Anda di halaman 1dari 9

Potensi Lisensi Kekayaan Intelektual Milik Kabupaten

Jember Atas Indikasi Geografis Komoditas Tembakau


Besuki Na Oogst di Kabupaten Jember

ABSTRAK
Tembakau Na Oogst merupakan komoditas tembakau besuki yang telah wah banyak dibudidayakan di daerah jember
khususnya di daerah wuluhan, di mana kelompok petani dan pekerja perkebunan tembakau banyak diuntungkan dalam
kegiatan produksi komoditas tersebut baik secara sosial budaya dan ekonomi. Berbeda dengan yang lain dari daerah
lain dikarenakan penjagaan atas kualitasnya serta teknik-teknik perawatannya yang secara turun-temurun telah
dipraktekkan dan diwarisi oleh masyarakat jember. Peluang pendaftaran indikasi geografis tersebut komoditas
tembakau Na Oogst memiliki banyak manfaat, baik dari segi sosial budaya dan ekonomi serta pelestarian keberadaan
komoditasnya. Adanya kelompok sosial yang sangat besar yang menopang komoditas tembakau Na Oogst menjadikan
tembakau Na Oogst berpotensi sangat besar untuk dapat diajukan perlindungannya. Tentunya hal ini bukan hanya
untuk meraup keuntungan segitiga orang saja, namun hal ini akan berdampak luas secara ekonomi sosial dan budaya
bagi masyarakat jember dikarenakan hal ini merupakan hak komunal yang perlu dilindungi berdasarkan ketentuan
pertaturan perundang-undangan yang berlaku.
Kata Kunci: Na Oogst, Indikasi Geografis, Komoditas

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang nasionalisasi di indonesia adalah agreement on
Indonesia merupakan anggota dan masih tercatat trade related aspect of intellectual property rights
sebagai keanggotaan world trade organization atau yang disebut sebagai perjanjian TRIPS.
(WTO), dimana pasca sahnya indonesia sebagai Yang berarti adalahHak kekayaan intelektual
anggotanya seluruh ketentuan hukum nasional di merupakan terjemahan dari pada intellectual
indonesia telah disesuaikan dengan perjanjian- property rights (IPR) kekayaan intelektual yang
perjanjian yang telah disepakati oleh Negara timbul dikarenakan adanya kemampuan manusia
anggota-anggota WTO yang lain. Tentunya dalam pengelolaannya.1 Dirjen HKI
perjanjian-perjanjian internasional yang mendefinisikan hak sebagai hak yang timbul bagi
dikeluarkan kan dari lembaga world trade hasil pikir otak yang menghasilkan suatu produk
organization tersebut merupakan perjanjian- atau proses yang berguna bagi manusia.2
perjanjian yang berhubungan dengan 1
Andriana Krisnawati, Perlindungan Hukum Seni Batik
perdagangan. Salah satu perjanjian internasional Tradisional Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 Tentang Hak Cipta (Bandung: Alumni, 2009), hlm. 19.
yang telah di disepakati untuk dijadikan 2
Tomi Suryo, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global:
Sebuah Kajian Kontemporer (Yogyakarta: Graha Ilmu,
pg. 1
Pada suatu sistem Hukum kekayaan intelektual sangat tinggi terhadap PDRB Kabupaten Jember
yang sudah ada terdapat hak bersama (Komunal) adalah subsektor perkebunan, sedangkan untuk
yang dapat dikenal juga sebagai indikasi subsektor pertanian yang lain diantaranya seperti
geografis. Indikasi geografis itu sendiri tanaman pangan, peternakan, hortikultura,
merupakan suatu indikasi atau tanda-tanda yang Perikanan dan Kehutanan memiliki kontribusi
menunjukkan daerah asal suatu produk atau yang cukup untuk menunjang perekonomian
barang tertentu yang dihasilkan karena faktor Kabupaten Jember.4 Karenanya, didalam tulisan
lingkungan geografis termasuk faktor alam, artikel ini akan dibahas secara komperehensif dan
manusia, atau kombinasi dari kedua faktor terfokus pada Potensi Lisensi Hasil Pertanian
tersebut. Dan tanda-tanda tersebut memberikan Tembakau, khususnya Tembakau Besuki Na
suatu ciri dan kualitas tertentu pada barang barang Oogst khas Jember.
