Anda di halaman 1dari 2

Response Paper: Penulisan Hukum

(Dosen Pengampu: Andy Omara, S.H., M.Pub&Int.Law, Ph.D)

Penyusun :

Aprilian Sumodiningrat, S.H., (20/465580/PHK/10930)

Program Studi Magister Hukum Bisnis Kenegaraan


Universitas Gadjah Mada
Semester Genap
Response Paper: Penulisan Hukum
Di dalam tulisan paper tersebut, pada bagian awal dijelaskan mengenai beberapa rekomendasi
mengenai tata cara penulisan hukum yang baik dan benar. Rekomendasi tersebut diantaranya adalah:
Rekomendasi pertama, mengenai kerangka tulisan yang harus merefleksikan isi tulisan penulis. Poin
penting yang dapat dicermati dari bagian ini, adalah tata cara penulisan pada umumnya menggunakan
jenis huruf italics, bold, dan underlined untuk bagian-bagian yang perlu penekanan. Namun, meskipun
tata cara penggunaan jenis tulisan tersebut adalah hal yang umum, masukkan cenderung lebih sering
menggunakan points of bullet, seperti a,; poin b; poin c;...dst. penyampaian informasi menggunakan
points off bullet dianggap sebagai penyampai informasi yang baik, efektif, serta mudah dimengerti.
Rekomendasi kedua, Tentang membuat pembaca mudah memahami teks berdasarkan
hubungan antar kalimat. Setiap paragraf dalam suatu teks hukum perlu memiliki keterkaitan terhadap
teks secara keseluruhan. Kata pengait dalam setiap paragraph dapat membantu memudahkan
pembaca. contohnya kata pengait: akibatnya; oleh karena itu, maka; sebaliknya; pertama-tama,
sebagai kesimpulan; sebagai contoh;... dan sebagainya.
Rekomendasi ketiga, merupakan penghindaran penggunaan ejaan/tata bahasa yang tidak
tepat. Penggunaan acuan kamus bahasa Indonesia atau bahasa hukum perlu diimplementasikan agar
menghasilkan kata tepat dan akurat. Penekanan agar advokat konsisten dalam menggunakan kata-
kata dalam tulisannya.
Rekomendasi keempat, penggunaan bahasa hukum dan formal secara seimbang. Dalam
menulis teks hukum, perlu di hindari penggunaan bahasa yang membingungkan. Penggunaan bahasa
yang sederhana dalam menyusun teks hukum, akan membantu orang awam untuk lebih mudah
memahami suatu naskah, namun cara ini tidak dengan menghilangkan sama sekali istilah hukum yang
terkadang memang sengaja dirumuskan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran.
Rekomendasi kelima, menggunakan kata-kata hukum ketika kesulitan menemukan kata yang
tepat. Seperti contoh ketika ingin mengatakan seseorang itu melakukan perbuatan melawan hukum,
maka dapat di gunakan bahasa hukum “ onrechmatige daad.” Penggunaan bahasa bahasa Hukum,
adalah penggunaan yang sangat berlaku umum sehingga bukan merupakan plagiasi.
Rekomendasi keenam, Tidak melakukan plagiasi. Ketika terdapat kesulitan dalam
menjabarkan argumentasi ke dalam teks, dilarang menggunakan argumentasi yang ditemukan dari
naskah orang lain. Namun, menggunakan argumentasi orang lain untuk menjustifikasi argumentasi
milik diri sendiri itu bukan plagiasi, selama referensi tersebut secara lengkap dan rinci. Etika dalam
melakukan modifikasi kalimat tidak boleh mengurangi esensi kalimat aslinya.
Rekomendasi ketujuh, Menggunakan kalimat yang paling netral ketika terdapat banyak pilihan
untuk menjelaskan suatu hal yang sama. Formulasi kalimat harus bersifat netral dan tidak emosional,
karena tata bahasa dan gaya bahasa seseorang merefleksikan emosi dan perasaan seseorang.
Penulisan hukum harus mampu meyakinkan orang lain dengan penguatan argumentasinya, bukan
keterlibatan perasaan atau emosional tertentu.
Legal Opinion Sederhana: Dalam penyusunan legal Opinion sederhana,bertujuan untuk
memberikan landasan hukum yang kuat atas pandangan hukum terhadap suatu kasus tertentu. Dalam
pembuatan legal opinion sederhana secara garis besar terdapat empat bagian utama yaitu:
pendahuluan; analisis aturan hukum; uji syarat (pengujian fakta), dan; kesimpulan.
Legal Opinion Kompleks: Dalam penyusunan legal opinion yang lebih kompleks, hal ini
digunakan ketika suatu kasus melibatkan berbagai aturan hukum yang terdapat konflik norma
didalamnya. Ketika terdapat kondisi seperti ini dalam pembuatan legal opinion, analisis yang dilakukan
dapat dikatakan analisis paralel. Menganalisa aturan satu persatu tu berdasarkan permasalahan
hukum yang dikemukakan dalam bagian pendahuluan. Struktur legal opinion yang bersifat kompleks
ialah: pendahuluan; analisis aturan hukum utama; analisis aturan hukum subsider; pengujian fakta
utama; pengujian fakta subsider; pembuatan konklusi/kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai