Anda di halaman 1dari 4

Tugas 2

1. Upaya yang menjelaskan kejahatan selalu diwarnai oleh arus pemikiran besar yang
ada di zamannya. Artinya, dalam konteks ruang dan waktu memberi penjelasan yang
mungkin berbeda. Dalam studi Kriminologi dikenal dua penjelasan dasar tentang
kejahatan. Jelaskan mengenai keduanya.
2. Upaya mencari sebab-musabab kejahatan pada akhirnya sampai pada pencarian
melalui metode ilmiah. Upaya ilmiah ini menghasilkan penjelasan yang berbeda-beda,
di mana kepentingan praktis dikelompokkan dalam beberapa tipologi ajaran tentang
sebab-musabab kejahatan. Sebutkan salah satu tipologi yang dimaksud dan berikan
penjelasan singkat tentang masing-masing tipologi itu.
Jawaban:
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa sejarah mengenai pengetahuan dari akal pikir
manusia menunjukkan dua pendekatan dasar dari masalah ‘penjelasan’ tentang
kejahatan, yakni:
a. Spristic atau Demonological Explanation, dan
b. Naturalistic Explanation.

Spristic atau Demonological Explanation: penjelasan tentang sesuatu yang dicarikan


jawabannya didasarkan pada keterangan-keterangan yang terkait dengan kekuatan
gaib
Karena kekuatan gaib itu sulit dijelaskan dan tidak dapat dimengerti, ini merupakan
suatu cara yang terbaik untuk menerangkan gejala-gejala yang sukar dimengerti atau
diterima akal sehat, jadi kejahatan adalah penunjukan kepada godaan setan.

Naturalistic explanation: penjelasan ini bersumber dari berbagai keterangan dicari


dalam ide-ide dan penafsiran-penafsiran mengenai objek kejadian dalam
hubungannya dengan dunia nyata.

Pemikiran-pemikiran modern yang ilmiah sudah melepaskan diri dari kekuatan gaib.
Mereka mempergunakan cara-cara “naturalistic explanations”. Berdasarkan
pendekatan naturalistik, timbul tiga pokok pemikiran berbeda, yang menjadi dasar
dari berbagai teori. Pendekatan ini melahirkan tiga pokok pikiran yang berbeda-beda
yang meliputi:
c. Kriminologi Klasik
Adalah teori yang menyatakan bahwa kepandaian dan akal (pikir)
merupakan ciri-ciri dasar dari manusia dan karena itu merupakan dasar
pokok dalam menjelaskan kelakuan manusia, baik individual maupun
dalam kelompok. Kepandaian ini membuat manusia cakap untuk
menentukan tujuan hidupnya, dan memajukan kepentingannya. Kunci
kemajuan menurut kriminologi klasik adalah kemampuan kecerdasan
atau akal yang dapat ditingkatkan melalui latihan dan pendidikan,
sehingga manusia mampu mengontrol dirinya sendiri
Kejahatan didefenisikan sebagai setiap pelanggaran terhadap perbuatan
yang dilarang undang-undang pidana, penjahat adalah setiap orang yang
melakukan kejahatan.
d. Kriminolgi Positif
Teori ini menyatakan bahwa manusia pada dasarnya merupakan suatu
organisme-biologis, suatu bagian dari dunia makhluk biologis dan
karena itu tunduk pada pembatasan - pembatasan dan pengontrolan dari
apa yang dinamakan hukum biologis. ini berarti, manusia bukan
mahkluk yang bebas untuk menuruti dorongan keinginannya dan
intelegensinya, akan tetapi dibatasi atau ditentukan perangkat
biologisnya dan situasi kulturalnya. Manusia berubah dan berkembang
bukan semata-mata karena intelegensinya, akan tetapi melalui proses
yang berjalan secara perlahan-lahan dari aspek biologisnya atau evolusi
kultural. Manusia itu berubah dan berkembang, bukan saja
kepandaiannya, tetapi juga unsur biologisnya. Aliran ini
menformulasikan dan menggunakan cara pandang, metodologi, dan
logika dari ilmu pengetahuan alam di dalam mempelajari perbuatan
manusia.
e. Kriminologi Kritis
Teori ini menyatakan bahwa meskipun kegiatan mengidentifikasi
tindakan manusia dengan dunia biologisnya dianggap penting, tetapi
tindakan manusia itu selalu berkaitan dengan dunia kebudayaan
sosialnya dan merupakan cermin dari ciri-ciri dunia kebudayaan sosial di
mana ia hidup. Pemikiran kritis yang lebih dikenal dalam berbagai
disiplin ilmu, seperti politik, ekonomi, sosiologis, dan filsafat, muncul
pada dasawarsa terkhir ini. Aliran pemikiran kritis tidak berusaha
menjawab pertanyaan apakah perilaku manusia itu bebas atau
ditentukan, akan tetapi lebih mengarahkan pada mempelajari proses-
proses manusia dalam membangun dunianya dimana dia hidup. Sebagai
contoh untuk menggambarkan hal ini adalah dipergunakannya bahasa.
Bahasa yang dipergunakan seseorang sangat tergantung atau ditentukan
oleh pola kebudayaan sekelilingnya. Kriminolgi kritis mempelajari
proses-proses dimana kumpulan tertentu dari orang-orang dan tindakan-
tindakannany menunjukkan suatu tindakan kriminal pada waktu dan
tempat tertentu. Kriminologi kritis bukan sekedar mempelajari perilaku
dari penjahat, tetapi juga perilaku dari agen-agen control social (aparat
penegak hukum).

