Anda di halaman 1dari 3

Analisis Kesiapan Aparatur Pajak untuk Memungut Pajak dari Kegiatan Ekonomi Digital

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pasar terbesar ekonomi digital. Hal
tersebut menjadi suatu peluang bagi penerimaan pajak negara sekaligus menjadi tantangan
tersendiri, khususnya bagi otoritas pajak Indonesia dalam hal ini adalah Direktoral Jenderal Pajak
(DJP). Perkembangan ekonomi digital yang begitu pesat harus diiringi dengan kesiapan dan
kesanggupan otoritas pajak dalam menjawab perkembangan yang ada, karena hal tersebut akan
berdampak pada potensi penerimaan pajak negara.

Dalam menjawab perkembangan digital, DJP telah melakukan berbagai upaya penyesuaian
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan dan efektivitas pengawasan terhadap
kepatuhan wajib pajak. Pemanfaatan teknologi melalui e-system atau Electronic System oleh DJP
telah dimulai pada tahun 2015 dengan mengeluarkan berbagai sistem diantaranya adalah e-
Registration, e-Filling, e-SPT dan e-Billing. Hal tersebut merupakan upaya reformasi perpajakan
yang bermanfaat untuk meningkatkan tax ratio, penghindaran dan penggelapan pajak, serta
mendorong kepatuhan pajak. Kemudian dalam rangka penyesuaian dan pembaruan sistem pasca
15 tahun pelaksanaan e-system sebelumnya, DJP telah menyiapkan satu sistem baru yaitu Core Tax
System berupa sistem terpadu untuk mendukung pelaksanaan tugas DJP termasuk otomasi proses
bisnis mulai dari proses pendaftaran wajib pajak, pemrosesan surat pemberitahuan dan dokumen
perpajakan lainnya, pemrosesan pembayaran pajak, dukungan pemeriksaan dan penagihan, hingga
fungsi taxpayer accounting. Core Tax System tersebut rencananya akan dibangun dalam jangka
waktu 3 sampai 4 tahun dengan total pengadaan multiyear 7 tahun.1

Reformasi perpajakan terus menjadi perhatian penting bagi DJP, dimana berbagai inovasi
digital di bidang perpajakan terus dikembangkan. Pada tahun 2021 DJP telah menambah 9 layanan
digital, diantaranya Surat Pemberitahuan Objek Pajak secara elektronik (e-SPOP), Selanjutnya,
layanan e-Form dalam format PDF SPT Tahunan dan aktivasi EFIN dengan pengenalan wajah atau
face recognition. Terakhir, layanan e-Reporting investasi terkait dengan dividen yang diinvestasikan
kembali di Indonesia. Sementara itu, 5 layanan lainnya masih dalam tahap penyusunan dan
ditargetkan bisa dimanfaatkan wajib pajak dalam waktu dekat. Calon layanan digital DJP tersebut
antara lain aplikasi e-Bupot khusus instansi pemerintah dan 4 aplikasi yang mengakomodasi
laporan pembukuan wajib pajak.2 Dengan adanya berbagai layanan digital tersebut diharapkan
dapat memudahkan aparatur pajak dalam menjalankan tugasnya dan mampu menjawab tantangan
zaman terutama dalam perkembangan ekonomi digital.

Perkembangan reformasi perpajakan pertama kali dimulai pada tahun 1983 dengan adanya
perubahan sistem perpajakan yang semula official assessment menjadi self assessment. Dengan
mengikuti perkembangan yang ada maka DJP telah melakukan reformasi perpajakan jilid ke 3 yang
merupakan agenda yang dilakukan pada tahun 2017-2020. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
beberapa aspek yang menjadi tantangan bagi DJP, seperti perlambatan ekonomi global,
perkembangan pesat ekonomi digital, target penerimaan pajak yang terus meningkat, sampai
1
Lela Novitasari, “Modernisasi Teknologi Informasi Perpajakan di Era Ekonomi Digital,” www.pajak.go.id, 9 Agustus
2019, https://www.pajak.go.id/id/artikel/modernisasi-teknologi-informasi-perpajakan-di-era-ekonomi-digital.
2
Dony Agus Setiawan, “Tahun Ini DJP Tambah 9 Layanan Digital, Ini Daftarnya,” DDTC News, 23 Mei 2021,
https://news.ddtc.co.id/-tahun-ini-djp-tambah-9-layanan-digital-ini-daftarnya-30018.
dengan jumlah SDM DJP yang sudah tidak sebanding dengan pertumbuhan wajib pajak. Reformasi
perpajakan tersebut berfokus pada perbaikan lima pilar institusi, yaitu bidang organisasi, SDM,
teknologi informasi dan basis data, proses bisnis, serta peraturan perundang-undangan. Dalam
bidang organisasi telah dilakukan peningkatan fungsi serta penataan organisasi hingga terbentuk
struktur organisasi yang ideal (best fit). Kemudian dalam perbaikan SDM, DJP terus berupaya untuk
membentuk SDM yang tangguh, akuntabel dan berintegritas. Pada aspek teknologi informasi dan
basis data, pihak DJP berfokus pada penataan sistem informasi dan bekerjasama dengan para pihak
terkait guna mendukung terciptanya teknologi informasi yang reliable, andal dan menghasilkan
output yang akurat sesuai dengan core business DJP. Selanjutnya pada proses bisnis, DJP
melakukan penyederhanaan guna untuk membuat pekerjaan lebih efektif, efisien, akuntabel,
berbasis teknologi informasi, dan mencakup seluruh tugas DJP. Dan yang terakhir terkait peraturan
perundang-undangan, DJP berupaya agar peraturan yang dibentuk memberikan kepastian hukum
dan mampu menampung berbagai kegiatan ekonomi yang berkembang, yaitu dengan memperluas
basis perpajakan dan meningkatkan penerimaan pajak.3

