Anda di halaman 1dari 17

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi RSUD. Raden Mataher

Provinsi Jambi Tahun 2019. RSUD. Raden Mataher Terletak di Jl. Letjen

suprapto No. 31, Telanai pura, kota Jambi. RSUD. Raden Mattaher Provinsi

Jambi adalah rumah sakit milik pemerintah provinsi jambi dan merupakan

rumah sakit rujukan, Rumah sakit ini dibangun diatas tanah seluas kurang

lebih 75.000M² dengan luas bangunan kurang lebih 41.590M². RSUD. Raden

Mataher Provinsi Jambi semula namanya Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Provinsi Jambi. Dan kemudian pada bulan november 1999,

bertepatan pada hari kesehatan nasional 1999, rumah sakit ini diberi nama

salah seorang pahlawan yaitu Raden Mattaher. RSUD. Raden Mattaher, sejak

bulan november 2009 merupakan rumah sakit kelas B pendidikan dengan

kapasitas 321 tempat tidur.

Memiliki instalasi rawat inap dan ruang perawatan neonatus,yang

didalamnya terdapat ruang NICU dan ruang bayi sehat yang berada pada

lantai dua gedung Instalasi Gawat Darurat RSUD. Raden Mattaher, sebelah

kiri berbatasan dengan kamar bedah emergency, bagian depan berbatasan

dengan ruang aula. Ruang rawat ini memiliki suasana yang tenang sesuai

dengan kriteria pasien.

39
40

4.2 Hasil Studi Kasus

1) Pengkajian

a) Pengkajian pada By. Ny. S

Pengkajian dilakukan pada hari Kamis tanggal 13 Juni 2019 di

Ruang Perinatologi RSUD. Raden Mataher Provinsi Jambi. Bayi

pertama yaitu By. Ny. S. Umur 18 hari alamat orang tua dari bayi

tersebut berada di Jl. Ibrahim kota jambi nomor rekam medik 918847.

Ibu dari bayi tersebut bekerja sebagai ibu rumah tangga dan berumur 19

tahun. Penanggung jawab adalah ayah pasien saat bayi dilakukan

perawatan di ruang NICU ibu berada dirumah.

Berdasarkan data pengkajian diketahui bahwa bayi tersebut masuk

ruangan NICU pada pukul 10:45 melalui kamar bedah emergency, bayi

dilahirkan secara Sectio Caesaria dikarenakan kondisi bayi yang

sungsang dan mengalami pecah ketuban saat berada di intra uteri. Berat

badan saat lahir 2100 Kg lingkar kepala 33 cm dan panjang 45 cm nadi

128 x/menit respirasi 70 x/menit apgar score 5/6. Bayi lahir dengan

segera menangis dengan refleks hisap yang lemah. Bayi mengalami

sianosis memakai oksigen untuk alat bantu pernapasan dan terpasang

Oral Gastric Tube (OGT) untuk memasukkan ASI ekslusif kedalam

lambung bayi sebagai makanan bayi.

b) Pengkajian pada By. Ny. R

Pengkajian juga dilakukan pada bayi kedua yaitu by. Ny. R. Pada

hari jum’at 21 Juni 2019, By. Ny. R. Berusia 14 hari, rekam medik

918890 dilahirkan di ruang kebidanan dengan lahir spontan, alamat


41

orang tua tinggal di RT 05 Desa sialong pungguk ibu berusia 31 tahun,

penanggung jawab ibu kasmida sebagai nenek bayi, selama bayi

dirawat ibu berada di rumah sakit menunggu di luar ruangan dan

mengunjungi bayinya ketika jam kunjungan, pada saat kunjungan ibu

belajar menyusui dan belajar menggendong bayi.

