Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 5

KRIMINOLOGI

1).Setiap upaya yang menjelaskan kejahatan selalu diwarnai oleh arus pemikiran besar yang
ada di zamannya. Artinya, dalam konteks ruang dan waktu memberi penjelasan yang
mungkin berbeda.

Dalam studi Kriminologi dikenal dua penjelasan dasar tentang kejahatan. Jelaskan mengenai
keduanya.

2). Upaya mencari sebab-musabab kejahatan pada akhirnya sampai pada pencarian melalui
metode ilmiah. Upaya ilmiah ini menghasilkan penjelasan yang berbeda-beda, di mana
kepentingan praktis dikelompokkan dalam beberapa tipologi ajaran tentang sebab-musabab
kejahatan. Sebutkan salah satu tipologi yang dimaksud dan berikan penjelasan singkat
tentang masing-masing tipologi itu.

Jawaban :

1.) kriminologi diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mencakup semua materi
pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan konsep kejahatan serta bagaimana
pencegahan kejahatandilakukan, termasuk di dalamnya pemahaman tentang pidana
atau hukuman. Dalam studi Kriminologi dikenal dua penjelasan dasar tentang
kejahatan, yaitu :

Kejahatan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh penjahat. Penjahat inilah yang
akan kita beri batasannya. Kejahatan dapat didekati dari dua pendekatan utama yakni
yuridis dan kriminologis.
Secara yuridis, kejahatan kita artikan sebagai setiap perbuatan yang melanggar
undang-undang atau hukum pidana yang berlaku di masyarakat. Sedangkan secara
kriminologis, kejahatan bukan saja suatu perbuatan yang melanggar undang-undang
atau hukum pidana tetapi lebih luas lagi, yaitu yang mencakup perbuatan yang anti
sosial, yang merugikan masyarakat, walaupun perbuatan itu belum atau tidak diatur
oleh undang-undang atau hukum pidana.

2.) Tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengelompokan berdasarkan tipe atau
jenis. Menurut saya, Ajaran Tipologis
Di dalam kriminologi telah berkembang 3 ajaran yang disebut ajaran tipologis atau
bio-tipologis. Ketiga-tiganya mempunyai logika dan metodologi yang sama, dan
ketiganya berasaskan pada dalil yang menyatakan bahwa penjahat itu berbeda dari
(orang) yang bukan penjahat, karena (penjahat) memiliki ciri-ciri kepribadian yang
mendorong timbulnya kecenderungan luar biasa (menyimpang dari kebiasaan) untuk
melakukan kejahatan dalam situasi tertentu, di mana hal ini justru tidak mendorong
orang lain untuk melakukan kejahatan.
Kecenderungan untuk melakukan tindakan kejahatan ini mungkin diwarisi dari orang
tuanya, atau mungkin juga merupakan ekspresi dari ciri-ciri kepribadiannya yang lain
daripada yang lain, di mana situasi sosial dan proses sosialnya tidak diperhitungkan,
pada waktu mencari arti dari tindakannya atau pada waktu mengawasi tindakannya
itu.
Ketiga ajaran tipologis ini berbeda satu dengan lainnya dalam menentukan ciri-ciri
khas yang membedakan antara mereka penjahat dengan yang bukan penjahat. Ketiga
ajaran tipologis tersebut adalah:

a. Ajaran Lombrosso
Menurut konsep Ajaran Lombroso, seorang penjahat itu sejak lahir memiliki tipe
khusus.
Tipe ini dapat dikenali dari tanda-tanda atau ciri-ciri atau cap tertentu yang terdapat
dalam dirinya, seperti bentuk kepala yang asimetris, rahang bawah yang lebih
panjang, hidung pesek, mata juling, bibir tebal, kuping hanya ada sebelah, dan
sebagainya.
Tanda-tanda khusus yang dianggap sebagai keanehan fisik tersebut bukanlah faktor
yang secara langsung menyebabkan timbulnya kejahatan, melainkan hanya
menggambarkan kepribadian yang ditakdirkan untuk menjadi jahat. Kepribadian ini
adalah akibat dari atavisme, yaitu reversi (penggambaran) kepada tipe biadab, atau
akibat dari adabya degenerasi. Menurut Lombroso, hal ini terjadi khususnya
disebabkan oleh karena epilepsi atau penyakit ayan.
Karena tabiatnya ini, orang-orang yang demikian tidak dapat menghindarkan diri dari
kejahatan, kecuali apabila keadaan hidupnya sangat menguntungkan. Golongan-
golongan atau kelas-kelas penjahat, seperti misalnya pencuri, pembunuh atau
penjahat-penjahat lain mempunyai tanda-tanda atau cap yang berbeda-beda.

b. Ajaran Mental Tester


Meskipun ajaran Lombroso mulai mundur, tetapi logika dan metodologinya tetap
dipertahankan. Hanya saja, di sini feeble mindedness menggantikan tipe fisik sebagai
ciri-ciri khas yang membedakan antara mereka yang penjahat dari mereka yang bukan
penjahat. Menurut ajaran ini, feeble mindedness itulah yang menyebabkan timbulnya
kejahatan, sebab orang yang feeble mindedness tidak dapat menilai akibat-akibat dari
perbuatannya atau tidak dapat memahami serta menilai arti hukum. Ajaran ini mulai
mundur ketika terbukti bahwa sifat feeble mindedness ini terdapat baik padamereka
yang penjahat maupun pada mereka yang bukan penjahat.

c. Ajaran Psikiatri
Ajaran ini sebenarnya merupakan lanjutan dari Ajaran Lombroso tanpa perubahan
pada ciri-ciri morfologis (yang berdasarkan struktur). Seperti halnya Ajaran
Lombroso, ajaran ini menekankan pada arti psychose, epilepsi dan moral insanity
yang merupakan penyebab timbulnya kejahatan. Ajaran ini, dengan demikian,
memberi arti penting kepada kekacauan-kekacauan atau ketidakseimbangan
emosional yang timbul dalam interaksi sosial dan bukan karena pewarisan.
Pokok ajaran ini menegaskan bahwa kondisi tertentu dari kepribadian seseorang yang
berkembang jauh terpisah dari pengaruh-pengaruh jahat, tetap saja akan menghasilkan
kelakuan jahat tanpa mengingat situasi-situasi sosial disekelilingnya.

d. Ajaran Sosiologis
Di antara ajaran-ajaran Kriminologi, ajaran ini adalah yang paling banyak variasi dan
perbedaannya. Analisis sebab-sebab kejahatan secara sosiologis dimulai oleh ajaran
kartografis dan sosialis. Banyak ahli ilmu pengetahuan Eropa dari abad ke-19 yang
tidak menganut ajaran ini, menafsirkan kejahatan sebagai fungsi daripada (kehidupan)
lingkungan social.

Anda mungkin juga menyukai