atau produk yang dihasilkan. B. Rumusan Masalah
Sektor perkebunan dan pertanian merupakan 1. Bagaimanakah Indikasi adaknya suatu
salah satu contoh yang dapat menghasilkan hasil Kekayaan Intelektual Bidang Indikasi
produksi yang dapat bernilai memiliki ciri khas Geografis Komoditas Tembakau Besuki
tertentu dan indikasi-indikasi lainnya nya di Na Oogst di Kabupaten Jember?
dalam kekayaan Intelektual. Sektor perkebunan C. Manfaat Penulisan
dan pertanian untuk pembesar berkembang di Mengetahui adanya suatu Indikasi
indonesia adalah sektor pertanian tembakau yang Geografis Komoditas Tembakau Jenis Na
pertama kalinya masuk di indonesia di kisaran Oogst di Kabupaten Jember.
tahun 1630 lalu berkembang ke berbagai daerah
di indonesia. PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Kabupaten jember memiliki potensi tembakau
D. Unsur-Unsur Indikasi Geografis
khas yang memiliki suatu indikasi geografis
Keberadaan Indikasi Geografis (IG) menurut
berupa Tembakau Besuki Na Oogst. Kabupaten
Perjanjian TRIPs diakui sebagai rezim HKI yang
Jember adalah salah satu daerah di Provinsi Jawa
berdiri sendiri karena memiliki ciri-ciri yang
Timur yang diakui sebagai pusat produksi
bersifat khusus. Kekhasan sifat IG terdapat pada
tembakau. Varietas utama tembakau yang dapat
unsur-unsurnya sebagaimana terdapat dalam
ditanam di Kabupaten Jember adalah Besuki Na-
definisi IG. Dalam Pasal 22 Ayat (1) Perjanjian
Oogst Tembakau. Tembakau Besuki Na-Oogst
TRIPs dinyatakan: Geographical indications are,
memberikan keuntungan yang tinggi bila
for the purposes of this Agreement, indications
3
dibandingkan dengan komoditas lain.
which identify a good as originating in the
Sektor pertanian yang memiliki kontribusi yang
territory of a Member, or a region or locality in
that territory, where a given quality, reputation or
2010), hlm. 2.
3 4

pg. 2
other characteristic of the good is essentially patung Liberty barang-barang dari Amerika, Taj
attributable to its geographical origin. Rumusan Mahal barang-barang dari India, dan Great Wall
tersebut secara tegas membatasi pengertian atau barang-barang dari Cina. Dalam definisi itu juga
definisi IG untuk digunakan dalam Perjanjian disebut secara tegas kata “barang” dan bukan
TRIPs. Hal ini berarti, nama atau istilah IG produk. Berarti, IG hanya untuk barang-barang
senantiasa dikaitkan dengan definisi IG yang dan tidak termasuk jasa. Meskipun demikian,
tercantum dalam pasal itu. Definisi tersebut beberapa negara memasukkan jasa (service)
memuat unsur-unsur yang menjadi karakteristik sebagai IG, antara lain Switzerland, Canada,
IG sebagai ciri khasnya. Dalam merumuskan Mexico, Jepang. Adapun bidang jasa yang
unsur-unsur itu digunakan kata “or” yang berarti dimasukkan sebagai IG, yaitu health services,
rumusan itu bersifat alternatif. Pada rumusan spas and traditional healing methods. Alasannya,
definisi itu, setidaknya mencakup empat unsur karena ketentuan dalam Perjanjian TRIPs bersifat
pokok.5 minimal, sehingga apabila menambahkan unsur
Pertama, unsur indikasi untuk tidak dilarang atau dibolehkan, termasuk
mengidentifikasi. Unsur ini dapat diketahui dari menambahkan unsur jasa sebagai IG.7
rumusan awal pada definisi IG, yaitu indikasi Kedua, unsur wilayah dalam negara.
