitian. Dengan
tentang pajak yang dikenakan atas jasa kata lain studi ini mencoba menelaah sebuah
tempat yang diberikan, pajak penjualan masalah atau fenomena dengan cara kritis
barangnya, penyetoran penjualan kepada dan berfokus mendalam terhadap berbagai
pihak lain serta pajak lainnya [13]. macam bahan pustaka yang berkenaan
Di kabupaten Gresik memiliki potensi dengan masalah riset.
perdagngan digital yang sangat berkembang. Nazir menjelaskan tentang studi pustaka
Hasil lainnya KPP memiliki kesiapan yang merupakan cara memperoleh data dengan
baik dalam menerapkan pemungutan pajak cara melakukan telaah atas literatur, buku,
jenis transaksi ini. Beberapa kendala yang laporan, dokumen serta catatan berkenaan
muncul dalam riset adalah masih belum dengan topik penelitian [16]. Dari kajian
jelasnya pelaku bisnis dan jenis bisnis serta berbagai macam pustaka inilah peneliti akan
belum terbukanya para pelaku bisnis ini [14]. mendapatkan teori yang sesuai sehingga
Cahyadini dan Margana menunjukkan informasi yang dihasilkan dengan studi jenis
pengaruh e-commerce terhadap penerimaan ini dapat dijadikan pedoman untuk
pajak. Potensi pajak yang akan diterima dari memperkuat semua pendapat atau
jenis bisnis digital sangat besar. Itulah argumentasi yang ada. Berbagai macam
mengapa, seharusnya pemerintah membuat sumber kajian pustaka yang dipergunakan
aturan tertentu sehingga dapat berasal dari jurnal, buku, media cetak, koran,
memanfaatkan potensi tersebut dengan hasil riset dan lainnya.
baik[15]. Untuk tujuan riset ini maka kajian
Berdasarkan hasil kajian riset terdahulu pustaka sepenuhnya diarahkan kepada
disimpulkan bahwa ternyata perkembangan analisis atas potensi penerimaan pajak
teknologi yang memanfaatkan digital dalam pemerintah atas perdagangan digital atau e-
333

Haryadi dan Sari, Tarik Ulur Regulasi dan Hambatan Penerimaan... 334

commerce yang tengah marak di dunia dan digital (e-commerce) Indonesia bisa
Indonesia pada khususnya. Selain berjumlah US$ 82 miliar atau mencapai
menganalisis potensi kajian literatur angka Rp1.213,6 triliun. Tabel 1
diarahkan juga untuk membedah berbagai menunjukkan prediksi selama 7 tahun
kendala pemerintah dalam menangkap berjalan mulai tahun 2019 sampai dengan
berbagai potensi penerimaan pajak pada tahun 2025 jumlah transaksi perdagangan
bidang perdagangan digital. ecommerce dan penerimaan pajak. Terlihat
Data tentang potensi penerimaan pajak bahwa jumlah nilai transaksi selama 7 tahun
atas perdagangan digital diambil dari hasil berjalan dari tahun 2019 hingga tahun 2025
rilis riset google temasek pada tahun 2019 mencapai Rp5.335,4 triliun, atau rata-rata
dalam laporannya yang berjudul E-Conomy pertahun mencapai nilai transaksi Rp762,2
SEA 2019. Adapun data potensi penerimaan triliun.
pajak atas perdagangan digital untuk Dari prediksi jumlah perdagangan secara
McKinsey disarikan dari laporan risetnya digital atau e-commerce di atas maka tentu
tahun 2018 yang berjudul the digital akan memunculkan potensi penerimaan pajak
archipelago: how online commerce is driving bagi negara. Secara umum, terdapat 2 macam
Indonesia’s economic development. pajak atas perdagangan secara digital di atas
yaitu pajak pertambahan nilai serta pajak
3. Hasil dan Pembahasan penghasilan.
Perhitungan potensi penerimaan pajak Dalam aspek pajak pertambahan nilai
yang bisa diterima oleh pemerintah Indonesia atau PPN maka jumlah potensi pajak yang
dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak RI bisa diperoleh negara selama tahun 2019
didasarkan pada rilis hasil riset sejumlah sampai dengan tahun 2025 diperkirakan
perusahaan ternama yaitu Google Temasek mencapai Rp533,54 triliun, atau secara rata-
dan McKinsey tentang prediksi jumlah rata pertahun jumlah potensi pajak dari PPN
transaksi e-commerce di Indonesia. antara tahun 2019 sampai dengan tahun 2025
Prediksi menggunakan rilis Google diperkirakan mencapai Rp76,22 triliun
Temasek, 2019. Rilis pertama oleh Google pertahun.
Temasek, 2019 menyatakan bahwa Sementara itu dalam aspek pajak
perdagangan elektronik atau e-commerce di penghasilan atau PPh, peneliti menggunakan
Indonesia diperkirakan memiliki nilai asumsi minimal yaitu semua perdagangan
transaksi digital yang terbesar di Asia dilakukan oleh pengusaha yang omsetnya
Tenggara pada tahun 2019 yaitu senilai kurang dari 4,8 miliar pertahun, dan tarif
US$21 miliar atau sekitar Rp310,8 triliun yang dikenakan adalah hanya 0,5% dari
dengan nilai kurs Rp14.800 perdolar omset.
Amerika[4]. Selanjutnya diperkirakan bahwa
pada tahun 2025 nilai transaksi perdagangan
Tabel 1. Prediksi Potensi Penerimaan Pajak Google Temasek
Keterangan 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah

Nilai Transaksi Pertahun (Triliun Rp) 310.8 461.8 611.2 762.2 913.2 1,062.6 1,213.6 5.335,4
Potensi Penerimaan PPN (10%) 31.1 46.2 61.1 76.2 91.3 106.3 121.4 533,54
Potensi Penerimaan PPh (0,5%) 1.6 2.3 3.1 3.8 4.6 5.3 6.1 26,7
Jumlah Potensi Penerimaan 32.6 48.5 64.2 80.0 95.9 111.6 127.4 560,24
76,22
Rata-Rata Pertahun PPN
Rata-Rata Pertahun PPh 3,81
Sumber: Hasil Riset Google Temasek 2019
Haryadi, dan Sari, Tarik Ulur Regulasi dan Hambatan Penerimaan... 335

Dalam transaksi ini pajaknya berlaku mencapai angka transaksi digital 800 triliun
tarif final sebesar 1% dari seluruh perolehan rupiah. Dengan kata lain akan terjadi
kotor penjualan, kepada Wajib Pajak peningkatan omset perdagangan digital
pribadi dan badan dengan perolehan selama tahun 2017 hingga 2022 mencapai 5
perdagangan minimal Rp4.800.000.000 kali lipat jumlah omset tahun 2017, atau
setahun [17]. iHal ini telah diatur pada PP 23 pertahun tumbuh kenaikan omset hingga
tahun 2018 (pengganti PP 46/2013). Dengan 117%. Tabel 2 merupakan perkiraan jumlah
demikian maka jumlah potensi pajak perdagangan digital dan potensi penerimaan
penghasilan yang bisa diperoleh negara pajak negara pertahun sepanjang 6 tahun
selama tahun 2019 sampai dengan tahun berjalan yaitu antara tahun 2017 sampai
2025 diperkirakan mencapai Rp26,70 triliun, dengan tahun 2022 menggunakan asumsi
atau secara rata-rata pertahun jumlah potensi McKinset. Dari Tabel di atas menunjukkan
pajak dari PPh antara tahun 2019 sampai bahwa jumlah nilai transaksi selama 6 tahun
dengan tahun 2025 diperkirakan mencapai berjalan telah mencapai angka Rp2.751
Rp3,81 triliun pertahun. triliun, atau rata-rata pertahun mencapai nilai
Dari analisis prediksi potensi transaksi digital Rp458,5 triliun.
penerimaan negara berbasis data rilis Google Berdasarkan jumlah perdagangan digital
Temasek, 2019 menunjukkan bahwa atau e-commerce di atas juga dapat
memang potensi perdagangan bisnis secara memunculkan potensi penerimaan pajak bagi
daring atau digital ini sangat besar sekali hal negara yaitu pajak pertambahan nilai atas
ini didukung dengan jumlah penduduk dan penyerahan barang (PPN) serta PPh atau
pengguna bisnis dengan ecommerce di pajak penghasilan. Maka Pertama, potensi
Indonesia yang terus berkembang sepanjang PPN yang bisa diperoleh negara selama
tahun. Hampir semua lapisan masyarakat di tahun 2017 sampai dengan tahun 2022
Indonesia tentu sudah menggunakan media diperkirakan mencapai angka Rp275,1
ini digital dalam rangka mencukupi triliun, atau secara rata-rata pertahun jumlah
kebutuhan setiap harinya. Perlu kiranya potensi pajak dari PPN antara tahun 2017
pemerintah untuk segera melakukan langkah sampai dengan tahun 2022 diperkirakan
kongkrit yang mampu menangkap setiap mencapai Rp45,85 triliun pertahun.
peluang dalam perkembangan bisnis dengan Sedangkan untuk menghitung potensi
model baru aitu via digital. aspek pajak penghasilan atau PPh, peneliti
Prediksi menggunakan rilis tetap menggunakan asumsi minimal yaitu
McKinsey, 2017. Rilis kedua sebagai dasar semua perdagangan dilakukan oleh
prediksi peneliti adalah hasil riset yang pengusaha yang omsetnya tidak lebih dari
dikeluarkan oleh McKinsey [18]. Hasil rilis Rp4.8000.000.000 pertahun, dengan tingkat
menunjukkabn bahwasanya perdagangan e- tarif yang dikenakan adalah hanya 0,5% dari
commerce di Indonesia pada tahun 2017 omset. PPH Final diterapkan dalam pajak ini
diprediksi memiliki nilai transaksi 117 triliun sebagaimana diatur dalam oleh pemerintah
rupiah, hingga tahun 2022 diperkirakan bisa melalui PP 23 tahun 2018.
Tabel 2. Prediksi Potensi Penerimaan Pajak McKinsey
Keterangan 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah
Nilai Transaksi Pertahun (Triliun Rp) 117 253,6 390,2 526,8 663,4 800 2.751
Potensi Penerimaan PPN (10%) 11,7 25,36 39,02 52,68 66,34 80,0 275,1
Potensi Penerimaan PPh (0,5%) 0,58 1,26 1,95 2,60 3,31 4,0 13,8
Jumlah Potensi Penerimaan 12,3 26,6 40,9 55,3 69,7 84 288,9
Rata-Rata Pertahun PPN 45,9
Rata-Rata Pertahun PPh 2,3