Dalam menganalisa bagaimana kesiapan suatu organisasi maupun aparatur pajak, maka
harus diberikan batasan-batasan. Sehingga dalam menentukan bagaimana kesiapan tersebut dapat
dinilai dan ditentukan dari beberapa aspek, yaitu pesan, interpersonal dan sosial, dan penilaian
kesiapan.4 Kemudian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Aspek Pesan, dalam hal ini terdapat 2 pesan, yaitu kebutuhan untuk berubah (discrepancy) dan
kemampuan suatu individu atau organisasi untuk berubah (efficacy). Pada aspek ini ada
beberapa hal penting yang bisa menjadi penilaian kesiapan otoritas pajak. Hal tersebut dapat
dikaitkan dengan rekomendasi pada OECD BEPS action plan 1. Pertama, rekomendasi dalam hal
implementasi BEPS Package tentang ekonomi digital, Menteri Keuangan telah menandatangani
Multirateral Instrument (MLI), dengan memasukkan pasal mengenai BUT yang sesuai dengan
konsep significant economy precence. Kedua, dengan begitu mendesaknya akan kebutuhan
penerimaan negara dan perluasan basis pajak digital, maka pemerintah Indonesia menerbitkan
unilateral measures dalam bentuk Perpu Nomor 1 Tahun 2020 yang kemudian diundangkan
melalui UU Nomor 2 Tahun 2020 dengan berikut turunannya dalam PMK-48/PMK.03/2020
dengan tetap mengikuti arahan dan rekomendasi dari OECD, sehingga diharapkan Indonesia
mampu menjalankan unilateral measure seperti yang dilakukan oleh India dan Prancis. Ketiga,
bahwa seiring dengan perkembangan ekonomi digital yang terus bertumbuh pesat, DJP terus
berupaya untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem informasi dan pengolahan basis
data, serta terus melakukan peningkatan dan pengembangan kompetensi aparatur pajak. 5
2. Aspek Dinamika Interpersonal dan Sosial. Pertama, dalam hal pembuatan regulasi terkait
perpajakan, diharapkan bahwa regulasi tersebut mudah dipahami oleh seluruh pihak baik itu
wajib pajak, aparatur pajak, DJP maupun semua stakeholders yang terkait. Hal tersebut
tentunya harus diikuti dengan sosialisasi yang tepat sasaran. Sehingga diharapkan regulasi

3
Zidni Amaliah Mardlo, “Reformasi Perpajakan Jilid III Terus Berlanjut,” 30 Agustus 2019,
https://www.pajak.go.id/id/artikel/reformasi-perpajakan-jilid-iii-terus-berlanjut.
4
Bambang Firmansah dan Ning Rahayu, “Analisis Kesiapan Otoritas Pajak dalam Pemajakan atas Ekonomi Digital,” JPSI
(Journal of Public Sector Innovations) 5, no. 1 (17 Desember 2020): hlm. 15, doi:10.26740/jpsi.v5n1.p13-22.
5
Ibid.
perpajakan ekonomi digital tersebut dapat diikuti dan diimplementasikan dengan baik oleh
seluruh pihak yang terkait. Kedua, bahwa selama ini Indonesia telah memperoleh asistensi dari
OECD, IBFD, ITO, dan juga telah dilakukan berbagai macam training dan FGD mengenai
ekonomi digital. Selain itu, DJP bersama BKF juga selalu terlibat dalam beberapa working party
OECD berkaitan dengan ekonomi digital. Sehingga pada dasarnya dapat dikatakan bahwa
seharusnya kesiapan aparatur pajak dalam ekonomi digital ini sudah cukup baik. 6
3. Aspek Penilaian Kesiapan, dapat dilihat pada aspek kesiapan dan keahlian. Pertama, dalam hal
kesiapan organisasi berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2020, DJP telah membentuk Gugus Tugas
Ekonomi Digital. Selain itu, dilakukan kerjasama antar direktorat di lingkungan DJP dan BKF.
Dengan kesiapan dari aparatur pajak sebagai individu dan kemampuan DJP sebagai organisasi
sudah terbilang baik. Kemudian dalam aspek keahlian, perlu kita ketahui bersama bahwa DJP
telah mengirimkan banyak aparatur pajak untuk mempelajari dan mendalami terkait
international tax dan digital economy, maka seharusnya sudah banyak ahli-ahli pajak ekonomi
digital yang berada di DJP. 7

6
Ibid., hlm. 19.
7
Ibid., hlm. 20.

Anda mungkin juga menyukai