Anda di halaman 1dari 10

Nama : Maria Stefani

NPM : 010118162

Semester/Kelas : 5/EF

1. Pengertian kriminologi dalam arti sempit dan dalam arti luas, yaitu :
Secara sempit kriminologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejahatan.
Sementara secara luas, kriminologi tidak hanya menjelaskan masalah-masalah kejahatan,
tetapi juga mempelajari sebab-sebab/faktor-faktor terjadinya kejahatan dan bagaimana
menanggulangi kejahatan tersebut. Dalam tindakan represif (penanggulangan), para
pelaku kejahatan harus diberi sanksi pidana, karena kriminologi adalah ilmu yang berdiri
sendiri yang membantu hukum pidana dalam hal meneliti suatu gejala sosial, apakah
merupakan kategori yang bisa dijadikan aturan pidana di dalamnya, sehingga kriminologi
merupakan hasil penelitian-penelitian yang dapat menciptakan hukum pidana baru atau
merupakan pembaharuan hukum pidana.
Jadi kriminologi adalah ilmu sosial yang mempelajari faktor-faktor terjadinya
kejahatan dan bagaimana cara menanggulanginya. Kalau sifatnya merugikan dan
ditentang oleh masyarakat, maka perlu dibuat aturan-aturan agar pembuat kejahatan
tersebut dapat dipidana, karena suatu kejahatan dari kriminologi adalah perbuatan yang
merugikan dan menimbulkan korban yang menderita akibat perlakukan orang lain,
menderita dalam hal psikis dan fisik maupun harta benda.

2. Hubungan antara kriminologi dengan hukum pidana menurut Sutherland adalah ilmu
yang mempelajari fenomena/gejala sosisal yang berkaitan dengan hukum pidana. Ada 3
pembahasan khusus, yaitu :
a. Proses pembuatan UU harus didengar/diambil dari penelitian kriminologi bahkan
sosiologi terutama yang berkaitan dengan hukum pidana.
b. Adanya pelanggaran terhadap peraturan, dipelajari secara khusus di etiologi, yang
membahas mengapa orang suka melanggar peraturan.
c. Adanya penerapan sanksi, dipelajari secara khusus dalam kriminologi terkait
penologi sanksi pidana tidak bisa rata diberlakukan pada semua orang. Contohnya
dalam meberikan sanksi pada anak yang usianya dibawah usia 18 tahun berbeda
dengan yang sudah dewasa. Karena anak itu adalah manusia kecil yang secara
fisik dan psikisnya itu tidak bisa disamakan dengan orang dewasa, orang dewasa
pikirannya bukan cenderung ke arah nakal atau bukan kejahatan yang dilakukan
secara murni, sedangkan anak kecil bisa dibilang merupakan merupakan
kejahatan yang dilakukan secara murni tanpa direncanakan.

Sutherland berpendapat bahwa kriminologi ilmu yang berdiri sendiri dan memilikikaitan
yang erat dengan hukum pidana.

3. Peran kriminologi dalam pembaharuan hukum pidana, yaitu :


Kriminologi sangat berperan sebagaimana pembaharuan hukum pidana untuk mengetahui
sebab dan bagaimana cara penanganannya yang tepat dalam suatu kejahatan tersebut.
Penilitian kriminologi dapat memberikan gambaran suatu kejahatan tersebut dapat
berkembang baik dengan diciptakannya suau undang-undang diluar KUHP sebagaiamana
kita ketahui bahwa kejahatan yang ada dalam KUHP masilah berbentuk kejahatan dalam
artian klasik dan kriminologi dalam hal ini juga berperan sebagai penyempurna
perundang-undagan ataupun aturan yang ada. Adapun istilah-istilah kriminologi yang
mengacu kepada pembaharuan hukum pidana, yaitu :
1) Kriminalisasi proses penetapan perbuatan yang sebelumnya bukan tindak pidana
menjadi tindak pidana. Contoh pencurian uang.
2) Dekriminalisasi adalah perbuatan yang tadinya tindak pidana kemudian karena
masyarakat, perbuatan tersebut menjadi tidak dapat dipidana. Contoh dalam Pasal
534 KUHP yaitu tentang memperagakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan
dimuka umum, namun karena di Indonesia ada program KB, jadi hal tersebut
termasuk dekriminalisasi.
3) Rekriminalisasi adalah pada awalnya ada perbuatan yang merupakan tindak
pidana kemudian menjadi bukan tindak pidana lalu menjadi tindak pidana lagi.
Contoh penggunaan cek kosong
4) Depanalisasi adalah perbuatan yang tadinya dapat dikenai sanksi pidana
kemudian dalam perkembangannya terhadap perbuatan tersebut sanksinya
dialihkan menjadi sanksi administratif. Contoh pencabutan izin usaha