Sumber: McKinsey, 2017


Haryadi, dan Sari, Tarik Ulur Regulasi dan Hambatan Penerimaan... 336

Dengan asumsi tersebut maka jumlah dan kondisi yang normal. Rata-rata
potensi pajak penghasilan yang dapat pertumbuhan target selama 5 tahun kedepan
diterima oleh negara selama 6 tahun diprediksi sekitar 171,5 triliun pertahun atau
diperkirakan mencapai Rp13,80 triliun, atau terjadi pertumbuhan yang positif pertahunnya
secara rata-rata pertahun jumlah potensi mencapai angka 8%.
pajak dari PPh antara tahun 2017 sampai Analisis Perbandingan Target Pajak
dengan tahun 2022 diperkirakan mencapai dan Potensi Pajak dari E-Commerce.
Rp2,3 triliun pertahun.Analisis prediksi Berikut ini adalah analisis tentang
potensi penerimaan negara berbasis data rilis perbandingan prediksi target penerimaan
McKinsey, 2017 inipun menunjukkan bahwa pajak dengan potensi penerimaan pajak dari
sekali lagi banyak sekali potensi perdagangan perdagangan digital (e-commerce) selama 5
bisnis secara daring atau digital ini meskipun tahun ke depan yaitu mulai tahun 2021
jumlahnya tidak sebanyak data prediksi sampai dengan tahun 2025. Analisis
Google Temasek. Tinggal kembali kepada perbandingan dilakukan dengan 2 basis data
sikap dan tindaklanjut pemerintah dalam prediksi yang berbeda yaitu dari data Google
menangani perkembangan bisnis dengan Temasek (Tabel 5) dan data McKinsey
model digital ini. Jika pemerintah segera (Tabel 6).
mampu menangkap dan mempersiapkan Tabel 5 merupakan hasil analisis
segala regulasinya tentu akan diperoleh estimasi target pajak berdasarkan data target
penerimaan yang sangat besar di dalam pajak sebelumnya dan estimasi jumlah
transaksi digital tersebut. peneriman negara dari pajak digital (e-
Analisis Target dan Realisasi Pajak. commerce), menggunakan data prediksi dari
Ulasan tentang target dan realisasi Google Temasek. Tabel 3 menunjukkan hasil
penerimaan pajak negara selama 9 tahun perhitungan prosentase realisasi pajak atas
mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2019 target yang telah dicanangkan setiap awal
tercantun dalam Tabel 3 dan 4. Data ini tahunnya. Berdasarkan perhitungan tercermin
adalah rilis resmi dari dirjen pajak terakhir sebagian besar target pajak telah terealisasi
tahun 2019. Berdasarkan data target dan dengan baik dan sukses. Terlihat rata-rata
realisasi pajak negara maka peneliti membuat pencapaian penerimaan pajak dari target
sebuah analisis trend estimasi taget dapat mencapai kurang lebih 90%. Dengan
penerimaan pajak selama lima tahun yaitu demikian jumlah target yang belum tercapai
dari 2021 sampai 2025. Terlihat bahwa rata-rata pertahunnya hanya sejumlah 10%
estimasi target penerimaan pajak semakin saja.
lama semakin tinggi dengan asumsi situasi

Tabel 3. Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak


(Dalam Trilliun Rupiah)
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Target Pajak 764 885 995 1,072 1,294 1,539 1,283 1,424 1,577
Realisasi Pajak 743 836 921 985 1,055 1,283 1,147 1,315 1,332
% Realisasi 97% 94% 93% 92% 82% 83% 89% 92% 84%
% Tidak Realisasi 3% 6% 7% 8% 18% 17% 11% 8% 16%
Rata-rata Realisasi 90%
Rata-rata Tidak 10%
Realisasi
Sumber: Data Dirjen Pajak
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, September 2020, hlm. 331 –341

Tabel 4. Estimasi Target Penerimaan Pajak Negara (Dalam Trilliun Rupiah)

Keterangan 2021 2022 2023 2024 2025


Estimasi Target Penerimaan
1,781.36 1,932.54 2,096.56 2,274.49 2,467.53
Pajak
Rata-Rata Pertumbuhan
171,5 pertahun
Target
Rata-Rata Pertumbuhan
8% pertahun
Target

Sumber: Data Dirjen Pajak

Tabel 5. Estimasi Target Penerimaan Pajak dan Penerimaan Pajak E-Commerce dalam Trilliun Rupiah
(Basis Data Google Temasek)

Keterangan 2021 2022 2023 2024 2025


Estimasi Target Penerimaan Pajak 1,781.36 1,932.54 2,096.56 2,274.49 2,467.53
Estimasi Penerimaan Pajak Ecommerce 64.2 80 95,9 111.6 127.4
Prosentase 3,60% 4,14% 4,57% 4,91% 5,16%
Rata-rata Tidak Realisasi 10%
Sumber: Data Dirjen Pajak

Tabel 6. Estimasi Target Penerimaan Pajak dan Penerimaan Pajak E-Commerce


dalam Trilliun Rupiah (Basis Data McKinsey)

Keterangan 2021 2022 2023 2024 2025


Estimasi Target Penerimaan Pajak 1,781.36 1,932.54 2,096.56 2,274.49 2,467.53
Estimasi Penerimaan Pajak Ecommerce 69,7 84 98,3 112.7 127.03
Prosentase 3,91% 4,35% 4,69% 4,95% 5,15%
Rata-rata Tidak Realisasi 10%
Sumber: Data Dirjen Pajak