yang mengidentifikasi asal suatu barang. Penentuan wilayah disini berkaitan dengan
Rumusan ini dapat diartikan bahwa IG tidak wilayah atau daerah sebagai tempat atau lokasi
dibatasi pada penggunaan nama geografis atau suatu barang dihasilkan atau diproduksi. Kriteria
nama tempat dimana suatu barang itu berasal. yang digunakan bersifat fleksibel, yaitu
Dengan demikian, selain nama geografis sebagai disesuaikan dengan barang yang dihasilkan. Misal,
nama tempat dimungkinkan nama lain yang minuman anggur dihasilkan oleh masyarakat
bukan nama geografis agar dapat digunakan untuk tertentu yang berdomisili dalam suatu kawasan
mengidentivikasi asal suatu barang.6 yang menyatu antara kebun dan pabrik
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat pengolahannya. Luasan dan nama wilayah tidak
dipahami bahwa penggunaan nama geografis harus identik dengan nama dan luas wilayah
dapat digunakan secara langsung, seperti administratif yang lebih didasarkan pada
Roquefort dan Champagne atau tidak secara pertimbangan politik. Penetapan batas wilayah ini,
langsung, yaitu istilah non-geografis (non- merupakan unsur penting untuk menentukan
geographical) yang dapat digunakan sebagai tempat produksi, karena IG terkait dengan wilayah
indikasi suatu barang itu berasal. Misal, tugu geografis sehingga tidak diperkenankan IG
Monas untuk barang-barang dari Indonesia, diberikan untuk pihak-pihak di luar wilayah

5 7
Wahyu Sasongko, “Indikasi Geografis : Rezim HKI yang Dwijen Rangnekar, Geographical Indications:
Bersifat Sui Generis,” Jurnal Media Hukum 19, no. 1 (Juni Compilation of the Questionnaire Intellectual Property
2012): hlm. 101. Experts Group Meeting (Meksiko: Asia Pacific Economic
6
Sasongko, hlm. 101. Cooperation (APEC), 2006), Hlm. 4.
pg. 3
geografis. Meskipun demikian, menurut para ahli, mereka tidak dapat memilikinya. Sedangkan,
masih dimungkinkan beberapa bahan baku kepemilikan kolektif juga dapat berarti
tertentu dipasok dari luar wilayah.8 kepemilikan individual yang diperluas karena
Ketiga, unsur kepemilikan. Dalam Perjanjian secara kuantitatif jumlah peserta atau anggotanya
TRIPs tidak disebut siapa pemilik atau pemegang lebih dari satu orang. Kepemilikan individual yang
hak. Perjanjian TRIPs hanya menyebut pihak- diperluas dijumpai pada kepemilikan dalam
pihak berkepentingan (interested parties) sebagai perseroan (corporation) dan merek kolektif
pihak yang harus diberikan perlindungan hukum (collective mark).10
(lihat, Pasal 22 Ayat (1) dan Ayat (3), Pasal 23 IG dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai
Ayat (1) dan Ayat (2) Perjanjian TRIPs). IG hak komunal atau menurut Rangnekar11 disebut
berbeda dengan rezim HKI pada umumnya yang hak publik (public right) yang mencakup: producer
menyebut subyek hak sebagai pemilik, seperti associations, public entities, local or regional
pencipta dalam hak cipta dan inventor dalam governments. Mereka dianggap tepat untuk
hukum paten. Hal ini karena IG tidak mengenal mengajukan pendaftaran IG karena merekalah
kepemilikan yang bersifat individual, sesungguhnya pihak yang berkepentingan terhadap
perseorangan, atau secara pribadi (privately). kualitas, reputasi, dan kesinambungan produksi
Oleh sebab itu, IG hanya memberikan hak untuk dari barang-barang IG. Keempat, unsur kualitas,
menggunakan (right to use) yang diberikan reputasi, atau karakteristik lain. Dalam rumusan
kepada para produsen atau kelompok masyarakat definisi IG unsurunsur kualitas tertentu, reputasi
yang menghasilkan suatu barang. Dalam hal ini, atau karakteristik lain terkait atau diakibatkan oleh
IG merupakan hak komunal (communal right).9 asal geografisnya. Rumusan definisi itu bersifat
Sengaja digunakan istilah komunal agar dapat alternatif karena menggunakan kata “atau”.
dibedakan dengan kolektif yang berarti secara Dengan demikian, Perjanjian TRIPs tidak
bersama-sama atau gabungan Istilah komunal mengharuskan seluruh unsur terpenuhi, tetapi
secara kebahasaan berkaitan dengan komune atau cukup hanya satu unsur saja terpenuhi sudah dapat
juga berarti milik rakyat atau milik umum diberikan perlindungan.12
Kepemilikan komunal bukan perluasan dari Unsur-unsur dalam definisi IG dapat
kepemilikan individual karena kepemilikan digunakan sebagai persyaratan pendaftaran. Dalam
komunal hanya memberikan hak penggunaan dan konteks ini sebagaimana telah diuraikan di atas—
pemanfaatan kepada setiap anggotanya. Namun, unsur-unsur IG dalam Perjanjian TRIPs
dirumuskan secara alternatif. Hal ini berimplikasi
8
Ludwig Beumer, Protection of Geographical Indications
10
under WIPO Treaties and Questions Concerning the Sasongko, hlm. 103-104.