4. Peran masing-masing ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kriminologi, yaitu :


1) Psikologi criminal, diperlukan untuk mengetahui keadaan kejiwaan pelaku.
2) Hukum pidana baik formal maupun materiil, formil untuk melaksanakan hak
pelaku kejahatan, materiil untuk membuat hukum.
3) Forensik, membantu untuk membuat visum et repertum korban
4) Viktimologi untuk mengetahui keadaan korban karena dalam suatu kejahatan
belum tentu semuanya merupakan kesalahan pelaku.

5. Faktor terjadinya kejahatan, yaitu :


1) Teori Biologis
Faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang dibawa sejak lahir
melalui gen dan keturunan yang dapat memunculkan penyimpangan tingkah laku.
Misalnya cacat bawaan yang berkaitan dengan sifat-sifat kriminal serta penyakit
mental. Faktor biologis juga menggambarkan bahwa kejahatan dapat dilihat dari
fisik pelaku kejahatan seperti muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung betet,
rambut panjang. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai faktor penyebab
kejahatan, hanya digunakan untuk mengidentifikasi seorang pelaku kejahatan.
2) Teori Psikogenesis
Perilaku kejahatan timbul karena faktor intelegensi, ciri kepribadian, motivasi,
sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik
batin, emosi yang kontroversial dan kecenderungan psikopatologis. Artinya
perilaku jahat merupakan reaksi terhadap masalah psikis, misalnya pada keluarga
yang hancur akibat perceraian atau salah asuhan karena orang tua sibuk bekerja.
Faktor ini didominasi karena pribadi seseorang yang tertekan dengan keadaan
hidupnya yang tak kunjung membaik atau frustasi. Adapun kemiskinan atau
faktor ekonomi menjadi faktor yang memengaruhi terjadinya kejahatan, karena
demi memenuhi kebutuhan hidupnya maka orang akan cenderung melakukan
apapun itu meski melakukan kejahatan sekalipun.
3) Teori Sosiogenesis
Penyebab tingkah laku jahat murni sosisologis atau sosial psikologis. Perilaku
jahat dibentuk oleh lingkungan yang buruk dan jahat, miaalnya kondisi sekolah
yang kurang menarik dan pergaulan yang tidak terarahkan oleh nilai-nilai
kesusilaan dan agama. Teori ini mengungkapkan bahwa penyebab kejahatan
karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya, baik lingkungan keluarga,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, serta penemuan teknologi.
4) Teori Subkultural Delikuensi
Perilaku jahat adalah sifat-sifat struktur sosial dengan pola budaya yang khas dari
lingkungan dan masyarakat yang dialami oleh penjahat. Hal itu terjadi karena
populasi yang padat, status sosial ekonomi penghuninya rendah, kondisi fisik
perkampungan yang sangat buruk, dan banyak disorganisasi sosial. Jadi penyebab
kejahatan dilihat berdasarkan letak suatu daerah tertentu tempat terjadinya suatu
kejahatan.

6. Tipe-tipe pelaku kejahatan, yaitu :


Lambroso meneliti penjahat di dalam penjara berdasarkan tengkoraknya :
1) Tipe born criminal adalah orang yang memang sejak lahir berbakat menjadi
penjahat.
2) Tipe insome adalah, penjahat gila yang dilahirkan oleh penyakit jiwa, idiot,
dungu, alkohol.
3) Occasional criminal/criminaloid adalah pelaku kejahatan berdasarkan pengalaman
seorang yang sejak lahir berbakat menjadi penjahat menerus sehingga
memengaruhi pribadinya
4) Criminal of passion adalah pelaku kejahatan yang melakukan tindakannya karena
cinta, marah, ataupun karena kehormatan.