Berdasarkan data pengkajian bahwa bayi tersebut masuk ruang

Nicu Perinatologi pada pukul 03:45, bayi dilahirkan dengan spontan

bayi lahir dengan tidak segera menagis mengalami sianosis seluruh

tubuh dan sesak bayi lahir prematur hasil tanda tanda vital-tanda vital

suhu 36,7ᵒc Nadi 134 x/m mempunyai lingkar kepala 29 cm, panjang

badan 38 cm, dengan berat badan sewaktu lahir 1500 kg, dengan apgar

score 6, terpasang nasal canula dan oral gastric tube (OGT). Bayi

dilakukan transfusi darah dan warna bayi kekuningan bayi terlihat

kurus, di berikan ASI ekslusif. Ibu bayi mudah mengalami cemas ketika

melihat bayinya.

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada By. Ny. S. Dan

By. Ny. R Berdasarkan pengkajian yaitu :

a) Ketidak efektifan termoregulasi b/d kontrol suhu imatur dan

berkurangnya lemak tubuh subkutan.

b) Ketidak efektifan pola nafas b/d paru dan neuromuskuler, penurunan

energi, dan keletihan.

Diagnosa yang menjadi prioritas penatalaksanakan pada By. Ny. S.

Dan By. Ny. R adalah ketidak efektifan termoregulasi suhu b/d kontrol
42

suhu imatur dan berkurangnya lemak tubuh subkutan. Diagnosa ini

penulis jadikan prioritas masalah karena sesuai fokus studi penelitian

tentang perawatan metode kangguru untuk menigkatkan suhu tubuh pada

bayi berat badan lahir rendah.

3) Intervensi

a) Intervensi PMK pada By. Ny. S

Adapun rencana asuhan keperawatan yang penulis susun untuk

mengatasi perioritas adalah melakukan pengkajian dan mengobservasi

kondisi bayi, memantau suhu, menjaga kondisi bayi agar tetap hangat,

melakukan edukasi kepada orang tua bayi untuk melakukan kangguru

untuk menstabilkan suhu tubuh dan mencegah hipotermi,

Posisikan telungkup bila mungkin karena menghasilkan

oksigenasi lebih baik. Posisikan telentang dengan leher sedikit

ekstensi dan hidung menghadap keatas mencegah penyempitan jalan

napas observasi adanya tanda gawat nafas pernafasan dan saturasi

oksigen rendah, pertahankan konsentrasi oksigen.

b) Intervensi pada By. Ny. R

Adapun rencana asuhan keperawatan yang penulis susun untuk

mengatasi prioritas adalah melakukan pengkajian dan melakukan

observasi kondisi bayi, menjaga agar suhu tubuh bayi hangat

mencegah hipotermi.

Hindari posisi hiperekstensi leher karena akan mengurangi

diameter trakea, observasi adanya tanda gawat napas pernapasan

cuping hidung, sianosis, saturasi oksigen. Penulis membantu memberi


43

informasi tentang cara merawat bayi prematur, mendorong ibu bayi

untuk memberikan kasih sayang kepada bayinya, mengurangi rasa

cemas saat menggendong bayinya.

4) Implementasi

a) Implementasi PMK pada By. Ny. S

Pelaksanaan tindakan hari pertama pada pukul 09:00 setelah

melaksanakan pengkajian penulis melakukan implementasi yang

pertama penulis lakukan adalah memberi edukasi kepada ayah dan ibu

bayi tentang manfaat perawatan metode kangguru untuk bayi berat

badan lahir rendah dan pentingnya menjaga termoregulasi suhu untuk

menghindari hipotermi dan untuk menstabilkan berat badan, ayah dan

ibu bayi tampak serius memperhatikan dan mengerti tentang apa yang

dijelaskan.

Implementasi selanjutnya adalah mengobservasi keadaan bayi dan

melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan melakukan pemeriksaan

suhu didapatkan hasil pemantauan penulis didapatkan hasil suhu tubuh

bayi 36,1ᵒc, dan bayi mengalami sianosis.

Selanjutnya penulis menganjurkan bayi untuk dilakukan metode

kangguru untuk meningkatkan suhu tubuh pada bayi perawatan

metode kangguru dilakukan 30 menit terdahuulu karena kondisi bayi

yang sianosis, jika selama melakukan perawatan metode kangguru

bayi mengalami sianosis maka PMK di hentikan.