11
Relationship between those Treaties and the TRIPs Dwijen Rangnekar, “Geographical Indications, A Review
Agreement, Symposium on the International Protection of of Proposals at the TRIPs Council: Extending Article 23 to
Geographical Indications in the Worldwide Context (Eger, Products other than Wines and Spirits, Geneva, ICTSD dan
Hongaria: WIPO, 1997), Hlm. 6. UNCTAD.,” 2003, hlm. 25.
9 12
Sasongko, “Indikasi Geografis : Rezim HKI yang Bersifat Sasongko, “Indikasi Geografis : Rezim HKI yang Bersifat
Sui Generis,” hlm. 103-104. Sui Generis,” hlm. 104.
pg. 4
terhadap persyaratan pendaftaran IG yang E. Potensi Penggunaan Indikasi
seharusnya juga bersifat alternatif, sehingga dapat Geografis
memberikan kemudahan dan kelonggaran bagi Penggunaan nama geografis dalam praktik
produsen yang hendak mendaftarkan barang- perdagangan lazim digunakan sebagai sarana
barang produksinya. untuk pemasaran. Pencantuman nama geografis
Unsur-unsur IG yang terdapat dalam Pasal 22 pada suatu barang merupakan informasi kepada
Ayat (1) Perjanjian TRIPs, ternyata tidak diikuti konsumen tentang asal suatu barang yang
sepenuhnya oleh Indonesia. Dalam Pasal 56 Ayat diproduksi oleh masyarakat yang berdomisili di
(1) UUM 15/2001 dirumuskan definisi IG yang wilayah itu dan diolah dengan menggunakan
memuat unsur-unsur tertentu, yaitu: Indikasi- bahan baku dari wilayah tersebut. Cukup dengan
geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang mencantumkan nama geografis, maka persepsi dan
menunjukkan daerah asal suatu barang, yang citra (image) konsumen tentang suatu barang dapat
karena faktor lingkungan geografis termasuk terbentuk. Misal, makanan khas dari kota
faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari Yogyakarta, Bakpia Pathok memiliki reputasi dan
kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan terkenal. Siapa pun yang pernah berwisata ke
kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Yogyakarta, dapat dipastikan mengenal,
Rumusan ini, secara tegas menyebut kata “tanda” merasakan atau menikmati, dan membelinya
berarti menutup peluang menggunakan nama atau sebagai buah tangan.
istilah non-geografis sebagai IG. Begitupun, Pencantuman atau penggunaan nama
dengan penyebutan secara tersurat tentang faktor geografis, harus diakui berpotensi digunakan
lingkungan geografis dan penyebutan unsur-unsur sebagai tanda untuk mengidentifikasi asal-usul
IG dengan menggunakan kata “dan”, pada unsur- suatu barang dan juga untuk membedakan dengan
unsur ciri dan kualitas. Rumusan ini bersifat barangbarang lain yang sejenis. Potensi ini yang
komulatif, berbeda dengan rumusan dalam mendorong agar pencantuman atau penggunaan
Perjanjian TRIPs. Hal ini, berimplikasi terhadap nama geografis digunakan sebagai indication of
pemenuhan unsur-unsur itu sebagai persyaratan source atau indikasi sumber (IS). Istilah IS
untuk pendaftaran IG. Dengan demikian, dijumpai dalam Konvensi Paris tahun 1883 (lihat,
unsurunsur IG dalam UUM 15/2001 tidak Pasal 1.2 jo. Pasal 10 Paris Convention). Namun
mengikuti unsur-unsur IG dalam Perjanjian sayang tidak diberikan definisi. Kemudian, istilah
TRIPs. Bahkan, unsur-unsur IG dalam UUM IS dijumpai dalam Perjanjian Madrid tahun 1891.