Adapun menurut Walter C Recless, membedakan penjahat sebagi berikut :


1) Penjahat biasa, yakni yang mana melakukan kejahatan konvensional baik itu
pencurian ringan sampai dengan kekerasan dan dalam hal ini biasanya dilakukan
oleh satu individu dan tidak terorganisir.
2) Penjahat terorganisir, yaitu dilakukan secara terorganisasi yang kuat sehingga
dalam hal ini pelaku sulit untuk di tangkap atau diselidiki, oleh karena itu
mebutuhkan penyelidikan khusus.
3) Penjahat professional, yakni mereka yang memiliki kemahiran tinggi dan mampu
menghasilkan kejahatan yang terbebas dari jeratan hukum.

7. Mazhab-mazhab dalam kriminologi, yaitu :


1) Mazhab Klasik/Antropologi
Berdasarkan ciri-ciri fisik, tokoh dari mazhab ini adalah Lombroso. Mazhab ini
lebih berkembang di daerah Eropa dan Italia. Ciri-ciri fisik yang dikemukakan
oleh Lombroso yaitu matanya dalem, rahangnya tajam, mukanya segi empat,
hidungnya betet, rambutnya panjang. Lombroso ini melihat ciri-cirinya di dalam
penjara, tapi dalam perkembangannya Lombroso melihat bahwa banyak orang-
orang baik di luar penjara yang ciri-cirinya sama atau di luar cirinya malah jahat.
2) Mazhab Neoklasik/Klasik Baru/Biologi
Berdasarkan kepada watak/faktor heriditer, keturunan (bisa jadi mencontoh orang
tuanya), yaitu berdasarkan born criminal, yang artinya manusia sejak lahir sudah
mempunyai watak kriminal. Kejahatan adalah hasil dari keturunan orang tuanya.
Tokoh mazhab ini adalah Cesare Beccaria dan Enrico Ferry. Berkembang di
Eropa dan Italia.
3) Mazhab Positif/Ekonomi
Berdasarkan kepada lingkungan yang ada pada saat itu. Lebih objektif.
Berkembang di Perancis pada saat revolusi Perancis. Jadi waktu itu ada resersi
ekonomi di Perancis sehingga Perancis meminta raja digulingkan. Dari resersi itu
membuat nilai mata uang Perancis turun , akibatnya banyak pengusaha-pengusaha
yang bunuh diri. Tokoh mazhab ini adalah Gabriel Tarde. Menurut Bonger,
kejahatan di Belanda dilakukan oleh orang miskin sebagai akibat dari kekurangan
ekonomi sehingga antara mazhab aliran dan teori saling berhubungan. Maksudnya
adalah adanya revolusi Industri dan resersi ekonomi sehingga mengakibatkan
kemiskinan yang menimbulkan gejala-gejala sosial yang mengakibatkan
terjadinya kejahatan.
4) Mazhab Positif Mutakhir/Sosiologi
Disebabkan karena faktor lingkungan. Lebih objektif. Dimana orang-orang
disekitarnya yang melakukan kejahatan akan mempengaruhi diri pribadi
manusianya, seperti di Jerman pada masa Hiltler terjadi kekerasan. Tokoh mazhab
ini adalah Emile Durkhiem. Mazhab ini lebih berkembang di Belanda dan Jerman.
5) Mazhab Krisis/Biososiologi
Bergantung pada mazhab sosiologi, karena faktor lingkungan dan tindak pidana
dilakukan oleh yang bersangkutan tidak menjadikan betul-betul faktor dari
perbuatannya. Tokoh mazhab ini adalah Jeremy Bentham dan Suttherland.
Berkembang di Amerika Serikat. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tindak
pidana, tetapi walaupun lingkungannya jelek, kalau si pribadi manusianya itu baik
tentu tidak akan melakukan tindak pidana. Contoh lingkungan yang banyak PSK
nya seperti di Sarkem Jogja, walaupun disana merupakan tempat PSK, namun
orang-orang disekitarnya tidak semua buruk dan melakukan tindakan yang sama.