Hasil analisis menunjukkan bahwa mengoptimalkan penerimaan dari


prediksi penerimaan pajak perdagangan perdagangan digital ini.
digital baik dari PPN (pajak pertambahan Tabel 6 juga merupakan hasil analisis
nilai) termasuk pula PPh (pajak penghasilan) estimasi target pajak berdasarkan data target
sangat memberikan kontribusi yang pajak sebelumnya dan estimasi potensi
siginfikan jumlahnya. Jumlah kontribusi penerimaan pajak dari transaksi perdagangan
penerimaan pajak perdagangan digital makin digital (e-commerce), namun menggunakan
meningkat mulai dari 3,6% meningkat data prediksi dari McKinsey.
sampai 5,16% pada tahun 2025. Berdasarkan Tabel prediksi data
Jika dibandingkan dengan rata-rata McKinsey di atas, menggambarkan bahwa
prosentase tingkat ketidakrealisasian pajak prediksi penerimaan pajak perdagangan
setiap tahunnya ternyata sangat signifikan digital baik memberikan kontribusi yang
membantu menutup ketidak tercapaian target siginfikan jumlahnya terhadap target pajak.
pajak setiap tahunnya. Paling tidak rata-rata Jumlah kontribusi penerimaan pajak
hampir 50% bisa terpenuhi dengan perdagangan digital makin meningkat mulai
337

Haryadi dan Sari, Tarik Ulur Regulasi dan Hambatan Penerimaan... 338

dari 3,91% meningkat sampai 5,15% pada Hasil analisis potensi e-commerce juga
tahun 2025. didukung penelitian [14], dimana terjadi
Jika dibandingkan dengan rata-rata perkembangan yang sangat tinggi transaksi
prosentase tingkat ketidakrealisasian pajak digital, sehingga perlu persiapan yang baik
setiap tahunnya ternyata sangat signifikan dari pihak KPP untuk menagkat peluang
membantu menutup ketidak tercapaian target pajak. Selanjutnya temuan Utomo
pajak setiap tahunnya. Paling tidak rata-rata menyatakan bahwa perlu bagi pemerintah
hampir 50% bisa terpenuhi dengan untuk memperhatikan lebih fokus
mengoptimalkan penerimaan dari perkembangan bisnis ini karena ke depan
perdagangan digital ini [19]. bisnis ini akan semakin berkembang [6].
Hasil analisis dalam Tabel 5 dan Tabel 6 Tarik Ulur Regulasi Pajak E-
dengan menggunakan data Google Temasek Commerce. Hal lain yang juga patut dibahas
dan McKinsey, menunjukkan adanya dalam tulisan ini mengenai tarik ulur
kesamaan hasil prediksi. Bahwasanya penetapan pajak e-commerce yang
berdasarkan analisis kedua data ternyata menimbulkan banyak pertanyaan. Pada awal
hasilnya sangat mirip kontribusi penerimaan tahun 2018 melalui dalam PMK ini
pajak dari perdagangan digital dibandingkan menyebutkan bahwa per 1 April 2019, semua