15/2001 lebih mendekati unsur-unsur appellations Di sini pun, tidak ada definisinya secara khusus.
of origin dalam Perjanjian Lisabon, sebagaimana Meskipun demikian, definisi IS dapat diketahui
diuraikan di bawah ini. Padahal, Pemerintah dari rumusan Pasal 1 Ayat (1) Perjanjian Madrid:
Indonesia belum meratifikasi, sehingga tidak All goods bearing a false or deceptive indication
terikat. by which one of the countries to which this
pg. 5
Agreement applies, or a place situated therein, is including natural and human factors. Rumusan ini
directly or indirectly indicated as being the menekankan pada nama geografis untuk
country or place of origin shall be seized on menunjukkan asal suatu produk.
importation into any of the said countries.
Mengacu pada rumusan itu, Eugui13 F. Analisis Potensi Lisensi Indikasi
mengatakan: the indication of source which Geografis Komoditas Tembakau
means any expression or sign used to indicate that Besuki Na Oogst di Kabupaten
a product or a service originates in a country,
Jember
region or specific place (e.g. Swiss banks).
UU Merek hanya menyediakan 5 (lima)
Pengertian di atas menunjukkan bahwa IS
Pasal untuk perlindungan indikasi geografis, yaitu
memiliki unsur-unsur tertentu. Pertama, IS selalu
Pasal 56-60. Dari 5 (lima) Pasal tentang indikasi
dikaitkan dengan asal geografis, dengan kata lain
geografis yang ada dalam UU Merek dapat
IS untuk menunjukkan sumber dari suatu barang.
disimpulkan bentuk perlindungan hukum yang
Dalam praktik digunakan kata “made in” diikuti
diberikan adalah pendaftaran, pengumuman, dan
dengan nama negara. Kedua, IS tidak
hak mengajukan gugatan bagi pemegang hak
mensyaratkan kualitas atau sifat tertentu, karena
indikasi geografis. Bentuk perlindungan hukum
hanya mengaitkan dengan asal geografis dari
yang diberikan Pasal 56-60 UU Merek sangat
suatu produk. Ketiga, IS menggunakan tanda,
singkat dan kurang jelas. Selain singkatnya Pasal
baik secara langsung maupun tak langsung
yang mengatur ketentuan indikasi geografis, juga
menunjukkan asal geografis. Misal, gambar
karena terjadi pertentangan antara Pasal tentang
berupa beruang Panda dengan tulisan Made in
indikasi geografis dengan Pasal tentang merek.
China.
Sehingga UU Merek kurang dapat melindungi
Nama geografis selain digunakan sebagai IS
produk-produk potensi indikasi geografis yang ada
juga digunakan sebagai appellation of origin (AO)
di Indonesia.
atau nama asal. Menurut Pasal 2 Ayat (1)
Pada Pasal 56-60 diatur mengenai definisi
Perjanjian Lisabon tahun 1958: Appellation of
indikasi geografis sebagai suatu identitas dari
origin means the geographical name of a country,
suatu barang yang berasal dari suatu tempat
region, or locality, which serves to designate a
tertentu yang menunjukkan kualitas, reputasi, dan
product originating therein, the quality and
karakteristik termasuk faktor alam dan
characteristics of which are due exclusively or
manusianya serta tata cara pendaftarannya hanya
essentially to the geographical environment,
secara umum. Akan tetapi perlu ada yang
13 diluruskan mengenai konsep dasar dari apa yang
David Vivas Eugui, “Negotiations on Geographical
Indications in the TRIPs Council and Their Effect on the dimaksud dengan indikasi geografis. Masyarakat
WTO Agricultural Negotiations: Implications for
Developing Countries and the Case of Venezuela,” sebagian besar menganggap bahwa indikasi
Workshop on Negotiating Intellectual Property Provisions
in Free Trade Agreement, Miami, Florida., 2003, hlm. 2. geografis adalah bagian dari merek, karena
pg. 6
pengaturannya dijadikan satu dengan UU Merek. komoditas tembakau Besuki Na-Oogst.14
Masyarakat menganggap indikasi geografis Dampak dari Pengaruh tembakau Besuki
memiliki sifat perlindungan dan karakteristik NaOogst kepada nilai sosial budaya masyarakat
sama dengan perlindungan yang diberikan atas cukup positif. Hal ini bisa dilihat dari masih ada
merek dagang. Padahal jika memang indikasi yang menanam hingga menggunakan produk
geografis dengan merek sama, maka seharusnya hasil olahan tembakau Besuki Na-Oogst
ketentuan dalam UU Merek tidak saling meskipun tidak semuanya yang menggunakan
