Anda di halaman 1dari 4

Penulisan Hukum (Legal Opinion) : Kasus Tante Tita, Miona dan

Keluarga Tamak

(Dosen Pengampu: Andy Omara, S.H., M.Pub&Int.Law, Ph.D)

Penyusun :

Aprilian Sumodiningrat, S.H., (20/465580/PHK/10930)

Program Studi Magister Hukum Bisnis Kenegaraan

Universitas Gadjah Mada

Semester Genap
1

Legal Opinion
Ringkasan Kasus:
Di dalam kasus Tante Tita, yang merupakan pengasuh atau wali dari Miona, berdasarkan
penetapan pengadilan dan yang bersangkutan telah mengasuh miona sejak umur 7 tahun. Miona
sendiri, merupakan pewaris tunggal, dari orang tuanya yang memiliki perusahaan multinasional.
Paman dan bibi miona, sering kali meminta barang-barang perhiasan dan barang antik yang
terdapat di rumah orang tua miona, kepada miona tanpa sepengetahuan walinya (Tante Tita
sebagai Wali yang sah berdasarkan penetapan pengadilan). Selain itu, terdapat dua unit
kendaraan dan satu rumah yang ditempati oleh 1 keluarga, tanpa adanya persetujuan ataupun izin
dari Tante Tita sebagai wali yang sah atas miona.
Analisa Aturan Hukum:
1. Berkaitan dengan dilakukannya pendudukan oleh keluarga miona, terhadap rumah dan
dua unit mobil milik miona, maka atas perbuatan melawan hukum diatur dalam pasal
1365 kitab undang-undang hukum perdata (burgerlijk wetboek/BW) menyebutkan bahwa
"setiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut." Maka berdasarkan ketentuan ini, siapapun yang melakukan perbuatan
melanggar hukum yang dapat menimbulkan kerugian terhadap orang lain harus
memberikan ganti rugi.
2. Berkaitan dengan kewajiban dari seorang wali, diatur di dalam pasal 370-374 kuhperdata,
yang memuat mengenai kewajiban-kewajiban wali terhadap asuhannya yang belum
dewasa. Selain daripada itu, pasal 383 kuhperdata, juga mengatur bahwa "setiap wali
harus menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan terhadap si belum dewasa sesuai
dengan harta kekayaannya, Bun iya harus mewakilinya dalam segala tindakan perdata. Si
belum dewasa harus menghormati walinya."
3. Berkaitan dengan dilakukannya pemberian secara cuma-cuma oleh miona atas harta
benda berupa perhiasan dan barang-barang antik peninggalan orangtuanya, kepada paman
dan bibi miona, maka mengenai syarat syahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 Kitab
undang-undang hukum perdata, yang menyebutkan bahwa: untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat: sepakat mereka yang mengingatkan dirinya; kecakapan untuk
membuat suatu perjanjian; suatu hal tertentu; suatu sebab yang halal. Berdasarkan
2

ketentuan ini, maka terdapat syarat subjektif dari perjanjian, yaitu adanya kesepakatan,
dan kecakapan untuk melakukan perjanjian. Syarat objektif, yaitu terdapat suatu hal
tertentu, dan suatu kausa yang halal.
4. Berkenaan dengan kecakapan seseorang di dalam melakukan perbuatan hukum perdata,
maka hal tersebut diatur dalam pasal 330 kitab undang-undang hukum perdata yang
menyebutkan bahwa: bahwa "orang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai
umur genap 21 tahun, dan tidak lebih dulu telah kawin."

Uji Syarat dan Akibat Hukum:


1. Terhadap pemberian secara Cuma Cuma atas harta perhiasan, dan barang antik
milik Miona, kepada Paman dan Bibi yang meminta dari Miona:
Miona, dalam kasus tersebut memberikan begitu saja harta benda yang dia miliki dari
peninggalan orangtuanya, namun tanpa sepengetahuan wali nya. Padahal, Miona sendiri, adalah
anak yang secara hukum belum cakap, dalam pasal 330 kitab undang-undang hukum perdata,
disebutkan bahwa "orang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21
tahun, dan tidak lebih dulu telah kawin."
Maka dalam hal ini, ketika miona memberikan harta benda perhiasan dan barang-barang
antik miliknya yang berasal dari peninggalan harta benda orang tuanya, merupakan bentuk
subjektif dari batalnya perjanjian karena Miona belum merupakan orang yang dapat dianggap
dewasa secara hukum. Selain itu, berdasarkan pasal 383 kitab undang-undang hukum perdata
(burgerlijk wetboek / BW), diatur bahwa "setiap wali harus menyelenggarakan pemelihraan dan
pendidikan terhadap pribadi si belum dewasa sesuai dengan harta kekayaannya, pun ia harus
mewakilinya dalam segala tindak perdata. Si belum dewasa, harus menghormati walinya." Hal
ini berarti, apapun yang dilakukan oleh Miona, sebelum menginjak umur 21 tahun, dalam hal
keperdataan merupakan tanggung jawab dari wali yang telah sah oleh penetapan pengadilan,
yaitu tante Tita.
Maka dari itu, untuk mengembalikan harta benda berupa perhiasan, dan barang-barang
antik milik miona yang merupakan peninggalan orangtuanya, saudara miona dapat digugat
secara hukum untuk mengembalikan perhiasan dan barang-barang antik tersebut, karena
didapatkan tidak dengan perjanjian yang sah secara hukum berdasarkan pasal 1320 kitab undang-
undang hukum perdata.
3

Paman dan bibi miona dapat digugat secara hukum karena harta benda berupa perhiasan
dan barang-barang antik yang diberikan oleh miona tidak didapatkan melalui perjanjian yang sah
secara hukum, karena miona masih belum dewasa untuk melakukan, serta berada dalam
perwalian dari Tante Tita.
2. Terhadap pendudukan/penguasaan rumah dan mobil milik Miona oleh
saudaranya:
Selanjutnya, untuk penguasaan rumah dan mobil yang dilakukan oleh saudara miona,
tanpa seijin walinya, maka atas hal tersebut dapat digugat dengan gugatan perbuatan melawan
hukum berdasarkan pasal 1365 kitab undang-undang hukum perdata. Saudara miona ini, tentu
secara tidak sah telah melakukan pendudukan penguasaan terhadap rumah dan barang milik
miona, dan karenanya akan menimbulkan kerugian bagi miona di kemudian hari.
Sedangkan keluarga miona yang lain, yang menempati rumah, dan dua unit mobil milik
miona dapat digugat secara hukum karena menduduki dan menguasai rumah orang lain, serta
harta orang lain tanpa seizin pemiliknya yang sah, ataupun tanpa seijin walinya yang sah secara
hukum yaitu Tante Tita.

Anda mungkin juga menyukai