8. Aliran klasik dan aliran positif :


1) Aliran Klasik
Tokoh aliran ini adalah Cesare Beccaria dan Jeremy Bentham. Terjadi tahun
1814. Konsep pemikirannya adalah orang itu dilahirkan memiliki kehendak bebas
(prewill), adanya hak asasi. Tetapi negara dibentuk berdasarkan perjanjian
masyarakat (ada kesepakatan dari masyarakat) yang mana masing-masing punya
aturan. Negara yang mengatur hak asasi dari warga negaranya. Masyarakat hanya
menyerahkan sebagaian hak asasi nya kepada negara.
2) Aliran Positif
Berkembang abad 19. Dikembangkan oleh Lombroso dan Enrico Ferry.
Mengemukakan pada hukum sebab akibat. Konsep pemikirannya adalah
kehidupan manusia dalam hal apapun didasarkan pada teori sebab akibat.
Kejahatan merupakan masalah sosial (bisa dari ekonomi, lingkungan, pendidikan)
yang bisa diatasi dengan mempelajari tingkah laku manusia. Penjahat termasuk ke
dalam kelompok abnormal yang dapat dibedakan dengan seorang yang normal.
Maksudnya adalah para pelaku kejahatan dikatakan sebagai abnormal dari kita
yang tidak melakukan kejahatan/normal. Dalam penanggulangannya, hukuman
terhadap pelaku kejahatan dengan memberi pembinaan/treatment. Contoh : diberi
keterampilan supaya tidak punya waktu kosong untuk memikirkan kejahatan yang
berikutnya.

Perbandingan konsep aliran klasik dan positif :


1) Dalam aliran klasik tidak menjelaskan faktor penyebab seseorang melakukan
kejahatan seperti born criminal, turunan, bentuk fisik. Sedangkan pada aliran
positif dijelaskan.
2) Aliran klasik lebih menempatkan pidana sebagai satu-satunya jalan diluar
penanggulangan kejahatan. Sedangkan aliran positif lebih memilih treatment.
Contoh : teori pemidanaan absolut (klasik) karena tidak melihat kenapa orang
tersebut melakukan kejahatan, semata-mata hanya pembalasan dari apa yang
dibuatnya, tidak ada pembinaan untuk orang tersebut.
3) Aliran klasik lebih cenderung penting untuk pembaharuan pidana, karena tidak
melihat sebab orang melakukan kejahatan, akhirnya menjadi pemikiran para
hukum pidana untuk menetapkan sebuah sanksi. Sedangkan aliran positif lebih
terhadap penyelidikan dan perkembangan kriminologi akan membantu perubahan
dari hukum pidana dengan jalan hasil dari penelitian kriminologi ini untuk
membuat perubahan hukum pidana dalam hal memberi sanksinya terhadap
perbuatan tersebut, karena perkembangan masyarakat akan menciptakan
kejahatan yang baru.

