Anda di halaman 1dari 9

1

Mengapa Orang Melakukan Kejahatan?

Oleh: Dr. La Niasa, S.H.,M.H.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Sulawesi Tenggara, Kendari.

Apa yang menyebabkan sebagian orang melakukan kejahatan : pembunuhan, penganiayaan


kekerasan, pencurian, penggelapan, penipuan, yang merugikan orang lain sedangkan yang
lain tidak melakukan kejahatan pada orang lain? Tulisan pendek ini akan mengulas definisi,
bentuk dan beberapa penjelasan Psikologi yang sering digunakan untuk menjelaskan perilaku
kejahatanseseorang.

Definisi kejahatan

Ketika berbicara tentang kejahatan, sebenarnya banyak hal yang dapat diulas. Paling tidak
dimulai dengan definisi kejahatan. Kejahatan sering diartikan sebagai perilaku seseorang
pelanggaran aturan hukum akibatnya seseorang dapat dijerat hukuman. Kejahatan terjadi
ketika seseorang melanggar hukum baik secara langsung maupun tidak langsung, atau bentuk
kelalaian yang dapat berakibat pada hukuman. Dalam perspektif hukum ini, perilaku
kejahatan terkesan aktif, manusia berbuat kejahatan. Namun sebenarnya “tidak berperilaku”
pun bisa menjadi suatu bentuk kejahatan, contohnya: penelantaran anak atau tidak melapor
pada pihak berwenang ketika mengetahui terjadi tindakan kekerasan pada anak di sekitar kita.

Adapula perspektif moral. Perilaku dapat disebut sebagai kejahatan hanya jika memiliki 2
faktor: 1) mens rea (adanya niatan melakukan perilaku), dan 2) actus reus (perilaku
terlaksana tanpa paksaan dari orang lain). Contohnya: pembunuhan disebut kejahatan ketika
pelaku telah memiliki niat menghabisi nyawa orang lain, serta ide dan pelaksanaan perilaku
pembunuhan dimiliki pelaku sendiri tanpa paksaan dari orang lain. Jika pelaku ternyata
memiliki gangguan mental yang menyebabkan niatnya terjadi diluar kesadaran, contoh:
perilaku kejahatan terjadi pada saat tidur atau tidak sadar, maka faktor mens rea-nya dianggap
tidak utuh, atau tidak bisa secara gamblang dinyatakan sebagai kejahatan, karena orang
dengan gangguan mental tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas perilakunya (Davies,
Hollind, & Bull, 2008).

Bentuk kejahatan

Selanjutnya, ketika membicarakan kejahatan kita juga perlu mengidentifikasi pelaku dan
korban. Pelaku adalah orang yang melakukan tindakan melanggar hak dan kesejahteraan
hidup seseorang, sedangkan korban adalah orang yang terlanggar hak dan kesejahteraan
hidupnya. Pada kasus pidana, identifikasi akan berkaitan dengan pembuatan tuntutan dan
pertanggungjwaban hukum. Walaupun begitu, terkadang tidak mudah mengidentifikasi
pelaku dan korban, terutama pada kasus dimana pelaku adalah korbannya juga, contohnya:
pelaku prostitusi sebenarnya juga adalah korban dari perilakunya.

Kejahatan secara umum dapat dibedakan dalam beberapa macam: kejahatan personal (pelaku
dan korban kejahatan adalah sama), interpersonal (ada pelaku yang merugikan orang lain),
dan kejahatan sosial masyarakat (efek kejahatan pelaku merugikan kehidupan orang banyak
di masyarakat). Dari segi pelaksanaannya kejahatan juga bisa dibagi menjadi kejahatan
terorganisir (sering disebut kejahatan “kerah putih” yang memiliki sistem dan perencanaan
serta keahlian dalam melakukan kejahatan) dan tidak teroganisir (kejahatan yang dilakukan
2

tanpa perencanaan dan dilakukan oleh orang yang belum punya keahlian khusus atau amatir).
Secara pidana, ada beberapa contoh perilaku kejahatan: pembunuhan, tindak kekerasan,
pemerkosaan, pencurian, perampokan, perampasan, penipuan, penganiayaan, penyalahgunaan
zat dan obat, dan banyak lagi yang lain.