Penulis juga menganjurkan untuk tetap menjaga kehangatan bayi

dan melakukan observasi dan kaji bayi terhadap ventilasi dan terapi
44

oksigenasi perhatikan tanda-tanda sianosis dan mempertahankan

konsentrasi oksigen.

Pelaksanaan Implementasi pada hari kedua dilakukan sabtu 15

juni 2019 pukul 10:00, pertama penulis melakukan observasi kepada

bayi dan melakukan pengkajian, pada hari kedua bayi tidak

mengalami sianosis, suhu tubuh pada bayi 36,5ᵒc. Dapat bernafas

spontan namun masih dalam observasi, pasien dapat dilakukan

perawatan metode kangguru, karena kondisi yang mulai stabil.

Selanjutnya penulis memberi edukasi tata cara perawatan metode

kangguru untuk bisa dilakukan perawatan metode kangguru sebagai

penghangat atau pengganti inkubator oleh ayah atau ibu dirumah,

untuk menstabilkan suhu tubuh dan berat badan bayi penulis juga

memberikan edukasi untuk melakukan personal hygine dan

melakukan cuci tangan sebelum menyntuh bayi khusus untuk ayah

jika perokok dapat melakukan perawatan metode kangguru namun 4

jam sebelum melakukan perawatan metode kangguru tidak

diperbolehkan merokok.

Penulis melakukan asuhan keperawatan metode kangguru, untuk

meningkatkan suhu tubuh, selama dilakukan perawatan metode

kangguru observasi adanya tanda-tanda berbahaya untuk

diberhentikan perawatan metode kangguru.

Pelaksanaan Implementasi pada hari ketiga dilakukan pada hari

senin 17 juni 2019 pukul 09:30, penulis melakukan observasi kepada

bayi, bayi berwarna kemerahan, tidak memakai alat bantu pernafasan


45

oksigen nasa kanul, tidak ada tanda sianosis, bayi menyusu ibunya

dapat menhghisap dengan baik. Bayi menyusu selama 10 menit,

setelah menyusu bayi di lakukan perawatan metode kangguru,

sebelum dilakukan perawatan metode kangguru bayi di buka bedong

nya terlebih dahulu, kemudian diukur suhu tubuh bayi tersebut.

Selanjutnya penulis melakukan tindakan perawatan metode

kangguru untuk meningkatkan suhu tubuh dan mengatasi hipotermi,

suhu sebelum dilakukan 36,5ᵒc, dilakukan perawatan metode

kangguru dilakukan selama 60 menit dan di observasi selama

dilakukan metode kangguru setelah dilakukan suhu menjadi 36,8ᵒc.

Pada pukul 09:45, ada perawat memasuki ruangan dan memberi

tahu kalau hari senin 17 juni 2019 boleh pulang jika pemeriksaan

darah hasilnya baik, dan tidak ada masalah. Sebelum pasien pulang

perawat akan memberikan perencanaan pulang (Discharge Planning).

Perawat memberi tahu untuk kontrol ulang pada dokter spesialis anak,

dan untuk imunisasi anaknya dapat dilakukan dipuskesmas terdekat.

Pada tahap ini penulis melakukan penilaian perawatan metode

kangguru dan menurut hasil observasi ada perubahan suhu sbelum dan

sesudah melakukan perawatan metode kangguru .

Implementasi yang penulis berikan berupa perencanaan pulang

(Discharge Planning) pada orang tua bayi berupa anjuran untuk

melakukan lanjutan perawatan metode kangguru di rumah sampai

berat badan bayi normal, dan menjaga agar bayi tetap hangat melalui

kontak kulit antara ibu dan bayi dengan melakukan perawatan metode
46

kangguru sebagai inkubator alami, selalu memberikan ASI ekslekusif

secara teratur untuk meningkatkan berat badan bayi.

b) Implementasi pada By. Ny. R

Pelaksanaan hari pertama pada tanggal 13 juni 2019 pukul 09:30

setelah melakukan pengkajian, selanjutnya penulis melakukan

implementasi, yang pertama penulis lakukan adalah memberi edukasi

kepada keluarga tentang manfaat perawatan dan menjaga teremogulasi

suhu untuk menghindari hipotermi dan dapat menaikan berat badan

bayi, keluarga pasien tampak mendengarkan penjelasan penulis.