Sumber:
1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kriminologi
2. http://blogingria.blogspot.com/2011/12/modul-kuliah-kriminologi.html?m=1
3. http://pipi-megawati.blogspot.com/2011/10/kriminologi.html?m=1
4. https://www.kompasiana.com/aprian_shmh.co.id/
552c549f6ea8342f5e8b45ae/kausa-dan-teori-kejahatan
5. http://mamien-go.blogspot.com/2011/07/teori-kriminologi-bag1.html?m=1

2. Ada beberapa penggolongan (tipologi) ajaran mengenai etiologi kriminal (sebab


musabab kejahatan) dari beberapa ahli kriminologi, diantaranya
1. Sutherland
2. Barnes
3. Teeters
4. Bonger.
Kami membahas Penggolongan Sutherkand. Sistem pemikiran ini nerupakan
gabungan dari teori sebab-musabab terjadinya kejahatan dengan politik pengawasan.
1. Ajaran Klasik
Penggolongan menurut Sutherland didasarkan pada:
a. Sebab-musabab;
b. Politik pengawasan.
Ajaran Klasik mulai berkembang di Inggris pada akhir abad ke-19 dan
meluas ke negara lain di Eropa dan Amerika. Dasar ajaran ini adalah
hedonistic psychology. Menurut ajaran ini, manusia mengatur tingkah
lakunya atas dasar pertimbangan suka dan duka. Suka yang diperoleh
dari suatu tindakan tertentu dapat dibandingkan dengan duka yang
diperoleh dari tindakan yang sama. Manusia yang melakukan tindakan
itu diperkirakan berkehendak bebas serta menentukan pilihannya
berdasarkan perhitungan hedonistik belaka. Inilah yang dianggap
penjelasan final dan lengkap tentang sebab musabab terjadinya
kejahatan.
2. Ajaran Kartografis atau Geografis
Ajaran ini berkembang dengan subur di Perancis, Inggris, dan Jerman
dari tahun 1830-1880. Ajaran ini memfokuskan dan mengkaji pada
pentingnya distribusi kejahatan di daerah-daerah tertentu, baik secara
geografis maupun secara sosial. Ajaran ini menganggap bahwa
kejahatan merupakan suatu ekspresi dari kondisi-kondisi sosial yang
ada. Penganut-penganut ajaran ini adalah Quetelet, dan Guerry.
3. Ajaran Sosialis
Ajaran Sosialis dalam kriminologi, yang berasaskan tulisan-tulisan
Karl Marx dan Friedrich Engels, dimulai dalam tahun 1850 dan yang
menjadi pusat perhatiannya adalah determinisme ekonomis. Ajaran ini
memandang bahwa kejahatan hanya sebagai akibat atau hasil tambahan
saja. Penyelidikan yang dilakukan menggunakan metode statistik,
menghasilkan data mengenai berbagai variasi kejahatan yang
dihubungkan dengan berbagai variasi kondisi ekonomi. Ajaran ini
dapat dikatakan bersifat ilmiah, sebab dimulai dengan sebuah hipotesis
dan menggunakan cara yang memungkinkan orang lain untuk
mengulangi penyelidikan dan menguji kembali kesimpulannya.
4. Ajaran Tipologis
Di dalam kriminologi telah berkembang 3 ajaran yang disebut ajaran
tipologis atau bio-tipologis. Ketiga ajaran tipologis tersebut adalah:

1. Ajaran Lombrosso
Menurut ajaran Lombroso, seorang penjahat itu sejak lahir
memiliki tipe khusus. Tipe ini dapat dikenali dari tanda-tanda
atau ciri-ciri atau cap tertentu yang terdapat dalam dirinya,
seperti bentuk kepala yang asimetris, rahang bawah yang lebih
panjang, hidung pesek, mata juling, bibir tebal, kuping hanya
ada sebelah, dan sebagainya.
2. Ajaran Mental Tester
Menurut ajaran ini, feeble mindedness menyebabkan timbulnya
kejahatan, sebab orang feeble mindedness tidak dapat menilai
akibat-akibat dari perbuatannya atau tidak dapat memahami
serta menilai arti hukum. Ajaran ini mulai mundur ketika
terbukti bahwa sifat feeble mindedness ini terdapat baik pada
mereka yang penjahat maupun pada mereka yang bukan
penjahat.
3. Ajaran Psikiatri
Seperti halnya Ajaran Lombroso, ajaran ini menekankan pada
arti psychose, epilepsi dan moral insanity yang merupakan
penyebab timbulnya kejahatan. Pokok ajaran ini menegaskan
bahwa kondisi tertentu dari kepribadian seseorang yang
berkembang terpisah dari pengaruh jahat, tetap saja akan
menghasilkan kelakuan jahat tanpa mengingat situasi-situasi
sosial disekelilingnya.
5. Ajaran Sosiologis
Analisis sebab-sebab kejahatan secara sosiologis dimulai oleh ajaran
kartografis dan sosialis. Banyak ahli ilmu pengetahuan Eropa dari abad
ke-19 yang tidak menganut ajaran ini, menafsirkan kejahatan sebagai
fungsi daripada (kehidupan) lingkungan sosial.
Pokok pangkal Ajaran Sosiologis ini ialah bahwa tindakan jahat itu
dihasilkan oleh proses-proses yang sama seperti halnya tindakan sosial
lainnya. Analisa proses-proses ini, yang dihubungkan dengan
kejahatan, terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:

1. Statistik Demografi
Kondisi-kondisi sosial yang dihubungkan dengan rate kejahatan
dari masyarakat mencakup proses mobilitas, konflik
kebudayaan, persaingan dan stratifikasi, ideologi politik, agama
dan ekonomi, kepadatan penduduk dan komposisi penduduk,
distribusi kekayaan pendapatan, dan ketenagakerjaan.
2. Psikologi Sosial
Orientasi ajaran ini pada waktu ini umumnya diambil dari teori-
teori psikologi sosial dari John Dewey, George Herbert Mead,
Charles Horton Cooley, dan William Isaaq Thomas. Yang
dianggap sebagai unsur terpenting yang menentukan apakah
seseorang menjadi jahat atau tidak penjahat adalah isi
pelajarannya, dan bukan proses-proses itu sendiri.

Sumber:
https://mahasiswahukumblog.wordpress.com/2017/12/10/teori-kriminologi/amp/

Anda mungkin juga menyukai