Teori kejahatan

Begitu banyaknya bentuk dan macam kejahatan, maka menarik untuk mengetahui apa hal
yang menyebabkan orang bisa melakukan kejahatan. Sebenarnya sejak dulu manusia
berusaha menjelaskan mengapa kebanyakan orang menjadi penjahat. Penjelasan paling awal
adalah Model Demonologi. Dulu dianggap bahwa perilaku kriminal adalah hasil dari
pengaruh roh jahat. Maka cara untuk menyembuhkan gangguan mental dan perilaku jahat
adalah mengusir roh kejahatan, biasanya dilakukan dengan beberapa cara menyiksa,
mengeluarkan bagian tubuh yang dianggap jahat (misalkan darah, atau bagian organ tubuh
lainnya).

Namun dalam kajian Psikologi Forensik, dikenal beberapa pendekatan teoritis yang
digunakan untuk menjelaskan perilaku kejahatan: Kriminologi awal (Cesare Lombroso),
Psikoanalisa (Sigmund Freud), dan Teori Bioekologi-Sosial.

Cesare Lombroso adalah seorang kriminolog Italia yang pada tahun 1876 menjelaskan teori
‘determinisme antropologi’ yang menyatakan kriminalitas adalah ciri yang diwariskan atau
dengan kata lain seseorang dapat dilahirkan sebagai “kriminal”. Ciri kriminal dapat
diidentifikasi dengan ciri fisik seseorang, contohnya: rahang besar, dagu condong maju, dahi
sempit, tulang pipi tinggi, hidung pipih atau lebar terbalik, dagu besar, sangat menonjol
dalam penampilan, hidung bengkok atau bibir tebal, mata licik, jenggot minim atau
kebotakan dan ketidakpekaan terhadap nyeri, serta memiliki lengan panjang. Ia
menyimpulkan juga kebanyakan kejahatan dilakukan oleh laki-laki. Perempuan yang
melakukan kejahatan artinya terjadi degenarasi atau kemunduran. Ia berpandangan harusnya
sikap pasif, kurangnya inisiatif dan intelektualitas perempuan membuatnya sulit melakukan
kejahatan.

Sigmund Freud dalam perspektif Psikoanalisa memiliki pandangan sendiri tentang apa yang
menjadikan seorang kriminal. Ketidakseimbangan hubungan antara Id, Ego dan Superego
membuat manusia lemah dan akibatnya lebih mungkin melakukan perilaku menyimpang atau
kejahatan. Sigmund Freud menyatakan bahwa penyimpangan dihasilkan dari rasa bersalah
yang berlebihan sebagai akibat dari superego berlebihan. Orang dengan superego yang
berlebihan akan dapat merasa bersalah tanpa alasan dan ingin dihukum; cara yang
dilakukannya untuk menghadapi rasa bersalah justru dengan melakukan kejahatan. Kejahatan
dilakukan untuk meredakan superego karena mereka secara tidak sadar sebenarnya
menginginkan hukuman untuk menghilangkan rasa bersalah.

Selain itu, Sigmund Freud juga menjelaskan kejahatan dari prinsip “kesenangan”. Manusia
memiliki dasar biologis yang sifatnya mendesak dan bekerja untuk meraih kepuasan (prinsip
kesenangan). Di dalamnya termasuk keinginan untuk makanan, seks, dan kelangsungan hidup
yang dikelola oleh Id. Sigmund Freud percaya bahwa jika ini tidak bisa diperoleh secara legal
atau sesuai dengan aturan sosial, maka orang secara naluriah akan mencoba untuk
melakukannya secara ilegal. Sebenarnya pemahaman moral tentang benar dan salah yang
telah ditanamkan sejak masa kanak harusnya bisa bekerja sebagai superego yang
mengimbangi dan mengontrol Id. Namun jika pemahaman moral kurang dan superego tidak
3

berkembang dengan sempurna, akibatnya anak dapat tumbuh menjadi individu yang kurang
mampu mengontrol dorongan Id, serta mau melakukan apa saja untuk meraih apa yang
dibutuhkannya. Menurut pandangan ini, kejahatan bukanlah hasil dari kepribadian kriminal,
tapi dari kelemahan ego. Ego yang tidak mampu menjembatani kebutuhan superego dan id
akan lemah dan membuat orang rentan melakukan kejahatan.