Selanjutnya menandatangani informed consent yang dilakukan oleh

nenek bayi.

Namun ibu tampak cemas, juga ketakutan dalam meggendong

bayinya, nenek bayi mempunyai kepercayaan bahwa bayi prematur

mudah mengalami hipotermi hal yang akan nenek lakukan adalah

meletakkan air hangat di samping bayi supaya bayi tetap hangat.

Implementasi yang penulis berikan mengobservasi keadaan bayi

melakukan pemeriksaan suhu didapatkan hasil 37,1ᵒc, bayi masih

dalam observasi dan menggunakan OGT karena mengalami sianosis.

Selanjutnya penulis menganjurkan ibu untuk melakukan

perawatan metode kangguru, dilakukan dalam 40 menit dahulu karena

bayi masih diobservasi karena kondisi bayi yang sianosis dan sesak.

Penulis juga memberi edukasi untuk tetap menjaga kehangatan

bayi, dengan melakukan perawatan metode kangguru atau di bedong

dengan dua selimut lebih baik daripada menggunakan botol diisi


47

dengan air hangat karena dapat membahayakan bayi jika lalai, penulis

juga memberi edukasi ibu untuk menyayangi bayinya dan sabar dalam

merawat bayinya.

Penulis tetap melakukan observasi cuping hidung untuk melihat

adanya sesak dan melihat telapak tangan untuk melihat terjadi sianosis

atau tidak.

Pelaksanaan implementasi pada hari kedua pada 14 juni 2019

pukul 10:15 setelah melakukan pengkajian, selanjutnya penulis

melakukan implementasi, pertama penulis melakukan observsi pada

bayi dan melakukan pengkajian pada hari kedua bayi tidak sianosis

suhu tubuh 35,9ᵒc. Dapat bernapas spontan namun masih dalam

observasi, pasien dapat dilakukan perawatan metode kangguru karena

kondisi yang mulai membaik.

Selanjutnya penulis memberi edukasi kembali tentang perawatan

metode kangguru yaitu merupakan pengganti inkubator penulis

mencoba menjelaskan tentang perubahan suhu bayi yang sewaktu-

waktu dapat berubah.

Penulis melakukan asuhan keperawatan metode kangguru untuk

meningkatkan suhu tubuh, selama dilakukan perawatan metode

kangguru dilakukan obsevasi adanya tanda-tanda berbahaya untuk

diberhentikan perawatan metode kangguru.

Pelaksanaan hari kedua dilakukan pada tanggal 15 juni 2019

pukul 11:00, setelah melakukan pengkajian penulis melakukan asuhan

keperawatan metode kangguru, suhu sebelum dilakukan 36,2ᵒc , bayi


48

dilakukan observasi tidak ada sianosis, bayi tidak terlihat sesak,

selanjutnya penulis memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga

kehangatan suhu tubuh bayi, memberikan edukasi untuk melakukan

perawatan metode kangguru ketika telah berada dirumah.

c) Evaluasi

Hasil evaluasi pada By. Ny. S. Setelah tiga hari memberikan

tindakan asuhan keperawatan adalah masalah teratasi sebagian dengan

kriteria hasil suhu tubuh pada bayi dapat meningkat, dapat mencegah

hipotermi pada bayi berat badan lahir rendah, dan mampu menjaga

kehangatan bayi, ayah dan ibu bayi mengerti tentang banyaknya

manfaat perawatan metode kangguru, ibu dapat melakukannya

dirumah untuk merawat bayinya, ibu mngerti pentingnya ASI ekslusif

untuk menambah berat badan bayi.

Hasil evalusai pada By. Ny. R setelah tiga hari dilakukan asuhan

keperawatan metode kangguru adalah masalah teratasi sebagian

dengan kriteria suhu tubuh bayi dapat meningkat dan mendapat

dukungan keluarga untuk melakukan perawatan metode kangguru di

rumah ibu mulai mengerti cara menyusui bayi nya, dan mulai

mencoba bersabar untuk merawat bayinya.


49

4.3 Pembahasan

Tabel 4.1
Hasil pada By. Ny. S selama dilakukan penerapan perawatan metode
kangguru terhadap suhu tubuh di ruang perinatologi.

Pelaksanaan suhu sebelum dilakukan Suhu sesudah dilakukan


PMK PMK
Hari 1 36,1ᵒc 36,2ᵒc
Hari 2 35,9ᵒc 36,5ᵒc
Hari 3 36,5ᵒc 36,8ᵒc

Berdasarkan observasi hari pertama sebelum di lakukan perawatan

metode kangguru suhu tubuh bayi adalah 36,1ᵒc. Didapatkan hasil bahwa By.

Ny. S mengalami peningkatan suhu tubuh setelah dilakukan penerapan

perawatan metode kangguru. Hari pertama perawatan metode kannguru di

lakukan dalam waktu awal 30 menit karena bayi tersebut masih dalam

observasi, kemudian di lanjutkan 30 berikutnya karena tidak terjadi sianosis.

Setelah dilakukan perawatan metode kangguru suhu menjadi 36,2ᵒc.

Berdasarkan hasil observasi hari kedua sebelum dilakukan perawatan

metode kangguru suhu tubuh bayi 35,9ᵒc. Setelah dilakukan suhu tubuh

meningkat menjadi 36,5ᵒc. Di dapatkan hasil pada By. Ny. S. Terdapat

peningkatan sebelum dan sesudah dilakukan perawatan metode kangguru,

pada hari kedua perawatan metode kangguru dilakukan 60 menit, berdasarkan

pengkajian terlihat bayi tidak mengalami sianosis bisa bernapas secara

spontan dan tidak bergantung pada bantuan nafas oksigen. Bayi terlihat

tertidur pada saat dilakukan perawatan metode kangguru. Dan berusaha

mencari puting. Ibu mencoba berkomunikasi dengan mengajak bayi mengajak

bayi berbincang-bincang selama dilakukan perawatan metode kangguru.


50

Berdasarkan hasil observasi pada hari ketiga sebelum dilakukan

perawatan metode kangguru suhu tubuh pada bayi 36,5ᵒc. Setelah dilakukan

perawatan metode kangguru tampak perubahan suhu tubuh menjadi 36,8ᵒc di

dapatkan hasil pada By. Ny. S terdapat peningkatan pada suhu tubuh bayi

sebelum dilakukan 36,5ᵒc. Dan setelah dilakukan perawatan metode kangguru

suhu tubuh mengalami perubahan menjadi 37,8ᵒc. PMK dilakukan selama 60

menit, kondisi bayi mulai membaik tampak kulit bewarna kemerahan dan di

perbolehkan pulang.

a) Pengkajian pada By. Ny. R

Pengkajian juga dilakukan pada bayi kedua yaitu by. Ny. R. Pada

hari jum’at 21 Juni 2019, By. Ny. R. Berusia 14 hari, rekam medik

918890 dilahirkan di ruang kebidanan dengan lahir spontan, alamat orang

tua tinggal di RT 05 Desa sialong pungguk ibu berusia 31 tahun,

penanggung jawab ibu kasmida sebagai nenek bayi, selama bayi dirawat

ibu berada di rumah sakit menunggu di luar ruangan dan mengunjungi

bayinya ketika jam kunjungan, pada saat kunjungan ibu belajar menyusui

dan belajar menggendong bayi.