bertentangan. Diantaranya pada Pasal 5 (d) UU produk hasil olahan tembakau Besuki Na-Oogst
Merek menyatakan “Merek tidak dapat didaftar hanya minoritas. Keadaan seperti ini sangat
apabila Merek tersebut mengandung salah satu mendorong akan status keberlanjutan komoditas
unsur di bawah ini (d. merupakan keterangan atau Tembakau Besuki Na-Oogst di Kecamatan
berkaitan dengan barang atau jasa yang Wuluhan Kabupaten Jember.15
dimohonkan pendaftarannya).” Atribut keberlanjutan yang digunakan
Status kepemilikan lahan pertanian petani dalam dimensi soasial, diantaranya tingkat
tembakau Besuki Na-Oogst di Kecamatan penyerapan tenaga kerja, pengetahuan tentang
Wuluhan Kabupaten Jember di bagi menjadi 4, usahatani komoditas tembakau Besuki Na-Oogst
antara lain petani yang meyewa lahan milik berkelanjutan, eksistensi petani tembakau Besuki
orang lain; petani dengan lahan pertanian milik Na-Oogst, pengaruh tembakau Besuki Na-Oogst
sendiri; petani yang menggarap lahan milik kepada nilai sosial budaya masyarakat, tingkat
orang lain; dan petani yang menyewa dan pendidikan formal terakhir petani, persepsi petani
penggarap lahan pertanian milik orang lain. tentang komoditas tembakau Besuki Na-Oogst
Status kepemilikan lahan pertanian petani yang berkelanjutan.16
tembakau Besuki Na-Oogst di Kecamatan Dimensi sosial, merupakan suatu orientasi
Wuluhan Kabupaten Jember sebagian besar kerakyatan yang berkaitan dengan kebutuhan
milik sendiri. Petani dengan lahan pertanian akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh
milik sendiri merupakan petani yang memiliki kehidupan sosial yang harmonis (termasuk
potensi untuk memperhatikan dimensi tercegahnya konflik sosial), reservasi keragaman
keberlanjutan dalam berusahatani tembakau budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk
Besuki Na-Oogst, karena petani yang perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,
mempunyai lahan pertanian sendiri lebih pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan
mengutamakan produksi tetapi juga akan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial
berpotensi memperhatikan status keberlanjutan
14
Rhamanda Try Muktianto dan Herman Cahyo Diarto,
tembakau Besuki Na-Oogst. Keadaan seperti ini “Komoditas Tembakau Besuki Na-Oogst dalam Perspektif
Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Jember,” Journal
dapat mendorong status keberlanjutan dari
of Sustainable Agriculture 33, no. 2 (2018): hlm. 121.
15
Muktianto dan Diarto, hlm. 121.
16
Muktianto dan Diarto, hlm. 121.
pg. 7
politik dan stabilitas sosial budaya merupakan besuki na-oogst di jember berdasarkan fakta
indikatorindikator penting yang perlu sosial sebagaimana telah dijabarkan pada
dipertimbangkan dalam pelaksanaan paragraf sebelumnya, telah disebutkan memiliki
pembangunan.17 Menurut James Midgley dampak positif bagi pertanian petani di jember
kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan dan masyarakat konsumen serta pengaruh
atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta tembakau tersebut kepada nilai sosial budaya
ketika berbagai permasalahan sosial dapat masyarakat yang cukup tinggi.
dikelola dengan baik, ketika kebutuhan manusia Demikian pun dalam Pasal 56 ayat (7)
dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial disebutkan “Indikasi-geografis terdaftar
dapat dimaksimalisasikan.18 mendapat perlindungan hukum yang berlangsung
Dalam Pasal 56 ayat (2) disebutkan selama ciri dan/atau kualitas yang menjadi dasar
“Indikasi-geografis mendapat perlindungan bagi diberikannya perlindungan atas
setelah terdaftar atas dasar permohonan yang indikasigeografis tersebut masih ada”.
diajukan oleh: Berdasarkan fakta yang ada, Tembakau Besuki
a. Lembaga yang mewakili masyarakat di Na-Oogst daerah Jember memiliki kualitas yang
daerah yang memproduksi barang yang lebih baik daripada tembakau biasa yang ada di
bersangkutan, yang terdiri atas: daerah lain. Hal tersebut telah dijelaskan, karena
1) pihak yang mengusahakan barang yang budidaya komoditas ini sangat diperhatikan
merupakan hasil alam atau kekayaan penjagaan akan kualitasnya.