Dari perspektif belajar sosial, Albert Bandura menjelaskan bahwa perilaku kejahatan adalah
hasil proses belajar psikologis, yang mekanismenya diperoleh melalui pemaparan pada
perilaku kejahatan yang dilakukan oleh orang di sekitarnya, lalu terjadi pengulangan paparan
yang disertai dengan penguatan atau reward; sehingga semakin mendukung orang untuk mau
meniru perilaku kejahatan yang mereka lihat. Contohnya: jika anak mengamati orang tuanya
mencuri dan memahami bahwa mencuri uang menimbulkan reward positif (punya uang
banyak untuk bersenang-senang); maka anak akan mau meniru perilaku mencuri. Di sisi lain,
perilaku yang tidak diikuti dengan reward atau menghasilkan reaksi negatif maka anak
belajar untuk tidak melakukan; atau dengan kata lain meniru untuk tidak mengulangi agar
menghindari efek negatif. Dalam perspektif ini, Bandura percaya bahwa manusia memiliki
kapasitas berpikir aktif yang mampu memutuskan apakah akan meniru atau tidak mengadopsi
perilaku yang mereka amati dari lingkungan sosial mereka.

Teori Sosial menjelaskan bahwa perilaku kejahatan adalah hasil kerusakan sistem dan
struktur sosial. Seorang penjahat dari keluarga yang bercerai, mengalami masa kecil yang
sulit, hidup di lingkungan sosial yang miskin dan banyak terjadi pelanggaran hukum, tidak
memiliki pendidikan yang baik, memiliki gangguan fisik dan mental dan berbagai kesulitan
psikososial lainnya. Dalam perspektif ini, kesannya individu dilihat sebagai pasif bentukan
sistem di sekelilingnya. Namun sebenarnya pada pendekatan Biokologis oleh Urie
Brofenbenner, terdapat interaksi faktor personal (si individu itu sendiri, termasuk di
dalamnya aspek kepribadian, trauma, aspek biologis) dengan faktor sistem sosial di
sekelilingnya. Artinya perilaku kejahatan akan muncul sebagai interaksi antara faktor
personal dan faktor lingkungan yang harus dapat diidentifikasi. Contohnya: seseorang yang
memiliki gangguan kepribadian, pernah mengalami pola pengasuhan traumatis dan saat ini
hidup di lingkungan yang tidak peduli hukum dapat membuatnya lebih mudah melakukan
kejahatan.

Apakah semua kejahatan harus diperlakukan sama?

Kejahatan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Bahkan perilaku kejahatan yang sama dapat
didasari oleh alasan yang berbeda. Misalkan pelaku pencuri, seorang melakukannya untuk
bertahan hidup, sedang yang lain untuk mencari uang sebanyak mungkin agar bisa
menghindari pekerjaan sesedikit mungkin. Berbagai penjelasan teori kejahatan di atas dapat
digunakan untuk memahami kasus-kasus kejahatan. Mengapa dan bagaimana perilaku
kejahatan dapat muncul dalam suatu kasus kejahatan. Kepekaan dan keahlian dalam
memilah-milah perspektif teori dalam menjelaskan kejahatan sangat dibutuhkan dalam
mencari titik terang suatu kasus kejahatan. Dengan pemahaman tersebut, harapannya, juga
bisa dipahami bagaimana masing-masing harus diperlakukan dan diberikan konsekuensi
hukum serta rehabilitasi psikologisnya. Proses koreksi dan rehabilitasi perilaku kejahatan
sebaiknya dilakukan berdasarkan penjelasan perilaku kejahatan yang akurat dan tepat.
4

Referensi:

Davies, G., Hollin, C., & Bull, R. (2008). Forensic Psychology. John Wiley; Sussex.