Berdasarkan data pengkajian bahwa bayi tersebut masuk ruang Nicu

Perinatologi pada pukul 03:45, bayi dilahirkan dengan spontan bayi lahir

dengan tidak segera menagis mengalami sianosis seluruh tubuh dan sesak

bayi lahir prematur hasil tanda tanda vital-tanda vital suhu 36,7ᵒc Nadi

134 x/m mempunyai lingkar kepala 29 cm, panjang badan 38 cm, dengan

berat badan sewaktu lahir 1500 kg, dengan APGAR SCORE 6, terpasang

nasal canula dan oral gastric tube (OGT). Bayi dilakukan transfusi darah
51

dan warna bayi kekuningan bayi terlihat kurus, di berikan ASI ekslusif.

Ibu bayi mudah mengalami cemas ketika melihat bayinya.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada subjek dengan bayi

berat badan lahir rendah saat dilakukan perawatan metode kangguru

terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.2
Hasil observasi pada By. Ny. R. Selama dilakukan penerapan
perawatan metode kangguru terhadap suhu tubuh. Di ruang
perinatologi.

Pelaksanaan Suhu sebelum dilakukan Suhu sesudah dilakukan


PMK PMK
Hari 1 37,1ᵒc 37,7ᵒc
Hari 2 35,9ᵒc 36,3ᵒc
Hari 3 36,2ᵒc 36,8ᵒc

Berdasarkan observasi hari pertama sebelum dilakukan perawatan

metode kangguru suhu tubuh bayi adalah 37,1ᵒc, dan setelah dilakukan

menjadi 37,7ᵒc. Didapatkan hasil bahwa By. Ny. R mengalami

peningkatan suhu tubuh setelah dilakukan penerapan perawatan metode

kangguru. Dalam melakukan perawatan metode kangguru dilakukan 40

menit terdahulu dikarenakan bayi masih dalam observasi. Setelah 40

menit bayi tidak mengalami sianosis dan sesak perawatan metode

kangguru di lanjutkan untuk mencapai 60 menit.

Berdasarkan hasil observasi hari kedua sebelum dilakukan perawatan

metode kangguru suhu tubuh bayi adalah 35,9ᵒc, dan setelah dilakukan

perawatan metode kangguru di dapatkan hasil pada By. Ny. R 36,3ᵒc,

terdapat peningkatan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan

perawatan metode kangguru. Pada hari kedua perawatan metode


52

kangguru dilakukan dalam waktu 60 menit, saat dilakukan perawatan

metode kangguru bayi tertidur. Berdasarkan pengkajian bayi masih

dalam keadaan observasi, bayi dapat menangis, reflek hisap lemah

sehingga jika menyusu dilakukan rangsangan untuk menguatkan reflek

hisap.

Berdasarkan hasil observasi hari ketiga sebelum dilakukan

perawatan metode kangguru suhu tubuh bayi adalah 36,2ᵒc dan setelah

dilakukan perawatan metode kangguru di dapatkan hasil pada by. Ny. R

36,8ᵒc. Terdapat peningkatan suhu tubuh sesudah dan sebelum dilakukan

perawatan metode kangguru, pada hari ketiga perawatan metode

kangguru dilakukan selama 60 menit, saat dilakukan perawatan metode

kangguru bayi tertidur dan terlihat nyaman bayi dapat menangis reflek

hisap lemah sehingga diakukan rangsangan untuk menguatkan reflek

hisap.

Hasil studi kasus yang penulis temukan setelah dilakukan perawatan

tiga hari bahwa kedua bayi yaitu By. Ny. S. Dan by. Ny. R terjadi

peningkatan suhu tubuh pada bayi Dengan perawatan metode kangguru

pada bayi berat badan lahir rendah adalah bayi, masalah utama adalah

ketidak efektifan termoregulasi suhu dan rentan terhadap hipotermi, bayi

juga mengalami sianosis.