dengan target pajak dan juga dengan pebisnis daring harus mengikuti semua
ketidakrealisasian penerimaan pajak. aturan yang ada. Namun belum sampai
Hasil analisis menunjukkan bahwa peraturan tersebut berjalan pada 29 Maret
pertumbuhan e-commerce di Indonesia 2019 melalui website kemenkeu.go.id
ternyata berdampak positif adanya potensi ternyata malah pemerintah mencabut PMK
penerimaan pajak bagi negara. Hasil analisis 210 dengan mengeluarkan PMK.010/2019.
ini sejalan dengan berbagai hasil riset antara Akhirnya pelaku bisnis baik digital atau
lain penelitian Valentino dan Wairoca, 2018 tradisional bisa menggunakan skema pajak
[20] bahwa PPh dan PPN dapat dikenakan bersifat final setengah persen dengan catatan
terhadap E-Commerce di Indonesia dan omsetnya tidak lebih dari 4,8 milyar. Artinya
sangat berpotensi dalam meningkatkan penganaan pajak atas transaksi elektronik
pendapatan negara. Lebih lanjut, hasil hanya berdasarkan omzet saja itupun jika
penelitian juga mendukung argumentasi pelaku usaha memiliki NPWP. Atas transaksi
bahwa potensi penerimaan dari aspek ini di platform e-commerce penerapan PPN
cukup banyak, meski terdapat banyak masih ditangguhkan.
penghambat untuk menerapkan pajak e- Pencabutan aturan tersebut pada
commerce. gilirannya malah memunculkan pengaruh
Dukungan riset atas hasil analisis potensi positif yaitu semakin kuatnya kebutuhan data
pajak yang muncul dari perdagangan e- pajak. Padahal sejauh ini masuk kriteria
commerce sebagaimana dilakukan oleh pebisnis yang belum dikategorikan terpungut
Pangesti. Penelitian ini bertujuan untuk pajak. Ternyata pencabutan ini malah
menguji pengaruh e-commerce terhadap memunculkan diskriminasi atas proses
jumlah pajak yang disetor dengan kepatuhan pemungutan pajak untuk kalangan industri
wajib pajak sebagai variabel intervening. konvensional. Dengan demikian hal ini
Hasilnya variable e-commerce memengaruhi mengindikasikan bahwa terjadi kegagalan
penerimaan pajak dimana sebagai moderasi dalam memberikan sosialisasi aturan untuk
adalah tingkat kepatuhan. Selain itu hasil para pebisnis.
riset ini menunjukkan bahwa dalam Argumen yang dibangun kementerian
meningkatkan pajak yang diterima, keuangan adalah bahwa pengaturan yang
diperlukan kerja keras dan mengikuti dilakukan semata-mata untuk mempermudah,
perkembangan dan pertumbuhan bidang menjelaskan aturan atau prosedur perpajakan,
transaksi ini[9]. serta makin meningkatnya kepatuhan WP ini.
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, September 2020, hlm. 331 –341