6 Alasan Seseorang Melakukan Kejahatan/


kriminalitan.
Kita sudah memasuki hampir setahun masa pandemi di tanah air. Masa pandemi adalah
masa-masa yang sulit dan penuh tantangan. Tak sedikit masyarakat kehilangan pekerjaan dan
bersusah payah mencari sesuap nasi untuk makan sehari-hari. Dampak pandemi covid-19 ini
membuat sektor perekonomian menjadi terganggu. Imbasnya, ada individu yang gelap mata
sehingga nekat melakukan kejahatan. Sebenarnya apa sih yang menjadi alasan seseorang
melakukan tindakan kriminalitas? Inilah 6 alasan seseorang melakukan tindakan kriminalitas.

Definisi Kriminalitas
Kriminalitas mempunyai asal kata “crimen” yang berarti kejahatan. Kriminalitas atau tindak
kriminal adalah segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara
ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam negara indonesia serta
norma-norma sosial dan agama. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang
dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris., dst.

Jenis Tindakan Kriminalitas


Jenis kriminalitas terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Crimes without victims (dianggap perbuatan tercela)
2. Organized Crime (kejahatan terorganisir, komplotan)
3. White Collar Crime (dilakukan orang berstatus tinggi)
4. Corporate Crime (kejahatan yg dilakukan atas nama organisasi formal utk menaikkan
keuntungan)
5. Blue collar Crime (dilakukan rakyat miskin karena ekonomi)

Contoh Tindakan Kriminalitas


Kriminalitas dinilai meningkat di masa pandemi. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya,
Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Senin
(14/9/2020), menyebutkan bahwa pihaknya akan semakin menggencarkan patroli di masa
pandemi Covid-19 saat ini.

Kita akan melaksanakan patroli guna menjaga kamtibmas di lingkungan masyarakat selama
pandemi

Oleh karena itu di masing-masing wilayah kini disiagakan. Lebih lanjut, Yusri mengutarakan,
bahwa Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Nana Sudjana juga telah memerintahkan anggota di
lapangan untuk menindak tegas para pelaku kejahatan jika melakukan perlawanan dan
membahayakan anggota serta masyarakat.
5

Contoh tindakan kriminalitas yang akhir-akhir ini terjadi, sebagai berikut :

1. Kasus Prostitusi Praktek Online, Artis MA-ST Dapat Tarif Rp 60 Juta yang berdampak
pada adanya penyimpangan maupun kekerasan seksual tidak dapat dihindari.
source : https://rri.co.id/nasional/hukum/936530/prostitusi-artis-ma-st-dapat-tarif-rp 60-
juta?utm_source=news_main&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Ca
mpaign

2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dikabarkan menangkap Menteri Kelautan dan


Perikanan Edhy Prabowo terkait dugaan suap ekspor benur. Edhy diamankan bersama istri
dan kolega setelah lawatan dari Amerika Serikat.
source : https://rri.co.id/nasional/hukum/935151/kekayaan-edhy-prabowo-mencapai-rp7-4-
miliar?utm_source=news_main&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20C
ampaign

3. Pembunuhan dan pemerkosaan sadis yang kepada bocah bernama Rangga yang dibunuh
ketika hendak membela ibunya saat diperkosa
source : https://rri.co.id/nasional/peristiwa/915061/fakta-fakta-kematian-pembunuh-bocah-
bela-ibunya-
diperkosa?utm_source=search&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Ca
mpaign&utm_query=pemerkosaan

4. Kasus pelecehan seksual terhadap anak berujung pemerkosaan.


source : https://rri.co.id/nasional/sigap/770107/predator-pemerkosa-bocah-9-tahun-secara-
sadis-akhirnya-
tertangkap?utm_source=search&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20C
ampaign&utm_query=pemerkosaan

5. Kasus pemerkosaan ayah tiri terhadap anaknya


source : https://rri.co.id/nasional/sigap/893617/ayah-cabul-korbannya-anak-dari-isteri-
keempat?utm_source=search&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Cam
paign&utm_query=pemerkosaan

6. Penyalahgunaan narkoba yang dilakukan seorang artis bernama Millen Cyrus


source : https://rri.co.id/hiburan/seleb/934573/terlibat-narkoba-millen-terancam-4-tahun-
penjara?utm_source=search&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Cam
paign&utm_query=narkoba

