Segala puji bagi Allah SWT yg telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolonganNya tentu saya tidak
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai persyaratan kelulusan mata kuliah
Hukum Pajak dengan Judul Pajak Penghasilan Badan
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya, Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran dari dosen untuk makalah ini, Agar makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan penulis juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada dosen mata kuliah Hukum Pajak Hj.Tuti Sriwahyuti, S.H.,M.kn
Kata Pengantar…………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………….
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Pembahasan
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima Wajib Pajak, baik berasal dari
dalam maupun dari luar negeri, yang dapat menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan. Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap penghasilan
orang pribadi dan badan yang diterima selama satu tahun pajak.
2. Subjek pajak harta warisan belum dibagi, yaitu warisan dari seseorang yang
sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka
pendapatan itu dikenakan pajak.
3. Subjek pajak badan, yakni badan yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah
daerah; dan
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan
e. Bentuk usaha tetap (BUT), yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan
dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di Indonesia.
Lalu apa sih sebenarnya objek pajak dari PPh 25? Objek pajak PPh 25
adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan bagi wajib pajak yang bersangkutan.
Objek pajak bisa darimana saja asalnya, baik yang berasal dari Indonesia maupun
di luar Indonesia.
Objek pajak PPh 25 dihitung dalam satu tahun sehingga jika dalam satu
tahun tersebut wajib pajak mengalami kerugian, maka pajaknya akan
dikompensasikan dengan penghasilan lainnya, kecuali kerugiannya terjadi di luar
negeri. Namun jika ada penghasilan yang dikecualikan atau mempunyai tarif
pajak tersendiri, maka jika mengalami kerugian tidak dapat dikompensasikan
dengan penghasilan lainnya yang memiliki tarif pajak umum.
a. Pajak Penghasilan 15
Pajak Penghasilan Pasal 15 merupakan laporan pajak yang
berhubungan dengan Norma Perhitungan Khusus untuk golongan Wajib
Pajak tertentu. Saat memiliki badan usaha, maka telah menjadi Wajib
Pajak Penghasilan Badan yang berprofesi sebagai pengusaha. Karena itu,
ada sejumlah pajak yang harus di bayarkan.
Jenis pajak yang wajib di bayarkan tersebut biasanya tertera pada SKT
(Surat Keterangan Terdaftar). Wajib Pajak yang bisa dikenakan Pajak
Penghasilan Badan Pasal 15 diantaranya:
1. Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional,
2. Perusahaan pelayaran dan penerbangan dalam negeri,
3. Perusahaan asuransi luar negeri,
4. Perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi,
5. Perusahaan dagang asing, dan
6. Perusahaan investor dalam bentuk BOT (build, operate, and transfer)
b. Pajak Penghasilan 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 ini merupakan pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun.
Hal ini karena pajak penghasilan badan sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang diterima oleh Wajib Pajak
dalam negeri atau karyawan dan harus dibayar setiap bulannya.
Perusahaan mengelola pemungutan pajak dengan memotong
langsung penghasilan para karyawan dan menyetorkannya ke kas negara
melalui bank persepsi. Sehingga para pekerja tidak perlu membayarkan
sendiri jenis pajak ini.
c. Pajak penghasilan 22
Pajak Penghasilan Pasal 22 merupakan pemungutan pajak dari
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor atau dari pembeli atas
penjualan barang mewah. Pihak pemungut tersebut terdiri dari:
1. Bendahara Pemerintah Pusat atau Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang.
2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain.
3. Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak pembeli atas
penjualan barang mewah.
Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau
jumlah bruto dari penghasilan yang didapatkan.
Contoh:
Perusahaan Maju Bersama memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak
senilai Rp.2.000.000.000, maka tarif PPh badan yang harus dibayarkan adalah
Selain mekanisme di atas. ada juga hal lain yang harus di pahami, yaitu peredaran
bruto dan kepentingannya dalam penghitungan PPh Badan. Peredaran bruto
adalah seluruh penghasilan yang diterima, baik orang pribadi maupun badan. Jika
wajib pajak memilih untuk tidak melakukan pembukuan, PKP akan dihitung
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Sebaliknya, jika wajib pajak
melakukan pembukuan yang benar, penghitungan PKP dilakukan berdasarkan
catatan yang tertulis di pembukuan.
Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang dimaksud dapat Anda lihat pada
pasal 14 UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. Berdasarkan ketentuan perpajakan
yang berlaku, Norma Penghitungan Penghasilan Neto dibagi dalam 2 jenis
berdasarkan jumlah peredaran bruto, yaitu:
Penghasilan Kotor
(Bruto)
(Rp) Tarif Pajak
Lebih dari Rp4.8 Miliar [(50%x25%) x Penghasilan Kena Pajak yang Memperoleh Fasilita
s/d Rp50 Miliar (25% x Penghasilan Kena Pajak Tidak Memperoleh Fasilitas
PPh badan terutang dengan peredaran bruto di atas Rp50 miliar akan dihitung
berdasarkan ketentuan umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif. Jadi dapat
disimpulkan bahwa besar PPh badan tetap adalah 25% x penghasilan kena pajak.
Penghasilan Kotor (Bruto) Tarif Pajak
(Rp)
Lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 Miliar {0.25 – (0.6 Miliar/Penghasilan Kotor)} x PKP
1. Online Banking
Wajib pajak perlu mendaftar untuk fasilitas online banking pada bank
persepsi yang ditunjuk Menteri Keuangan. Bank tersebut kemudian akan
menyediakan aplikasi khusus pembayaran pajak online. Saat melakukan
pembayaran, wajib pajak harus mengisi terlebih dahulu data yang diperlukan pada
aplikasi dari bank tersebut.
Saat pembayaran sudah dilakukan, wajib pajak akan menerima nomor
referensi sebagai tanda bukti pembayaran. Setelah itu data yang sudah diisi
beserta nomor referensi perlu dikirim kepada bank yang bersangkutan, agar wajib
pajak dapat menerima Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dari bank,
untuk dipergunakan pada laporan pajak yang akan dikirimkan kepada kantor
pajak.
Selain bank, kantor pos juga merupakan salah satu kanal yang ditunjuk
oleh pemerintah untuk melaksanakan sistem penerimaan negara secara elektronik
melalui sistem modul penerimaan negara ‘billing’ generasi kedua (MPN G2).
Dengan adanya pola penerimaan sistem MPN G2, wajib pajak cukup
menunjukkan ID Billing berupa 15 digit yang dibaca oleh sistem MPN G2. Kode
tersebut dapat diakses wajib pajak dengan terlebih dahulu mendaftar secara online
melalui alamat www.pajak.go.id. Atau, wajib pajak bisa juga mendapatkan ID
Billing pada salah satu kanal yang ditunjuk oleh pemerintah, misalnya aplikasi
OnlinePajak.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.wima.ac.id/348/2/Bab%201.pdf
https://www.cermati.com/artikel/pajak-penghasilan-pengertian-dan-cara-
menghitungnya
https://jojonomic.com/blog/pajak-penghasilan-badan/
https://www.pajak.go.id/id/subjek-pajak-pph-badan
https://www.pratama.co/mekanisme-pembayaran-pajak-bagi-wajib-pajak
https://www.online-pajak.com/tata-cara-pembayaran-pajak-penghasilan
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-cara-perhitungan-pajak-penghasilan-
badan-usaha/