Meskipun kenyataannya, dalam sudut tepat. Senanda dengan hal ini, penelitian
pandang lain terjadi diskontinuitas dengan Cahyadini [15]. menunjukkan bahwa faktor
cita-cita presiden yang berusaha agar UMKM penghambat pemungutan pajak atas transaksi
ke depan bisa menggunakan sistem daring daring adalah masih rendahnya tingkat
pula. kesadaran pebisnis daring, masih belum
Kebijakan “labil” pemerintah mengenai adanya database bagi pebisnis digital, serta
aturan pajak bidang digital ini ternyata malah masih lemahnya penegakan hukum atas
secara tiba-tiba dibatalkan oleh pemerintah. belum memilikinya NPWP bagi pelaku usaha
Meski secara eksplisit gejolak politik tidak daring.
begitu terasa namun patut kita sadari bahwa Faktor penghambat lainnya dalam
kegiatan politik juga berpengaruh terhadap perolehan penerimaan pajak bisnis digital
kebijakan ekonomi. Kebijakan mengenai sebagaimana juga dilakukan Diahvitaloka,
pemberlakuan pajak e-commerce Intan Puspita yang menyatakan bahwa
menimbulkan pro kontra dalam penerapanya. tingkat pengawasan atas perpajakan e-
Dengan ditariknya kembali peratuan dapat commerce masih terkendala belum bisa
mengkhawatirkan menjadi bumerang dimana melacak para pelaku usaha digital yang
banyak pihak jutru akan membatalkan sudah berlangsung. Sementara ini pelacakan
keinginan berusaha. baru dilakaukan sebatas pada media
Faktor Penghambat Potensi informasi yang ada, antara lain media surat
Penerimaan Pajak E-Commerce. Terdapat kabar, media sosial, media internet, jejaring
beberapa kendala dalam implementasi sosial, serta media lainnya yang berkembang
menyerap dan menangkap potensi di masyarakat [13]. Dengan demikian DJP
penerimaan pajak negara atas perdagangan belum memiliki kemampuan yang lebih
digital [21]. Kendala-kendala atau dalam hal mengidentifikasi para pelaku usaha
penghambat tersebut antara lain: pertama, daring.
menurut Arianto beberapa faktor penghambat Hambatan yang sama atas pemungutan
penerimaan pajak yaitu masalah kesadaran pajak daring juga dikemukakan Rosalinawati
pebisnis digital masih rendah dalam et.al dalam risetnya bahwa terdapat beberapa
membayar pajak. Kemudian masih lemahnya kendala atas pemungutan pajak perdagangan
penegakan hukum bagi para Wajib Pajak digital di Indonesia khsusunya di lokasi riset
yang masih enggan memenuhi kewajibannya. yaitu Gresik, serta masalah belum
Belum ada kewajiban khusus bagi para transparansinya para pelaku bisnis, masih
pelaku usaha daring untuk memiliki NPWP. belum jelasnya ketentuan dan aturan
Serta masih belum tersedianya peraturan pemerintah atas semua hal terkait sistem
khusus tentang pengenaan pajak atas usaha bisnis ini. Dampak lanjutannya adalah
perdagangan daring [22]. munculnya kesulitan dalam menelusuri
Kedua, hasil penelitian sebelumnya bentuk–bentuk transaksi di perdagangan
menunjukkan masalah perpajakan dari e- digital ini[14].
commerce memiliki arti penting bagi
pemerintah, bisnis dan konsumen [20]. 4. Simpulan
Melakukan pembelian dan penjualan melalui Berdasarkan hasil pembahasan di atas
internet tanpa batas membawa masalah bisa dikemukakan beberapa kesimpulan: (1)
perpajakan. Kesulitan dalam menentukan Potensi penerimaan negara atas transaksi atau
negara atau negara bagian mana yang perdagangan digitas (e-commerce) di
memiliki kekuatan perpajakan [23]. Dalam Indonesia sangat besar; (2) Jika potensi
hal ini pemerintah perlu sekali untuk penerimaan pajak benar-benar digarap secara
membuat aturan khusus tentang perdagangan maksimal dan serius maka kontribusi
daring agar bisa mendapatkan penerimaan penerimaan pajak e-commerce di Indonesia
pajak dari transaksi tersebut secara lebih menjadi sangat signifikan jumlahnya
339