7. Kasus dugaan pemerkosaan dan atau pencabulan terhadap seorang wanita dengan modus
“pengobatan”, dengan cara memasukkan telur ke kemaluan korban.
source : https://rri.co.id/nasional/hukum/878370/dukun-cabul-modus-telur-ayam-jadi-
tersangka?utm_source=search&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Ca
mpaign&utm_query=pemerkosaan

8. Penyelundupan narkoba dibeberapa daerah. Yang berdampak pada rusaknya generasi muda
akibat penyalahgunaan narkoba.
6

source : https://rri.co.id/nasional/sigap/930834/penyelundupan-satu-kilogram-sabu-
digagalkan?utm_source=search&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20C
ampaign&utm_query=narkoba

9. Penipuan berkedok kiai


source : https://rri.co.id/daerah/890907/penipuan-berkedok-kiai-ratusan-santri-siapkan-
aksi?utm_source=search&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Campaig
n&utm_query=penipuan

10. Penipuan investasi bodong yang menelan korban hingga ribuan orang. Bahkan dari
tangan tersangka polisi menyita uang tunai sebesar Rp3,3 miliar.
source : https://rri.co.id/nasional/sigap/695768/polres-klaten-sita-rp-3-3-m-kasus-penipuan-
investasi-
bodong?utm_source=search&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Cam
paign&utm_query=penipuan

Dan masih banyak lagi contoh tindak kejahatan yang sering kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari.

6 Alasan Orang Melakukan Kriminalitas


Lantas, apakah yang menjadi alasan seseorang melakukan tindakan kriminalitas? Berikut 6
alasannya :

1. Kebutuhan yang mendesak

Dalam perspektif Psikoanalisa Sigmund Freud memiliki pandangan sendiri tentang apa yang
menjadikan seorang bertindak kriminal. Ketidakseimbangan hubungan antara Id, Ego dan
Superego membuat manusia lemah dan akibatnya lebih mungkin melakukan perilaku
menyimpang atau kejahatan. Selain itu, Freud juga menjelaskan kejahatan dari prinsip
“kesenangan”. Manusia memiliki dasar biologis yang sifatnya mendesak dan bekerja untuk
meraih kepuasan (prinsip kesenangan). Di dalamnya termasuk keinginan untuk makanan,
seks, dan kelangsungan hidup yang dikelola oleh Id. Freud percaya bahwa jika ini tidak bisa
diperoleh secara legal atau sesuai dengan aturan sosial, maka orang secara naluriah akan
mencoba untuk melakukannya secara ilegal.

2. Alasan personal

Alasan personal menjadi salah satu penyebab seseorang melakukan tindakan kriminalitas.
Hal ini disebabkan oleh sifat alami dari sebuah tindakan yang jahat adalah keegoisan dan
didorong oleh perasaan negatif seperti ketakutan, kecemburuan, dan kemarahan. Degradasi
mental juga dapat muncul karena beberapa orang yang mengalami tingkat stress, depresi, dan
tidak dapat melampiaskan kekesalannya. Hal ini membuat mereka berbuat jahat kepada orang
lain untuk dapat meredam kekesalan dan emosinya. Karena itu, gejala degradasi mental harus
dirawat dan dicegah sebelum menjadi lebih parah.
7

3. Kondisi sosial

Beragam kondisi sosial sebagai penyebab kriminalitas yang merugikan kehidupan manusia.
Misalnya, beragam jenis pengangguran, kemiskinan yang makin menjamur, kondisi
lingkungan yang mendukung individu melakukan kejahatan, kepincangan sosial, tekanan
mental serta kebencian. Hidup di lingkungan sosial yang miskin dan banyak terjadi
pelanggaran hukum, tidak memiliki pendidikan yang baik, memiliki gangguan fisik dan
mental dan berbagai kesulitan psikososial lainnya.

4. Pengaruh lingkungan

Pengaruh dari lingkungan menjadi salah satu penyebab orang melakukan kejahatan.
Contohnya, anak-anak yang diabaikan, ditinggalkan, atau dianiaya dan tumbuh dalam
keluarga disfungsional, akan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk melakukan aksi
kejahatan di kehidupannya nanti dibandingkan mereka yang tumbuh dalam keluarga baik-
baik.