Bayi masih terlihat kebiruan, masukan nutrisi ASI ekslusif melalui

bantuan oral gastric tube (OGT), bayi terlihat bersih, ada perubahan

sebelum dan sesudah dilakukan, suhu mengalami kenaikan setelah

dilakukan perawatan metode kangguru, masih dalam observasi untuk


53

menggunakan pernapasan menggunakan terapi oksigen dengan nasal

canula, bayi terlihat bersih terdapat banyak rambut lanugo.

Data pengkajian di ketahui adanya ketidak stabilan suhu tubuh, bayi

memerlukan lingkungan yang hangat, selama perawatan bayi berada di

infla warmer dan jika berada di luar bayi dalam keadaan di bedong. Bayi

mengalami kenaikan suhu setelah dilakukan perawatan metode kangguru.

Data pengkajian ini sesuai dengan data secara teoritis menurut

Nelson (2012) dalam Heriyani (2018) yaitu data pengkajian pada By.

Ny. S. Dan by. Ny. R adalah bayi berat badan lahir rendah juga mudah

mengalami hipotermi karena lemak subkutan sangat tipis sehingga

mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan sehingga pada umumnya,

penurunan suhu dapat diakibatkan karena kehilangan panas secara

konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi. Kemampuan bayi yang belum

sempurna dalam memproduksi panas membuat bayi sangat rentan untuk

mengalami penurunan panas.

Adapun ditemukan teori menurut Rustina (2015) bayi yang di

kategorikan BBLR, memilki banyak sekali resiko terjadinya

permasalahan pada sistem tubuh. Salah satu masalah kesehatan yang

terjadi pada bayi BBLR seperti gangguan respirasi yang mengakibatkan

tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen pada bayi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan PMK adalah

dukungan keluarga dapat diberikan baik oleh pasangan atau keluarga,

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lidya (2018) dalam sholihat

(2018) bahwa keluarga mempunyai potensi untuk menentukan asuhan


54

yang terbaik untuk bayinya oleh karena itu ibu dilibatkan dalam

pemberian asuhan pada bayi baru lahir terutama yang mengalami BBLR

sehingga perawatan metode PMK ini dapat berhasil.

Pengaruh suhu orang tua dengan bayi saat perawatan metode

kangguru yaitu disebabkan adanya konduksi dimana panas mengalir

melalui suatu medium ke medium yang lain saat berada dalam satu

tempat, Ambarita (2012) dalam Idawati dkk (2016).

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini sejalan dengan teori

Rahmayenti (2009), tentang manfaat perawatan metode kangguru dapat

mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat memberi

kehangatan kepada bayinya secara terus menerus dengan kontak antara

kulit ibu dengan kulit bayi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Heriyani (2018) sebelum dilakukan perawatan metode kangguru

adalah 35,75ᵒc dengan suhu terendah 34ᵒc dan suhu tertinggi 36ᵒc.

Sedangkan sesudah di lakukan metode kangguru rata-rata suhu tubuh

meningkat menjadi 37,20ᵒc dengan suhu terendah 36ᵒc dan suhu tertinggi

38ᵒc. Sehingga ada pengaruh metode terhadap stabilitas suhu tubuh bayi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis mengupayakan kepada

orang tua dengan bayi BBLR untuk melakukan perawatan metode

kangguru untuk mencegah hipotermi dirumah. Hal ini juga penting untuk

meningkatkan berat badan bayi. Ibu juga harus memberikan ASI ekslusif

secara teratur untuk pemenuhan nutrisi bayi.


55

4.4 Keterbatasan Studi Kasus

Dalam melakukan studi kasus penulis memiliki keterbatasan dalam

kriteria sample, terbatasnya waktu bertemunya dengan orang tua bayi karena

dalam melakukan perawatan metode kangguru orang tua terlibat, serta

terbatasnya pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian karena tidak

dilakukannya pengukuran suhu terhadap ibu sebelum melakukan perawatan

metode kangguru, dan jumlah referensi mengenai penerapan perawatan

metode kangguru dan referensi mengenai bayi lahir berat badan rendah.

Anda mungkin juga menyukai