Haryadi dan Sari, Tarik Ulur Regulasi dan Hambatan Penerimaan... 340

terutama dalam menutup belum terpenuhinya Digital Dan Keterbukaan Terhadap


target penerimaan pajak setiap tahunnya; (3) Pertumbuhan Gdp Negara Asean. J
Tarik ulur penetapan pajak e-commerce oleh Lentera Bisnis 2018;7:66. doi:
pemerintah menimbulkan banyak 10.34127/jrlab.v7i2.235
kontroversi. Cenderung merugikan negara itu [6] Utomo. Indonesia Millennial Report
sendiri, dikarenakan pengenaan pajak atas 2019.
transaksi elektronik hanya berdasarkan omzet [7] Kemenkeu. Buku Informasi APBN
saja dan hanya bagi pelaku usaha yang 2019. kemenkeu.go.id; 2019.
memiliki NPWP; (4) Beberapa penghambat [8] Kemenkeu. Peraturan Menteri
pemungutan pajak e-commerce di Indonesia Keuangan Nomor 210 PMK010 Tahun
adalah kesadaran pelaku bisnis yang rendah, 2018.
lemahnya penegakan hukum, belum ada [9] Pangesti Mulyono RD. Menguak
kewajiban khusus bagi para pelaku usaha Permasalahan Perpajakan Ecommerce
untuk memiliki NPWP, masih belum Di Indonesia Dan Solusi
tersedianya peraturan khusus, serta belum Pemecahannya. Jurnal Riset Akuntansi
memiliki kemampuan lebih dalam dan Bisnis Airlangga 2017;2:181–201.
mengidentifikasi para pelaku usaha daring. doi:10.31093/jraba.v2i1.26
Keterbatasan penelitian adalah data [10] Lestari. Pemahaman Pelaku Bisnis
jumlah perdagangan digital masih bersifat Online Atas Aturan Perpajakan:
prediksi dan belum bisa dilakukan berbasis Sebuah Preliminary Study. J Syst
data resmi pemerintah. Hal ini karena Informasi, Keuangan, Audit Dan
memang sampai saat ini instansi pemerintah Perpajak 2019;4:29–43. doi:
tersebut belum memiliki database tentang 10.32897/jsikap.v4i1.160
para pelaku dan transaksi yang telah [11] Ambo. Analisis Bisnis E-Commerce
dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pada Mahasiswa Universitas Islam
penelitian dengan menggunakan data resmi Negeri Alauddin Makassar. J
jumlah perdagangan digital dari pemerintah INSYPRO (Information Syst Process
sehingga bisa lebih mendekati kenyataan. 2017;2:67–86. doi:
10.24252/insypro.v2i1
Daftar Rujukan [12] Erwanda. Perilaku Pengguna Sistem