5. Kurangnya tingkat pendidikan

Pendidikan yang kurang merupakan salah satu faktor pendorong seseorang untuk melakukan
suatu tindak kejahatan. Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan mereka yang kurang
terhadap hal-hal seperti aturan yang dalam cara hidup bermasyarakat.

6. Pengaruh alkohol dan narkoba

Sudah jelas sekali bahwa alkohol dan narkoba adalah salah satu penyebab paling umum
mengapa seseorang melakukan kejahatan. Ini karena alkohol dapat mengaburkan kesadaran
seseorang hingga narkoba yang dapat menyebabkan seseorang kecanduan, keduanya dapat
membuat seseorang takabur dan melakukan sebuah aksi kriminal. Meskipun dalam kasus
narkoba biasanya si kriminal bukan pengguna narkoba, namun mereka adalah bagian kecil
dari rantai besar obat terlarang yang menarik orang-orang ke lubang tidak berdasar itu.

Tips Agar Terhindar Dari Kriminalitas


Ancaman tindak kejahatan membayangi masyarakat terlebih di masa pandemi seperti
sekarang. Supaya terhindar dari kriminalitas berikut ada tips yang sudah aku rangkum dari
berbagai sumber :
1. Hindari penggunaan perhiasan
Perhiasan yang kita kenakan dapat memancing orang untuk berbuat jahat. Alangkah lebih
baik jika keluar rumah kita memilih untuk tidak mengenakan perhiasan.

2. Pilih jalan yang ramai


Penjahat akan lebih leluasa menjalankan aksinya di tempat sepi. Jika posisi sepi korban
sendirian sehingga menjadi sasaran empuk tindak kejahatan.

3. Hindari daerah rawan


Para penjahat biasanya mempunyai beberapa daerah favorit untuk melakukan kejahatan. Bisa
jadi tempat tersebut sepi, kurang cahaya dan jarang dilalui orang. Hindarilah kondisi jalan
seperti itu.
8

4. Belajar latihan bela diri


Belajar latihan bela diri atau mengikuti kursus dapat membantu kita untuk melindungi diri
dari tindak kriminalitas. Meski begitu, kita tetap harus waspada terhadap ancaman aksi
kejahatan.

5. Bawa alat semprot mata


Alat ini berguna untuk menahan aksi kejahatan jika terjadi terhadap kita. Kita bisa langsung
menyemprotkan alat ini ke penjahat hingga pelaku menjadi tidak berdaya.

6. Hindari pergi sendirian


Seorang penjahat biasanya memilih target yang bepergian sendiri. Hal ini membuat penjahat
lebih mudah melakukan aksinya karena korban tidak memiliki teman yang bisa menolong.
Para penjahat juga akan memerlukan strategi kejahatan yang lebih rumit jika targetnya adalah
orang yang pergi secara berkelompok dibandingkan yang pergi sendirian.

7. Tidak membawa uang cash


Saat ini kecanggihan teknologi sudah sangat membantu kehidupan sehari-hari. Adanya kartu
debit sangat membantu memudahkan transaksi sehari-hari. Terlebih saat ini sudah banyak
aplikasi yang menyediakan transaksi secara online. Dengan demikian, seseorang tidak lagi
perlu membawa uang cash dalam jumlah banyak karena tindakan itu dapat memancing aksi
kejahatan.

8. Waspada dengan orang asing yang coba mendekat


Meski tidak semua orang yang asing itu jahat, namun tetap saja seseorang perlu waspada saat
didekati oleh orang yang belum dikenal. Hal ini bisa menjadi salah satu strategi penjahat
untuk mengalihkan perhatian korbannya. Tindakan kejahatan yang bisa terjadi adalah aksi
pencopetan atau hipnotis.

Kesimpulan
Kriminalitas merupakan fenomena sosial yang merusak tatanan kehidupan. Berita tentang
berbagai tindakan kriminal sering kita lihat, baca, maupun dengar. Seperti yang bisa kita lihat
di berita hukum terkini banyaknya terdapat berita kriminal yang terjadi.
9

Anda mungkin juga menyukai