9. Hubungan teori pemidanaan dan sistem pemidanaan dengan kriminologi :


Pemidanaan adalah penerapan dari sanksi/mestapa/penderitaan kepada orang yang
melakukan suatu tindak pidana.
Ada 3 macam teori pemidanaan, yaitu :
1) Teori Absolut/Pembalasan
Orang yang melakukan tindak pidana wajib dibalas atas perbuatannya. Tidak
melihat alasan mengapa orang tersebut melakukan tindak pidana, karena yang
dilihat hasil dari perbuatan tersebut ada korban, maka dari itu perbuatannya harus
dibalas. Tidak memikirkan manfaat dari pembalasan tersebut. Sejarahnya di
Penjara Pennsylvania di Amerika Serikat, yaitu orang-orang yang melakukan
tindak pidana dimasukkan ke dalam suatu ruang tertutup (satu sel satu orang)
tidak ada komunikasi antara orang yang satu dengan yang lain. Contohnya
dibacakan Injil, cahaya yg masuk dari ventilasi sedikit.
2) Teori Relatif/Tujuan
Sudah berkembang pemikiran bahwa, orang tersebut tidak hanya diberi
pembalasan dengan cara dikurung atau di penjara, tapi ada tujuan untuk
memberikan pidana terhadap orang tersebut, yaitu agar menjadi jera atau kapok
untuk melakukan tindak pidana lagi. Selain itu, untuk memperbaiki si pelaku
kejahatan. Jadi disamping mendapat penderitaan akibat perbuatan yang dilakukan,
juga dikasih pembinaan. Misalnya ada pelajaran agama, pelajaran keterampilan.
Sejarahnya Penjara Sing Sing di Amerika Serikat. Orang-orang yang dipenjara
sudah boleh berolahraga bersama (ada komunikasi, misalnya seperti saling
tersenyum, tapi tidak boleh berbicara) dan juga masih hidup satu sel satu orang.
Hal ini bertujuan untuk membuat pencegahan/preventif terhadap orang-orang di
luar penjara untuk tidak mau melakukan tindak pidana agar masyarakat menjadi
aman, tentram, tidak resah. Prevensi umum : mencegah agar masyarakat tidak
resah, aman, tentram, karena pelaku sudah dimasukan ke sel. Kemudian
mencegah agar orang lain tidak mau melakukan tindak pidana seperti yang
dilakukan oleh pelaku.
Prevensi khusus : terhadap diri pelaku supaya kapok/jera dan tidak mengulangi
tindak pidana lagi.
3) Teori Gabungan
Menggabungkan antara teori absolut dan teori relatif. Ada 3 aliran :
a. Gabungan yang menitik beratkan pembalasan, tapi dengan maksud untuk
melindungi ketertiban umum. Adanya penegakan hukum bagi orang yang
dipidana dan pemindanaan itulah yang merupakan pembalasannya. Tidak
boleh orang yang melakukan tindak pidana tidak dikurung/dipenjara,
tetapi harus tetap dibatasi kebebasan bergeraknya di dalam suatu sel.
b. Menitik beratkan pada perlindungan masyarakat. Kalau orang jahat
berkeliaran masyarakat akan resah. Contoh : fenomena pocong-pocongan
yang dibaliknya adalah penjahat untuk mengagetkan korban dan setelah
korban pingsan, si penjahat itu mencuri barang berharga milik korban.
c. Menitik beratkan sama antara pembalasan dengan perlindungan untuk
kepentingan masyarakat.

Di dalam teori gabungan tidak meninggalkan teori-teori pembalasan, seperti


ketika warga binaan melanggar tertib di dalam lembaga pemasyarakatan akan
diberi hukuman. Namanya hukuman sunyi, biasanya di sel sendiri, ga ada lampu
jadi ga bisa baca kalau malam, dikasih makannya juga air putih dan nasi putih aja.
Indonesia masuk teori gabungan, karena masih ada lembaga pemasyarakatan.
Artinya masih ada pengekangan kebebasan bergerak terhadap orang yang
melakukan tindak pidana, apalagi seumur hidup/pidana mati.

Jadi hubungan teori pemidanaan dengan sistem pemidanaan dalam kriminologi adalah
melahirkan sebutan penjara dengan pemasyarakatan. Artinya memasyarakatkan kembali
orang-orang yang telah berbuat salah dalam keadaan tersesat. Yang tadinya disebut
terpidana sekarang diganti jadi narapidana. Dan dengan berlakunya UUD No. 12/1995
tentang Pemasyarakatan, maka sebutan narapidana diganti menjadi warga binaan, karena
dibina untuk bisa kembali ke masyarakat ketika mereka sudah lepas/bebas, jadi mereka
tidak menjadi benalu di dalam masyarakat. Namun, terjadi fenomena labelling, yaitu
sebutan penjahat di dalam dirinya akan selalu melekat, kadang-kadang masyarakat sendiri
yang tidak bisa menerima kembalinya pelaku tindak pidana ke dalam masyarakat.

10. Pengertian dari :


a. White Collar Crime/Kejahatan Kerah Putih adalah kejahatan yang dilakukan oleh
orang yang berpendidikan, biasanya dilakukan karena jabatan. Contohnya dokter
yang melakukan aborsi, notaris yang menggelapkan tanah, pejabat yang korupsi.

b. Kejahatan korporasi/badan usaha adalah kejahatan yang dilakukan oleh badan


hukum, sanksinya adalah denda dan dicabut izin usahanya/pengurusannya yang
dipenjara.
c. Kejahatan transnasional/antar negara adalah kejahatan yang dilakukan antar
negara. Contohnya terorisme, narkotika, human trafticking.

Anda mungkin juga menyukai