alam;
2) produsen barang hasil pertanian; KESIMPULAN
3) pembuat barang-barang kerajinan tangan Indikasi geografis yang berpotensi untuk diangkat di
atau hasil industri; atau daerah kabupaten jember merupakan komoditas
4) pedagang yang menjual barang tersebut; tembakau besuki Na Oogst yang telah memiliki
b. Lembaga yang diberi kewenangan untuk itu; banyak indikasi-indikasi khas daerah tersebut.
atau Diantaranya menurut pasal 56 ayat (2) Undang-
c. Kelompok konsumen barang tersebut. Undang Merek, telah ditemukan kan beberapa
Karenanya berdasarkan pada pasal 56 pihak-pihak yang menurut pasal tersebut dapat
Undang-Undang Merek Tersebut maka terdapat mengajukan permohonan untuk perlindungan
potensi indikasi geografis komoditas tembakau indikasi geografis Tembakau Besuki Na-Oogst khas

17
jember. Diantaranya adalah para kelompok petani,
R.S. RIvai dan I.S. Anugrah, “Konsep dan Implementasi
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia. Forum dan para kelompok buruh tani pekerja dari beri
Penelitian Agro Ekonomi,” t.t.,
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/vi perkebunan tembakau kabupaten jember yang secara
ew/3900.
18
Muktianto dan Diarto, “Komoditas Tembakau Besuki Na- sosial dan ekonomi diuntungkan diuntungkan dari
Oogst dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan di adanya komoditas tersebut. Begitupun dilihat dari
Kabupaten Jember,” hlm. 124.
pg. 8
indikasi-indikasi adanya suatu ciri khas atau kualitas Agricultural Negotiations: Implications for
Developing Countries and the Case of
yang dapat menjadi dasar atas diberikannya
Venezuela.” Workshop on Negotiating
perlindungan indikasi geografis komoditas tersebut Intellectual Property Provisions in Free
Trade Agreement, Miami, Florida., 2003.
berdasarkan pasal 56 ayat (7) undang-undang Merk.
Krisnawati, Andriana. Perlindungan Hukum Seni
Batik Tradisional Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang
F. SARAN Hak Cipta. Bandung: Alumni, 2009.
Berdasarkan apa yang telah diutarakan di dalam Muktianto, Rhamanda Try, dan Herman Cahyo
tinjauan teoritis dan pembahasan serta analisis Diarto. “Komoditas Tembakau Besuki Na-
Oogst dalam Perspektif Pembangunan
maka penulis memiliki opini untuk memberikan Berkelanjutan di Kabupaten Jember.”
sebuah saran kepada komunitas masyarakat Journal of Sustainable Agriculture 33, no.
2 (2018): 115–25.
jember khususnya para petani dan buruh tani Rangnekar, Dwijen. “Geographical Indications, A
untuk mengajukan perlindungan secara bersama- Review of Proposals at the TRIPs Council:
Extending Article 23 to Products other than
sama atas hak komunal lisensi indikasi geografis Wines and Spirits, Geneva, ICTSD dan
yang ada pada komoditas tembakau besuki na- UNCTAD.,” 2003.
———. Geographical Indications: Compilation of
oogst yang memiliki cita rasa dan ciri khas dari the Questionnaire Intellectual Property
daerah jember. Experts Group Meeting. Meksiko: Asia
Pacific Economic Cooperation (APEC),
2006.
DAFTAR KEPUSTAKAAN RIvai, R.S., dan I.S. Anugrah. “Konsep dan
Implementasi Pembangunan Pertanian
Beumer, Ludwig. Protection of Geographical Berkelanjutan di Indonesia. Forum
Indications under WIPO Treaties and Penelitian Agro Ekonomi,” t.t.
Questions Concerning the Relationship http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.
between those Treaties and the TRIPs php/fae/article/view/3900.
Agreement. Symposium on the Sasongko, Wahyu. “Indikasi Geografis : Rezim
International Protection of Geographical HKI yang Bersifat Sui Generis.” Jurnal
Indications in the Worldwide Context. Media Hukum 19, no. 1 (Juni 2012).
Eger, Hongaria: WIPO, 1997. Suryo, Tomi. Hak Kekayaan Intelektual di Era
Eugui, David Vivas. “Negotiations on Global: Sebuah Kajian Kontemporer.
Geographical Indications in the TRIPs Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Council and Their Effect on the WTO

pg. 9

Anda mungkin juga menyukai