UNIVERSITAS PAKUAN
Soal/Pertanyaan :
==00==
Dr. Dwi Andayani Budisetyowati, S.H., Sapto Handoyo DP, S.H., M.H.
M.H.
Nama : Maria Stefani
NPM : 0101118162
Kelas/Semester : EF/5
Adapun yang termasuk dalam Justisiabel Peradilan Militer yaitu militer itu sendiri
maupun yang dipersamakan dengan militer. Yang dipersamakan dengan militer dalam
hal ini berdasarkan Pasal 6 ayat (2) diantaranya :
a. Prajurit siswa
b. Militer titular
Adalah suatu profesi yang diberikan pangkat militer karena pekerjaannya,
misalnya hakim titular (hakim sipil yang diberi pangkat militer) untuk
menyidangkan suatu perkara militer
c. WN yang dimobilisasi karena keahliannya pad waktu perang
d. Tawanan perang
e. Purnawirawan milier yang diaktifkan kembali
Di dalam KUHPM tidak diatur tentang sanksi pidana denda, karena untuk seorang
militer mempunyai karakteristik atau ciri khas yang berbeda dengan masyarakat atau
warga sipil, sehingga pemberian sanksi denda dianggap tidak sepadan dan tidak bisa
membuat efek jera. Oleh karena itu, hukuman yang lebih tepat dijatuhkan kepada
seorang militer bila melakukan suatu tindak pidana yaitu diberikan sanksi fisik dan
tidak menutup kemungkinan seorang militer juga diberikan sanksi pidana denda jika
yang bersangkutan melanggar suatu tindak pidana yang diatur di luar KUHPM yang
mencantumkan jenis-jenis sanksi denda, seperti UU Lalu Lintas, UU Perpajakan, dsb.
5. Pelaksanaan pidana penjara bagi terpidana militer setelah memperoleh vonis Hakim di
Pengadilan Militer yang telah berkekuatan hukum tetap/mengikat :
Mengenai pelaksanaan pidana penjara bagi terpidana militer, dilihat dari vonis yang
dijatuhkan oleh majelis hakim di Peradilan Militer. Kalau majelis hakim itu
menjatuhkan pidana pokok berikut pidana tambahan berupa pemecatan, maka
terpidana tersebut akan menjalani hukuman atau menghabiskan masa hukuman di
Lembaga Pemasyarakatan Sipil (di lapas biasa), sementara kalau vonis hakim dalam
memberikan pidana pokok tidak disertai dengan pidana tambahan berupa pemecatan,
maka terpiana menjalani masa hukumannya di dalam suatu Lembaga Pemasyarakatan
Militer. Penyelenggaraan Pemasyarakatan Militer sebagai sub sistem Peradilan
Militer dibina dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan
pertahanan dan keamanan Negara dalam rangka penegakkan hukum, memberikan
kepastian hukum, persamaan hak dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang diatur dalam buku
Petunjuk Teknis tentang Penyelenggaraan Pemasyarakatan Militer yang disahkan
Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dengan Nomor
Skep/792/XII/1997 Tanggal 31 Desember 1997.
Perbedaan sanksi pidana terhadap desersi yang dilakukan pada masa damai dan pada
masa perang :
Tindak pidana disersi yang dilakukan oleh militer pada saat negara dalam keadaan
damai, dalam kadaan tenang, dan tidak dalam keadaan perang. Sanksi pidananya jauh
lebih ringan, yaitu hanya 2 tahun 8 bulan dibandingkan sanksi pidana dalam disersi
yang dilakukan pada saat negara dalam keadaan berperang. Pengertian berperang di
sini adalah melawan angkatan bersenjata negara lain. Ancaman hukumannya
maksimal 8 tahun 6 bulan (3x lipatnya pada masadamai). Karena dalam keadaan
berperang, kehadiran seorang militer sangat diperlukan untuk membantu berperang
melawan musuh, tapi malah melarikan diri dari kesatuan yang seharusnya militer
tersebut ikut berperang dalam menghadapi musuh, sehingga hukumannya diperberat
dari disersi pada masa damai.
8. Pemberatan hukuman (pidana) dapat dilakukan bagi pelaku tindak pidana desersi
dalam hal :
1) Kalau yang melakukan disersi itu adalah seorang pemegang komando, atasan.
Alasannya seorang komandan seharusnya memberikan contoh yang baik,
memberikan keteladanan kepada bawahan, memberikan keteladanan kepada
anak buah untuk menjalankan tugas-tugas dan kewajibannya dengan baik.
2) Apabila pada saat disersi yang bersangkutan sambil membawa fasilitas atau
inventaris militer atau peralatan militer milik dari kesatuan. Misalnya pada
saat seorang militer melarikan diri dan meninggalkan kewajiban dinas sambil
membawa senjata, kendaraan dinas, dan peralatan tempur yang lain.
Hal tersebut didasarkan pada Pasal 88 KUHPM yang mengatur mengenai pemberatan
hukuman pidana bagi pelaku tindak pidana disersi. Jadi pelaku tindak pidana disersi
itu hukumannya bisa didua kali lipatkan dari hukuman yang diatur dalam Pasal 87
KUHPM, baik pada masa damai maupun perang.