Informasi Akuntansi E-Commerce. J
[1] Tim BPPSDM. Study Ekonomi Digital Akunt Multi Paradig 2019;10:502–15.
Di Indonesia: Sebagai Pendorong doi: 10.21776/ub.jamal.2019.10.3.29
Utama Pembentukan Industri Digital [13] Diahvitaloka. Kebijakan Pengenaan
Masa Depan; 2019. Pajak Atas Transaksi Perdagangan
[2] Sari RP. Kebijakan perpajakan atas Daring. Prosiding 2019.
transaksi e-commerce. Akuntabel [14] Rosalinawati E, Syaiful S. Analisis
2018;15:67. doi: Pajak Penghasilan atas Transaksi E-
10.29264/jakt.v15i1.2889 Commerce di Kabupaten Gresik.
[3] Rahayu. Pertumbuhan E-Commerce JIATAX (Journal Islam Account Tax)
Pesat di Indonesia. Warta ekonomi 2018;1:1. doi:10.30587/jiatax.v1i1.443
2019. [15] Cahyadini. Kebijakan Optimasi Pajak
https://www.wartaekonomi.co.id/read2 Penghasilan Dalam Kegiatan E-
16302/pertumbuhan-e-commerce- Commerce. Verit Justitia 2018;4:358–
pesat-di-indonesia.html. 387. doi:10.25123/Vej.3071
[4] Ho Ching. e-Conomy SEA 2019. J [16] Nazir. Metode Penelitian. 10th ed. ,
Chem Inf Model 2013;53:1689–99. Jakarta Selatan: Penerbit Ghalia
doi:10.1017/CBO9781107415324.004 Indonesia; 2014.
[5] Wibowo EW. Analisis Ekonomi [17] Waluyo. Perpajakan Indonesia. 11th
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 3, September 2020, hlm. 331 –341

ed. Jakarta: Salemba Empat; 2011. [20] Valentiono. Potensi Perpajakan


[18] Das K, Tamhane T, Vatterott B, Terhadap Transaksi Ecommerce Di
Wibowo P, Wintels S. The digital Indonesia. Jurnal Kertha Negara
archipelago: How daring commerce is 2018;7.
driving Indonesia’s economic [21] Wijaya. Pemungutan Pajak atas
development. McKinsey Co 2018:1– Transaksi E-Commerce. 2013.
72. [22] Arianto. Ekstensifikasi pajak dari
[19] Ortax. Realisasi Penerimaan Pajak transaksi perdagangan daring.
Capai 84,4% dari Target. OrtaxOrg Kemenkeu GoId 2014.
2020. [23] Yapar BK, Bayrakdar S, Yapar M.
https://www.ortax.org/ortax/?mod=inf The Role of Taxation Problems on the
o&page=show&list=1&id=458&q=& Development of E-Commerce.
hlm=1. Procedia - Soc Behav Sci
2015;195:642–8. doi:
10.1016/j.sbspro.2015.06.145

341

Anda mungkin juga menyukai